Wednesday, July 18, 2018

Kristal Kehidupan - Crystal of Life 2B - "Overlords The Purple Crystal"

Setelah masa berkabung, sepeninggalan Maha Guru Alberte, keadaan buruk tidak pernah berhenti terus berjalan menyusuri setiap daerah. Sementara Ahui masih tinggal di dalam Kuil tempat tinggal Maha Guru Boante untuk memulihkan kembali seluruh energy kekuatannya dibantu oleh kecerdasan ilmu pengobatan Edi. Sedangkan Maha Guru Haite berangkat membantu Maha Guru Sinthe, atas perintah dari Boante untuk menjaga keseimbangan Kristal Hitam yang mulai menguat keadaannya setelah Kristal Kuning berhasil direbut oleh para kelompok Penguasa Kegelapan.

Suatu hari, Maha Guru Boante memanggil Ahui untuk datang ke ruang pertapaan suci di Altar lantai 9 puncak dari Pagoda Sembilan Naga, sedangkan Edi dibiarkan berlatih kungfu dan mempelajari segala jenis tanaman obat di kebun taman belakang Kuil. Tingginya Pagoda membuat Ahui kelelahan karena harus menaiki banyaknya jumlah ratusan anak tangga yang tak terhitung jumlahnya untuk sampai ke puncak tertinggi Pagoda. Sesampainya di puncak Pagoda, Ahui pun pingsan kecapekan hingga bercucuran keringat tergeletak di depan pintu Altar puncak Pagoda.

Terdengar suara pintu Altar di buka, “Hahahaha…”, tawa Boante melihat Ahui yang tengah pingsan di depan pintu. “Shifuuu… kenapa gak buat Lift aja sih, haduh…ampun deh…”, jawab Ahui. “Bila saya membuatkan Lift, maka kamu tidak akan keluar dari kamar tidurmu yang terlalu nyenyak, dan kamu juga tidak akan pernah belajar berolahraga untuk kesehatanmu dengan mulai melatih diri lagi.., cepat masuk dan mulai bermeditasi!!!”, tegas Boante sambil memukul 3x lonceng besar di dekat jendela besar, sebelah kanan pintu Altar. Suara lonceng yang dipukul keras itu, cukup membuat telinga kaget dan mengharuskan badan Ahui untuk segera bergerak cepat sebelum Boante masuk ke dalam Altar dan duduk di tengah-tengah tempat yang sudah disiapkan Boante.

Sebuah lingkaran besar dengan empat pilar kecil yang telah dinyalakan lilin pelita oleh Boante dan Ahui harus duduk bermeditasi di tengah titik pusat dari keempat pilar tersebut. Setelah Ahui mulai konsentrasi memejamkan kedua matanya, masuklah empat para murid pilihan yang tinggal di Kuil sejak bertahun-tahun lamanya mengikuti jejak Boante yang tengah diminta Boante untuk memulai kegiatan doa pemusatan kekuatan energy cahaya.

Dalam keheningan di tengah-tengah doa, empat portal energy membuka dimensi cahaya yang luar biasa terangnya mengelilingi seluruh tubuh Ahui. Terjadi perpindahan ruang dimensi, Ahui tengah berpindah dimensi dalam sebuah ruang penuh cahaya terang yang hanya terdengar ketukan-ketukan terakhir suara doa hingga berhenti perlahan-lahan, dan semuanya mulai duduk bermeditasi bersama-sama mengelilingi Ahui sesuai posisi pilar pelita. Sementara Boante duduk persis di depan Altar memimpin kegiatan meditasi.
Boante : “Ahui…, apa kamu tau sedang berada dimana?”
Ahui : “Shifu…, ruangan ini penuh dengan cahaya terang, saya bahkan tidak tau Shifu ada dimana?, saya hanya dapat mendengar suara Shifu memanggil saya di dalam hati saya ini.”
Boante : “Saat ini kamu tengah berada di dalam dimensi Kristal cahaya..”
Ahui : “Bagaimana mungkin Shifu? saya ini kan manusia penuh dengan dosa, tidak mungkin saya dapat berada dalam ruangan suci penuh cahaya, mungkin ini hanya ilusi saya..”
Boante : “Ahui, kamu adalah penjaga ruangan ini yang sesungguhnya, karena Kristal cahaya ini yang memilihmu untuk menjaga keseimbangan dimensinya.”
Ahui : “Bagaimana mungkin seorang yang hidup dalam kekotoran batin seperti saya dapat menjaga bening sucinya cahaya Kristal ini…”
Boante : “Kamu akan menemukan jalannya seiring dengan bantuan cahaya terang yang telah menyatu bersama energy yang masuk ke seluruh sukma dalam dirimu..”
Ahui : “Shifu, saya tidak mengerti.., bukankah Shifu yang selalu menjaga Kristal ini dan hidup bersama Shifu selamanya?”
Boante : “Ahui, saya ini berumur hampir seabad, dan saya harus jujur bahwa hidup saya ini tidak akan lama lagi.., meski begitu kamu tidak perlu khawatir, karena kamu dapat selalu menemukan saya di saat kamu memerlukan pertolongan dalam bahaya, ingatlah satu hal bahwa saya akan tetap ada, meskipun raga tubuh saya ini akan mulai menghilang perlahan-lahan…”
Ahui : “Shifuuu…!!!” (Mendengar kata-kata Boante, Ahui langsung terbangun kaget membuka kedua matanya, sadar dari meditasinya).

Dilihatnya seluruh ruangan Altar tengah kosong, tiada seorang pun yang ada di dalam Altar kecuali Ahui sendiri, dan keempat pilar pelita lilin yang mengelilingi Ahui pun tengah padam apinya saat Ahui telah terbangun dari meditasinya. “Shifuuuuuuuuu!!!”, Ahui memanggil Boante hingga menangis, namun tidak ada suara jawaban dari Boante. Saat Ahui menangis sedih di dalam Altar sendirian, datanglah keempat murid yang telah di suruh Boante sebelumnya bersama Edi memasuki ruangan Altar dimana Ahui sedang menangis tersedu-sedu.

