1. Seluruh kehidupan telah diatur oleh penguasa. Apakah yang mau dimohon?
2. Hari ini tidak tahu masalah esok. Apakah yang mau dikhawatirkan?
3. Kalaulah tidak menghormati orang tua, lalu mengormati junjungan dunia.
Apakah arti penghormatan itu?
4. Kakak adik adalah bersaudara. Apakah yang perlu diperebutkan?
5. Anak cucu punya rezeki masing-masing. Apakah yang perlu diperebutkan?
6. Kalau belum mendapat keberuntungan. Apalah yang perlu dipaksakan?
7. Di dunia ini sulit menemukan kebahagiaan. Mengapa harus sedih?
8. Berpakaianlah yang sederhana dan sopan. Apakah yang mau dipamerkan?
9. Bagaimanapun lezatnya makanan, hanyalah sebatas lidah. Mengapa harus rakus?
10. Setelah meninggal dunia tidak ada satu sen-pun yang dibawa. Mengapa harus pelit?
11. Senior membajak, junior memetik. Apakah yang mau diperebutkan?
12. Di satu sisi mendapatkan, di sisi lain kehilangan. Mengapa harus serakah?
13. Tiga jengkal di atas kepala ada dewa. Mengapa harus mengelabui?
14. Kedudukan, kekayaan, kemuliaan bagaikan mekarnya bunga. Apakah yang mau diangkuhkan?
15. Kekayaan dan kemuliaan orang telah dirintis sebelumnya. Mengapa harus iri?
16. Kehidupan lalu tidak membina, sekarang menderita. Mengapa harus mengeluh?
17. Orang berjudi tidak akan ada hasil yang baik. Apakah yang mau dipermainkan?
18. Membina rumah tangga dengan rajin dan hemat melebihi memohon bantuan orang lain.
Apakah yang mau diboroskan?
19. Kalau saling membalas dendam, kapankah akan berakhir? Mengapa harus bermusuhan?
20. Masalah dunia bagaikan bermain catur. Apakah yang mau diperhitungkan?
21. Orang pintar adakalanya disesatkan oleh kepintarannya. Mengapa harus licik?
22. Berdusta akan mengikis habis rejeki seumur hidup. Mengapa harus berdusta?
23. Segala kesalahpahaman akhirnya akan jernih juga. Apakah yang mau diperdebatkan?
24. Tiada seorangpun juga yang dapat bebas dari masalah. Mengapa harus saling menyalahkan?
25. Goa nurani di dalam hati manusia, bukan di gunung. Apakah yang mau dicari?
26. Menipu orang adalah petaka, memaklumi orang adalah berkah. Apakah yang mau diramalkan?
27. Sekali ajal menjemput segalanya akan berakhir. Apakah yang terus disibukkan?
Seseorang tidak bisa disebut sebagai orang bijaksana, hanya dikarenakan ia banyak berbicara. Akan tetapi, Orang yang terbebas dari kebencian dan ketakutan, juga tidak melekat pada apapun serta penuh damai, barulah pantas disebut sebagai orang yang bijaksana.
Sumber : Kebajikan ( De εΎ· )
No comments:
Post a Comment