Edi : “Ahui, ini ada beberapa titipan dari Shifu untukmu..”
Ahui : “……..” (Tetap terdiam masih menangis sambil dilihatnya Edi dan keempat orang murid Boante mengeluarkan banyak barang-barang titipan untuk Ahui).
Murid 1 : “Buku ini diwariskan dari Shifu untuk Ahui..” (Menyerahkan Buku penuh tulisan setebal 2cm untuk Ahui pelajari).
Murid 2 : “Peta ini diwariskan dari Shifu untuk Ahui..” (Menyerahkan peta dunia yang telah diberikan banyak tanda titik dan lingkaran oleh Boante).
Murid 3 : “Keempat Lilin besar ini diberikan oleh Shifu untuk Ahui” (Menyerahkan empat lilin merah beserta pematik korek apinya di dalam sebuah tas kecil untuk Ahui bawa kemana-mana).
Murid 4 : “Tongkat ini milik Shifu yang diwariskan untuk Ahui..” (Menyerahkan tongkat kayu biasa yang sangat tebal dan buruk seperti kayu bamboo tua setebal 1,5 – 2cm bentuknya pun tidak indah, tanpa ukiran, hanya mulus licin tetapi lurus karena tidak ada lengkungan seperti payung, hanya lurus saja dengan ujung pegangan di tangan sedikit besar bentuknya setebal 2,5 – 3cm di bagian ujung pegangan tangan).
Edi : “Air ini sengaja dipersiapkan untukmu…” (Menyerahkan botol air yang berbentuk seperti buah labu, lalu dimasukkan Edi ke dalam tas kecil berisi lilin, buku dan peta). Kemudian Edi menyerahkan tas kecil dan tongkat tersebut untuk Ahui bawa kemanapun Ahui pergi bersamanya.
Ahui : “Terimaa kasih, tetapi saya tidak mengerti saya harus pergi kemana dan harus bagaimana sekarang?” (Sambil berhenti menangis dan mengambil semua barang yang diberikan Edi kepadanya).
Murid 1 : “Shifu sudah memberikan tanda angka, lingkaran, dan titik di dalam peta dimana kamu harus segera berangkat ke sana secepatnya.”
Ahui : “Apakah saya harus pergi sendiri…?” (Tanya Ahui sambil hampir menangis lagi karena masih merasa sedih dan takut).
Murid 1,2,3, dan 4 : “Hmm….., begitulah pesannya Shifu dengan jelas dan sangat tegas kepada kami, sebelum beliau pergi tadi..”
Ahui : “Shifu pergi kemana?!”
Edi : “Ahui…, Shifu berpesan pada saya, bila kamu sudah selesai meditasi, saya harus mengatakan padamu kalo Shifu yang akan mencarimu nanti, kamu harus mengikuti semua petunjuknya sendiri. Kami semua sudah diberikan tugas masing-masing, sedangkan saya pun harus bergegas kembali ke tempat Maha Guru Haite sekarang, yang sedang terus menunggu saya di kediaman Maha Guru Sinthe..”

Ahui mendengar penjelasan Edi dan keempat murid tersebut hanya dapat terdiam dan menunduk sambil memberikan salam hormat untuk berpamitan kepada Edi dan keempat murid tersebut dengan memberi ketukan 2x dengan tongkatnya ke tanah untuk menghormati setiap sodara tua, dan ketukan 1x untuk menghormati sodara lebih muda. Sementara sepanjang jalan Ahui turun tangga Pagoda bersama Edi dan Empat murid pilihan Boante hingga menuju pintu keluar Kuil dipenuhi oleh para murid dan umat-umat Boante yang berdiri memberikan salam, doa, dan bahkan perbekalan makanan, minuman, dan perlengkapan pakaian sangat penuh satu tas besar untuk Ahui bawa selama bepergian jauh dimana sudah disiapkan oleh kedua orang tua Ahui (Ipenk dan Judit) sebelumnnya beserta uang sedompet penuh dalam tas kecil Ahui. Kesemuanya atas perintah dan tugas dari Maha Guru Boante.

Perjalanan Ahui pun di mulai berangkat menuju pulau terpencil di mana terdapat sebuah Pasar Siluman. Sementara itu Edi berangkat menuju kediaman Maha Guru Sinthe untuk membantu Maha Guru Haite yang sedang memulihkan tenaga sambil berusaha mengurung kekuatan Kristal Hitam yang hampir menghancurkan seluruh rumah dan bangunan tempat kediaman Maha Guru Haite.

Di tempat lain, Benua Natflimorwud, dahulu kala dikenal sebagai daerah yang penuh nuasa indah beraneka ragam jenis pepohonan, pegunungan dan keindahan alam flora dari bunga-bunganya, namun seiring waktu yang telah berlalu lama, kini benua indah tersebut tengah berduka, dirundung awan hitam pekat sepanjang hari, dengan disertai hujan asam, hingga merusak semua pohon buah, tanaman dan bunga menjadi layu, rusak, sakit dan mati. Maha Guru Dhigante sedang cemas dan sangat khawatir dengan firasat yang baru saja diperolehnya tersebut bahkan dari berbagai laporan-laporan berita para umat-umatnya.

Maha Guru Dhigante atau Pather Dhigante, dari sejak dahulu telah dikenal sebagai seorang yang sangat dihormati, dimuliakan dan dijunjung tinggi karena kemurahan hati dan ketulusannya dalam menolong kaum miskin tertindas, serta kebijaksanaannya dalam melerai kemarahan, mendamaikan permusuhan/ peperangan antar warga, dan pelayanannya yang jujur dan tulus ikhlas dalam mengobati, mengasuh serta mendidik para narapidana dan orang-orang berdosa (penzinah, perampok dan penjahat) agar bertobat dan kembali ke jalan yang baik dan benar.

Keadaan yang damai, berubah menjadi penuh terror penyakit kebencian, adu domba, kemarahan, dendam dan setiap hari terjadi perselisihan. Bahkan hari-demi hari, perpecahan antar kelompok pun terjadi, saling berebutan kekuasaan, masing-masing ingin mendirikan sekte aliran keyakinan baru, membuat poros-poros dan benteng-benteng kelompok persekutuan sesat yang menghasut, menghina, menfitnah dan mencemooh ajaran kebaikan dan kebenaran yang diberikan oleh Maha Guru Pather Dhigante.

Buku-buku kitab disalahartikan, disalahgunakan dan bahkan dipakai lebih buruk lagi untuk propaganda peperangan sehingga banyak warga yang berwawasan sesat dan mulai membenci jalan kebaikan dan kebenaran. Mereka menyebut ajaran kebaikan dan kebenaran itu hanyalah omong kosong dan tipu muslihat belaka yang mengejar keuntungan semata, ditambah banyaknya jebakan-jebakan yang menjerumuskan bahwa ajaran kebaikan itu hanya dijadikan ajang pameran kebohongan. Kebencian, amarah, dendam, dan bahkan adu domba terus memanas di setiap daerah, hingga keadaan yang dulu damai pun berubah mencekam. Keindahan alam flora pun musnah seiring para warga dan umatnya mulai berlatih angkat senjata untuk memulai peperangan perselisihan antar sodara dan kerabatnya sendiri, tidak lagi mengindahkan arti cinta kasih sesamanya, karena demi ambisi nafsu untuk mendapatkan kekuasaan tempat wilayah menjadi pemimpin terkaya dengan korupsi sebanyak-banyaknya.

Para homosexual, lesbian, dan bisexual berjamur dimana-mana, penyakit sekualitas pun menjadi wabah dimana-mana, “party” sex atau pesta sex bebas pun berhamburan dimana-mana, karena kemiskinan menjadikan banyaknya anak-anak, remaja bahkan dewasa menjadi budak diperjualbelikan untuk tujuan pemuasan nafsu rendah layaknya binatang kelaparan. Karena nilai-nilai moralitas dari kebaikan telah hancur diganti dengan paham baru yang mencari pembebasan nafsu untuk memperoleh kebahagiaan bersama dengan korupsi bersama, bersukaria dalam dosa, dan membenci para manusia suci yang dianggap penipu. Mereka yang menjadi korban, lambat laun ikut terjun dalam bisnis adu domba, peperangan antar daerah kekuasaan dan sebagai alat jual beli pemuasan kebebasan. Tiap kota pun dikuasai para mucikari dan para mafia dari pejabat korup yang berlomba-lomba menguasai/menjajah daerah-daerah lainnya. Setiap hari propaganda ditebar bagai gossip yang mudah sekali menyebar kemana-mana untuk mendemo, merusak dan memberontak hingga terjadi kerusuhan di gedung-gedung serta tempat-tempat para petugas negara yang baik, para petugas keadilan yang benar dan para anggota perkumpulan dari Pather Dhigante.

Benua Natflimorwud mulai terbelah-belah menjadi beberapa daerah bagian dengan pemimpin yang berbeda-beda. Keadaan di daerah "Purple Clock Church" kediaman Pather Dhigante pun semakin terdesak dan semakin terkucilkan dari wilayah lainnya, batas daerahnya semakin sempit dan terpencil, sehingga semakin sulit untuk berkembang dengan baik. Kesusahan yang terus di alami Pather Dhigante, dituliskan melalui surat-surat yang dikirimkan oleh Fani antar burung-burung merpati kepada Maha Guru Sister Chihante, Maha Guru Sinthe, Maha Guru Haite, Maha Guru Gusdante dan Maha Guru Boante.

Sayangnya Maha Guru Boante tengah pergi jauh menghilang tanpa kabar berita keberadaannya dimana, sehingga diberitakanlah jawaban dari Ipenk dan Judit (kedua orang tua Ahui) yang menetap di Kuil Pagoda Sembilan Naga bahwa Ahui yang akan mewakili Maha Guru Boante sedang berangkat menuju Pasar Siluman atas perintah dari Maha Guru Boante. Mendengar kabar berita tersebut, para Maha Guru pun ikut mengutus para murid-murid mereka untuk ikut menyusul Ahui ke Pasar Siluman. Pergilah satu persatu murid mereka dari Boy yang telah ditinggal Alm. Master Guru Alberte setelah hancurnya “Yellow Hat Laboratory” di Benua Ambifun, kini Boy tengah diperintah Sister Chihante pergi bersama Chika atas perintah Maha Guru Kyai Gusdante di kediamannya yaitu “Red Diamond Mosque”, Didi dan Edi diperintah Maha Guru Sinthe dan Maha Guru Haite, dan Fani pun diutus Pather Dhigante.

Sementara Qisenk dan Rini (saudara Didi) tetap membantu di Kuil Kura-kura Hitam kediaman Maha Guru Sinthe, begitu pula dengan Otoy dan Pitet (saudara Edi) masih menetap di Kuil Macan Terbang milik Maha Guru Haite. Sedangkan Geri dan Hana (saudara Ahui) tengah melangsungkan acara syukuran ulang tahun yang ke 70th Chapel Merpati Biru di kediaman Sister Chihante.

Dalam surat pertama yang Ahui buka dalam buku pemberian Boante, tertulis bahwa Ahui harus menyelidiki para siluman di kota Greyland, yang berada di pulau terlarang dimana Ahui harus menyebrang menggunakan perahu kecil sendirian, karena tiada satupun nelayan yang mau mengantar Ahui sampai ke pulau terlarang yang menakutkan tersebut, karena pulau tersebut penuh dihuni oleh ratusan, ribuan bahkan jutaan siluman jadi-jadian yang dapat menyamar berwujud manusia, setengah manusia dan hewan, bahkan ada yang hewan berbentuk raksasa, hingga segala jenis bentuk keluarga siluman yang baik, maupun siluman buruk bahkan siluman licik/culas. Ahui harus lulus ujian pertamanya ini yakni mengikuti kontes sayembara kejuaraan siluman, untuk mencari perhatian para siluman, dengan begitu Ahui dapat dengan mudah masuk menyamar agar diterima dalam kelompok keluarga siluman, setelah itu Ahui baru dapat menyelidiki siapa saja para kelompok siluman jahat dan membuat strategi perlawanan dengan cara mempelajari kelemahannya, menemukan, mendeteksi, dan memetakan keberadaan para siluman yang bekerja sebagai pemburu Kristal Kehidupan.

Di tengah-tengah lautan, tiba-tiba seekor ikan bawal putih raksasa sebesar rumah lompat terbang dari dasar air laut, perahu yang Ahui tumpangi pun ikut terbawa arus air hingga terbalik, Ahui terkaget dan tercebur tenggelam ke dalam air laut, buruk sialnya Ahui juga tidak mampu berenang, pasrah ikhlas pikir Ahui menutup mata dan nafasnya yang sudah tenggelam kemasukan air, jikalau matipun tidak mengapa. Ternyata tongkat kayu Boante berubah seketika menjadi Ular Naga hijau laut bersisik emas, dan bersirip berekor kepala merah api. Ular Naga tersebut seketika membelit tubuh Ahui dan membawa Ahui terbang hingga tiba menuju tepian pinggir pantai terlarang, dan seketika itu Ular Naga tersebut kembali berubah menjadi tongkat kayu. Ahui lama pingsan tidak sadarkan diri hingga ditemukan oleh Edi yang terbang menjadi burung Elang di angkasa mencari-cari jejak Ahui di sepanjang pulau terlarang. Edi memiliki kemampuan transformasi menjadi Elang karena sewaktu mengobati Ahui di Kuil Pagoda Sembilan Naga, Ahui yang saat itu masih berwujud setengah vampire (bertaring) monster salju menghisap sebagian darah di lengan kanan Edi saat masih sering mengamuk sewaktu dibacakan mantra doa oleh Master Guru Boante. Seketika darahnya terkena racun siluman yang ada di tubuh Ahui, membuatnya berubah menjadi Monster berbulu burung Elang, Boante pun terpaksa harus mengajarkannya teknik terbang setiap tengah malam demi menghindari gossip masyarakat agar Edi mampu menjaga keseimbangan diri saat terbang dengan bantuan Tongkat Naga milik Boante untuk menjaga keseimbangan tubuhnya saat latihan terbang di Kuil Pagoda Sembilan Naga. Oleh karena kemampuannya itu, membuatnya jarang bertemu banyak orang, tidak banyak bersosialisasi dengan sesama manusia, karena takut bila mengetahui kebenaran tentang Edi yang dapat berubah menjadi Elang pasti sangat menakutkan bagi masyarakat.

Edi langsung datang berusaha membangunkan Ahui yang masih pingsan, karena panic takut Ahui kehilangan nyawa, Edi langsung dengan terpaksa memberikan resusitasi jantung paru-paru (CPR) dengan napas buatan, otomatis Edi harus melupakan dirinya yang telah menjadi pertapa dan berusaha mencium Ahui yang pingsan. (Owh…, romantisnyah pas matahari pun mulai terbenam…ckckck…, suit cuit..hehe). Ahui terbatuk-batuk dan tersadar saat ciumannya Edi yang ke tiga, (oooowww..oowh, ketahuan..) Edi pun langsung terkaget dan merasa merah padam wajahnya malu karena memeluk dan mencium Ahui yang tersadar dari pingsannya, tubuh Edi menjadi kaku tidak mampu berkata-kata apalagi bergerak pada saat itu terjadi beberapa menit lamanya saling memandang dengan kaget.

Ahui : “Eeeeddii..? apa saya udah mati? bagaimana mungkin kau ada di sini?”
Edi : “Eennghh..(terdiam terbata-bata tak mampu berkata-kata sejenak lalu segera teringat), saya mencarimu kemana-mana…”
Ahui : “Heh? Kok bisa? Kan tadi saya di laut tenggelam???” (Ahui terkaget menyentuh merasakan pasir pantai karena telah berada di pantai, padahal seingatnya tadi tenggelam dalam air lautan pasrah mau mati).
Edi : “Yah, mungkin kamu terbawa arus air laut ke pantai atau ada orang yang menolongmu saat jatuh?”
Ahui : “Ajaib, aneh.. saya pikir saya masih bermimpi?” (Sambil menampar wajahnya karena dipikirnya sedang menghayal).
Edi : “Eh, udah cukup jangan menyiksa diri lagi, kau masih hidup, ini bukan mimpi, yang penting kamu selamat dari bahaya”. (Edi melepaskan pelukannya langsung berdiri kembali bersikap biasa semula).
Ahui : “Kamu bohong!!! Gak mungkin!!!”
Edi : “Haduh Ahui, saya ini harus jujur gimana lagi supaya kamu percaya?!”
Ahui : “Buktinya kamu kan pertapa kok malah cium peluk saya, kamu bohong, ini pasti mimpi!!” (Ahui masih saja menampar cubit wajahnya sendiri karena merasa bermimpi khayalan).
Edi : “Duuuhh (sambil garuk-garuk kepala bingung malu jelasinnya) tadi itu saya memberikan CPR napas untukmu agar kamu sadar dari pingsan!!!”
Ahui : “……Eeeeh?” (Berhenti menampar cubitnya seketika lalu garuk-garuk kepala masih bingung, melihat tongkat kayunya pun tidak hilang ada persis di dekatnya juga).

Edi langsung tanpa berpikir lama, menarik tangan Ahui dan membawa serta tas dan tongkatnya Ahui, dengan terpaksa Ahui pun mengikuti Edi berjalan dengan cepat di sepanjang pantai sepi itu yang mulai gelap jelang malam. “Kita mau berjalan kemana lagi?”, tanya Ahui kepada Edi yang masih menarik tangannya agar ikut berjalan cepat. “Mencari makanan dan tempat tinggal sementara, semakin gelap sepi gini bahaya!!!”, jawab Edi yang terus membawa Ahui berjalan dari semak-semak hutan hingga menuju sebuah jalan besar yang ramai penuh dengan penjual makanan, pertokoan dan penginapan.

Dalam hati Ahui berpikir heran, bagaimana Edi dapat menemukannya? (Ahui tidak mengetahui prihal transformasi Edi menjadi Elang, karena selama di Kuil Pagoda Sembilan Naga, Ahui yang masih kesakitan kepalanya saat berubah menjadi monster salju karena keracunan tidak sadarkan diri akan tindakannya, setiap mantra doa Boante dilantunkan terus membuatnya perlahan-lahan tenang dan tertidur/berhibernasi sangat lama). Ahui merasa malu takut untuk bertanya-tanya lagi, karena memahami sifat Edi yang sangat kaku, keras kepala, galak, kolot, bebal, dan tidak sabaran/emosional. Sementara Edi terus menggengam telapak tangan kanan Ahui dengan sekencangnya, hatinya masih takut dan khawatir Ahui hilang tersesat di jalan dan diculik oleh para siluman jahat.

Mata-mata menakutkan sepanjang jalan besar yang ramai itu memandangi mereka berdua yang dianggap orang asing keluar dari semak belukar. Seketika langkah kaki Edi terhenti oleh tubuh-tubuh besar genk 5 siluman Babi Hutan.
Siluman Babi : “Hei orang asing!! Berani-beraninya masuk kemari!!!”
Edi : “Kami kemari mau mencari makanan dan tempat tinggal!!!”
Siluman Babi : “Haha!!! Wajah kalian asing, kami tidak percaya!!!” (Sambil berlagak sok seperti hendak menantang duel ingin menculik mereka).
Edi : “Lebih baik kalian simpan tenaga, kami bermaksud baik bukan ingin membuang-buang waktu dengan kalian!!!”
Siluman Babi : “Oooh iya?! Hahaha!!! Cewemu cantik juga, lumayan kalo di sia-siakan buat teman malam ini untuk kita bersama!!! Hahahahaha!!!”

Gerombolan Siluman Babi itu pun mulai mengerumuni mereka berdua hendak mencoba menculik Ahui dari tangan Edi. Semakin kencang Edi menarik Ahui dalam dekapan perlindungannya. “Maju selangkah lagi, kalian..,saya habisi!!!”, ujar Edi kepada para Siluman Babi Hutan. Seketika itu salah satu dari gerombolan menarik tangan kiri Ahui sekuat tenaga dengan paksa, sedetik itu pula langsung tendangan Edi menghantam siluman Babi itu terpental jatuh. Melihat kejadian itu, membuat murka keempat siluman Babi lainnya langsung mengeroyok Edi dan Ahui.

Tunggu!!!”, teriakan Boy, Chika, Didi dan Fani datang dari kejauhan, melihat kejadian yang dialami Edi dan Ahui. Telinga dan hidung Boy yang setengah siluman Macan Putih berhasil menemukan keberadaan Ahui dan Edi di Pulau Terlarang di pinggir Kota Greyland. “Kalian harus berhadapan dengan kami juga, bila kalian berani mengganggu mereka berdua!!!”, ucap Didi yang paling berani, tangguh, kuat dan tegas. “Keparat!!! Serang semuanya!!!”, teriak pimpinan genk lima siluman Babi Hutan.

Ahui yang sangat kelaparan hanya dapat terdiam lemas dan sangat kelelahan, langsung dibopong oleh kedua tangan Edi yang membawa Ahui terbang tinggi mencari tempat aman di atas pohon sampai keadaan aman barulah Edi akan membawa Ahui turun kembali. Ahui dan semua orang yang melihat terkaget melihat Edi yang mampu berubah mengeluarkan sayap terbang bagai burung Elang. “Sejak kapan kau seperti ini?”, tanya Ahui berbisik di telinga Edi. “Sejak kau menggigit waktu jadi monster..”, jawab Edi. “Hihihihi…, bulu-bulunya lembut juga ya?”, ucap Ahui sambil meraba-raba sayapnya Edi. “Jangan dicabutin, saya bukan kemoceng tau!!”, jawab Edi. “Hihihihi..”, Ahui senangnya terus mengelus-elus bulu-bulu sayapnya Edi.

Saat para siluman Babi kaget, serbuan pukulan dan tendangan Didi dan Boy, menghabisi mereka seketika dalam hitungan menit, dibantu Chika dan Fani yang memukuli para siluman Babi dengan panci dan kuali masak. Sampai para babi itu kesakitan dan berteriak-teriak meminta ampun. “Ampun!!! Lepaskan kami!!!”, ucap para siluman babi itu. “Kami tidak akan mengampuni kalian, kecuali dengan satu syarat!!!”, jawab Fani yang paling cerdas. “Ampun!!! Apapun syaratnya kami terima, tolong maafkan kami!!!”, jawab para siluman babi. “Baiklah!!!, Syaratnya… kalian harus berjanji menjadi budak pekerja setia untuk membantu misi kita sampai selesai nanti!!!”, ucap Fani sambil diberikan paksaan ancaman piso dan golok dapur oleh Boy dan Didi yang siap menguliti menghabisi mereka menjadi sate babi panggang. “Baiklah, kami janji akan selalu menjadi pekerja yang baik bagi kalian..”, ucap para siluman babi yang menyesal dan bertobat.

Para siluman Babi yang berwatak ceroboh sebenarnya masih memiliki hati yang cukup baik, mereka tidak suka membunuh makhluk hidup, mereka pun bersedia menuruti kemauan Fani, Didi, Boy dan Chika, untuk mencarikan tempat tinggal, persediaan makanan dan minuman bagi semuanya termasuk Ahui dan Edi. Untungnya siluman babi sangat kaya raya karena hobi dulunya sebelum bertobat adalah menipu dan mencuri milik siluman lain, selain itu juga kebiasaan mereka bermabok-mabokan, berpesta-pora dan berjudi.

Edi dan Didi yang kelaparan memesan nasi goreng pete vegetarian, Boy memesan kwetiaw goreng telor, Chika pesan misoa kuah telor, sementara Ahui kesukaannya mie goreng dadar telor pedas seperti pizza mie, dan Fani pesan bihun goreng biasa karena tidak mau sama dengan yang lain. Para siluman babi kewalahan tetapi karena jumlah mereka berlima beruntunglah jadi pekerjaan mereka mudah dan cepat memasaknya, yang satu menyiapkan membersihkan bahan, yang dua memasak, yang satu memotong bahan masakan, sedang yang satu lagi menyiapkan minuman lemon teh air hangat dengan gula batu.

Sementara para babi menjadi koki masak, Ahui yang heran menanyakan prihal keberangkatan Didi, Fani, Chika, Boy dan Edi semuanya ke pulau terlarang ini. Maka satu persatu mulai berbicara menjelaskan tugasnya masing-masing dari para Master Guru, salah satunya mereka harus berkumpul bersama-sama dan membantu tugas-tugas Ahui karena keadaan Pather Dhigante semakin terpuruk dan terdesak dalam bahaya. Mereka pun harus saling bekerjasama dalam menyelesaikan tugas dan menyusun strategi secepatnya untuk menemukan markas besar siluman-siluman penjahat. Pertama-tama mereka harus memulai dari mewawancara dan mengintrogasi kelima siluman Babi untuk mencari keberadaan genk-genk kelompok siluman-siluman lainnya yang kemungkinan besar pasti memiliki rencana di pulau terlarang ini untuk merekrut pasukan baru kelompok siluman jahat.

Tersebutlah kawan-kawan terdekat genk siluman Babi yaitu :
  1. Genk Tiga Monyet Gila,
  2. Genk Six Silver Gargoyle,
  3. Genk Empat Tengkorak Pencabut Nyawa,
  4. Genk Ratusan Kelelawar Haus Darah,
  5. Genk Sembilan Kepala Leak Terbang,
  6. Genk Lima Genderuwo Buang Sial, dan
  7. Genk Jutaan Golem Kepala Batu Bata Emas.
Sedangkan musuh-musuh Genk Lima Siluman Babi adalah :
  1. Genk Jutawan Kambing Hitam Tanduk Banteng,
  2. Genk Jutawan Tikus Got Hitam Bau Busuk,
  3. Genk Hartawan Kelinci Hutan Hitam Bejat,
  4. Genk Hartawan Sejoli Ratu Rubah Ekor Empat Licik dan Raja Napsu Srigala Hitam.
Lalu ada pula kelompok Siluman yang tidak dikenal oleh Genk Lima Siluman Babi, yang selalu digossipkan dan ditakuti oleh para kalangan siluman dianggap sebagai para Bos Mafia petinggi Siluman di kalangan Penjahat kelas tinggi/teratas, yang terkenal sangat kejam lebih dari pada siluman-siluman lainnya adalah :
  1. Pasangan Sejoli Keluarga Ular Kepala Dua (Sedenk) dan Keluarga Kecoak Busuk Pemakan Mayat (Titink) ;
  2. Keluarga Sejoli (hombreng) Lekong Raja Laba-laba Beracun (Kopeth) dan Keluarga Raja Kutu Busuk Penggaruk Kulit (Lekine) ;
  3. Keluarga Sejoli (Lesbirong) Lesbong Ratu Raksasa Lalat Beracun Napsu (Mimix) dan Keluarga Ratu Belatung Kutukan Pemburu Napsu (Ninin) ;
  4. Keluarga Belut Listrik Kepala Tikus Got (Yoyol) dan Keluarga Nyamuk Raksasa Pembunuh Jiwa (Zipet);
  5. Keluarga Lipan Mencret Seribu Kaki Gajah Bengkak (Uvil) dan Keluarga Kalajengking Bau Tinja Beracun Besi (Vaku);
  6. Keluarga Hyna Ingusan Kepala Tiga (Weler) dan Keluarga Harpy Bau Jamur Kaki Benjol (Xikili).
Begitu banyaknya kumpulan siluman-siluman, membuat Ahui, Edi, Didi, Fani, Boy dan Chika harus membagi-bagi tugas untuk menyelidiki masing-masing genk/kelompok siluman karena mereka kebingungan berangkat menuju tempat siluman-siluman tersebut apabila pergi secara bersamaan pastilah akan menghabiskan banyak waktu. Untunglah menurut berita dari salah satu siluman Babi mengingatkan setiap sabtu dan minggu biasanya selalu ada kegiatan kontes pertandingan dan pesta besar-besaran di pusat pasar kota Greyland. Menurut keterangan para siluman babi, di saat kegiatan tersebut, biasanya semua siluman akan berkumpul, berfoya-foya, bermabuk-mabukan, berjudi, dan berpesta pora. Kesempatan baik bagi mereka sehingga tidak perlu pergi berpencar dan berjauh-jauhan untuk menyelidiki tiap-tiap genk siluman, karena ternyata para siluman tersebut akan datang berkumpul untuk berpesta pora. Hanya saja, siluman babi mengingatkan bahwa mereka harus menyamar menjadi salah satu genk siluman para sahabat dari siluman babi agar tidak dicurigai dan diketahui oleh para siluman penjahat yang beberapa siluman itu pasti sudah pernah melihat dan mengenal mereka seperti Sedenk dan Titink, Siluman Tikus Got, Rubah dan Kelinci Hitam. Namun sebelumnnya, saran terbaik dari para Siluman Babi adalah mereka harus mendekati para kawan-kawan baik siluman babi agar dapat membuat poros koalisi kekuatan baru jika nantinya hendak melawan koalisi kekuatan siluman jahat para bos kelas mafia atas tersebut.

Melalui banyak pertimbangan, Fani yang paling cerdas memiliki usulan lain. Agar para siluman Babi mengundang para pimpinan genk siluman kawan-kawannya untuk datang ke pesta ulang tahun persahabatan di rumah para siluman Babi, sehingga dipikir Fani tidak perlu repot-repot menyamar lagi hanya akan menghabiskan banyak waktu dan biaya lagi untuk membuat kostum samaran. Didi pun setuju dengan Fani karena lebih baik menghadapi langsung para siluman tersebut untuk mengajak mereka berkoalisi, jika mereka menolak dan mengajak bertarung kekuatan pun akan lebih aman dan seimbang jika dalam lingkungan sendiri, selain itu juga tidak akan mungkin kelompok siluman lainnya akan ikut intervensi jika tidak diundang secara pribadi, sehingga dapat menghindari para kawanan genk siluman penjahat kelas berat yang mengintai keberadaan mereka khususnya Ahui yang pernah diketahui berhadapan langsung dengan para siluman kelas berat. Boy, Chika, Edi dan Ahui setelah mendengar saran Fani dan Didi yang bijaksana pun menyetujui rencana mereka bersama.

Secepatnya para siluman babi mengirimkan pesan singkat mengundang para tetua pimpinan genk kawan-kawan siluman terdekatnya itu secara pribadi, dan langsung dibalas jawaban mereka, yang pasti harus datang oleh permintaan khusus dari siluman babi. Tentu saja dengan iming-iming uang jaminan harta dari siluman babi yang harus dikorbankan demi tercapainya tujuan rencana Fani dan Didi. Tetapi Fani pun tidak kalah cerdik, karena para genk siluman besar biasanya memiliki harta berlimpah, dan apabila rencana Fani berhasil, maka otomatis siluman babi pun pasti kebagian memperoleh banyak keuntungan harta dari hasil kekalahan para genk besar siluman penjahat itu.

Hanya butuh waktu dua hari persiapan, semuanya dekorasi, jamuan makanan dan minuman mewah, serta meja dan kursi dengan perlengkapan senjata dan peralatan dipersiapkan di kebun belakang rumah dan beberapa ruangan di kosongkan untuk antisipasi bila diperlukan pertarungan diantara mereka. Tibalah hari yang ditunggu-tunggu oleh mereka, perjamuan makan siang bersama para tetua pimpinan siluman.

Beberapa tetua telah hadir lengkap membawa para serta pengawal pribadi mereka, hingga semua tetua pimpinan siluman datang, barulah acara rapat tertutup dimulai, diikuti perjamuan makan siang. Pimpinan Lima Siluman Babi Hutan pun langsung menjelaskan dan memperkenalkan mereka kepada Edi, Ahui, Didi, Fani, Boy dan Chika.

Pimpinan 5 Siluman Babi Hutan : “Adapun maksud kami mengundang selain untuk merayakan acara ulang tahun persahabatan kita selama 25 tahun lamanya, kami juga bermaksud untuk mengajak para sahabat siluman berkoalisi menggabungkan kekuatan bekerjasama untuk bersaing melawan koalisi siluman penjahat kelas atas yakni musuh kita bersama yaitu Raja Sedenk dan Ratu Titink, beserta antek-anteknya itu.”
Pimpinan 3 Monyet Gila: “Maksud lu apaan sih? Kita 25 taon baik-baik aja, ngapain juga musti koalisi gitu-gituan segala..” (Ucapan Tetua Siluman Monyet yang paling cerdas itu disetujui oleh Tetua Siluman lainnya yang keheranan).
Pimpinan 5 Siluman Babi Hutan : “Untuk itulah, maka saya akan memperkenalkan kalian kepada para manusia berkekuatan super yang pernah bertarung berhadapan langsung dengan Raja Sedenk dan Ratu Titink, mereka adalah Ahui, Edi, Didi, Fani, Boy dan Chika…” (Ucapan Tetua Babi membuat pata tamu tetua siluman lain jadi kaget melihat munculnya kehadiaran para manusia di rumah Tetua Babi, sekaligus murka karena merasa ditipu dan dipermainkan oleh Tetua Babi).
Pimpinan 4 Tengkorak Pencabut Nyawa : “Sialan lu ya!!! Lu mau jebak kita orang apah dengan membawa orang asing kemari dan ngajak kita orang ikut campur urusan manusia segala!!!” (Amarah Tetua Tengkorak diikuti para Tetua Siluman lainnya yang langsung berdiri hendak pergi keluar dari rumah Tetua Babi).
Fani : “Tunggu dulu!!! Kalian tidak boleh pulang sebelum kalian menyetujui keinginan kami!!!”
Pimpinan 5 Genderuwo Buang Sial : “Eh, kampret!!! Maunya apa sih kalian ini para manusia sinting!!! Apa perlu kita orang hajar kalian biar tau rasa!!!Heh!!”
Didi : “Eh, kita kesini ngajak lu orang baik-baik untuk kerjasama koalisi, pikirin lu pada pake otak!!! Pastinya bisa bikin lu orang cari keuntungan bersama, tapi lu orang malah maunya ngajak berantem aja!!!” (Sejenak para Tetua Siluman saling berembuk berbisik-bisik bersama setelah mendengar ucapan Didi tersebut).
Pimpinan 9 Kepala Leak Terbang : “Begini aja deh, setelah saya pikir sama para Tetua lainnya, menurut Tetua Monyet yang paling sakti karena memahami sifat manusia, maka kami memutuskan untuk mendengarkan terlebih dahulu maksud dan tujuan kalian bersama, untuk keputusan kita orang mau ikut gabung koalisi atau tidak, nanti Tetua Monyet yang memutuskannya langsung setelah kalian ceritakan semuanya dengan sejelas-jelasnya sambil kita orang makan siang, gimana???”
Pimpinan Ratusan Kelelawar Haus Darah : “Lah, mubajir disediakan makanan dan minuman dianggurin mah atuh, mending kita makan dan minum sambil cerita-cerita dulu ajah!!!”
Boy: “Ealalaaaah, emang kita orang maunya ngajakin kongkow-kongkow sambil makan bareng, pegimana sih lu pada aja yang emosian duluan!!!”
Pimpinan 6 Silver Gargoyle : “Kalo saya sih dari tadi ikut-ikutan wae lah, sok atuh apa duduk lagi biar adem ceritanyah…” (Semuanya duduk kembali dalam satu meja besar sambil memulai makan dan minum bersama).
Pimpinan Jutaan Golem Kepala Batu Bata Emas : “Mendengar keuntungan tadi, saya cukup tertarik!! Pegimana ceritanya tuh, saya mau dengar dan memang saya ada dendam pribadi dengan si Titink sialan itu karena pernah manfaatin mengambil emas-emas saya untuk dihutangin Titink tapi kabur tanpa jejak membayar kembali, malah saat saya tagih hutangnya dihujanin serangan para siluman pembunuh pimpinan lakinya si Sedenk itu, ingin hati saya meremukkan si Titink keparat itu yang udah hancurkan seluruh pertambangan emas milik saya, merampok dan juga membunuh banyak keluarga sodara dan kerabat saya jadi korban ulah kejahatan si Titink dan si Sedenk Jahanam itu!!!”

Hampir dua jam lamanya mereka semua saling bertukar cerita masing-masing sambil menghabiskan makanan dan minuman di atas meja perjamuan siang tersebut. Suasana yang tadinya panas penuh emosi pun berubah menjadi dingin dan mulai menghangat di antara mereka semua, setelah mereka satu per satu menjelaskan dendam pribadi masing-masing. Tetua Monyet sangat dendam dengan Siluman Laba-laba yang hampir membunuh kawanan Biksu Tong saat mengawal ke Barat. Tetua Gargoyle dan Kelelawar sangat sakit hati dipermainkan cinta diadu domba oleh Siluman Harpy. Tetua Tengkorak lebih buruk lagi, keluarganya hancur jadi santapan Siluman Hyna Kepala Tiga itu. Tetua Leak dibohongin hampir oleh semua Siluman Jahat itu untuk dijadikan guru ilmu sihir, tapi setelah mereka berhasil malah mengurung Tatua Leak dan membunuh seluruh keluarganya sebagai alat uji coba latihan mereka berbuat jahat, untunglah bertemu kawanan Tetua Monyet dan Biksu Tong yang menyelamatkan Tetua Leak dari kurungan mantra dalam gunung batu. Sedangkan Tetua Genderuwo lebih sakit hati lagi karena jadi bulan-bulanan penderitaan seluruh kerabatnya yang miskin harus dihina, direndahkan dan diinjak-injak menjadi para budak yang digaji murah dan disiksa sampai mati oleh para Tetua Mafia Siluman Jahat yang selalu bersenang-senang di atas penderitaan kematian para kerabat-kerabatnya.

Chika : “Jadi gimana? Apakah para Tetua semua sudah menyetujui maksud tujuan rencana kami untuk koalisi bersama?”
Pimpinan 3 Monyet Gila : “Tapi dengan satu syarat dari kami!!! Kalian para manusia harus diuji dulu, apakah kalian mampu bertarung seimbang selama 10 menit melawan kami, syukur-syukur bila mampu mengalahkan dan ataupun menangkis serangan ilmu jurus-jurus kemampuan terhebat dari kami para Tetua semua, karena saya tidak suka dengan manusia-manusia pembohong yang hanya pamer tapi kenyataannya tanpa bukti nyata!!!”
Didi dan Edi : “Baik!!! Kami Setuju!!!” (Teriakan Didi dan Edi yang spontan).
Fani dan Chika : “Kapan dan dimana?, di sini pun kami siap!!!” (Seruan Fani dan Chika disetujui semuanya oleh Ahui, Boy, Edi dan Didi).
Pimpinan 3 Monyet Gila : “Pastinya bukan di sini!!! Sabar dulu!!! Karena saya sedang memanggil teman terbaik saya (Lewat Hp via sms dan wa) sewaktu perjalanan bersama Biksu Tong ke Barat, sudah pastinya kalian kenal dengan Siluman Ikan Kappa Raksasa Bawal Putih yang kemarin sempat menguji salah satu dari kalian tercebur di lautan, hahaha!!!”
Ahui : “Sialan!!! Awas nanti akan saya tipuk dia!!!”
Pimpinan 3 Monyet Gila : “Hehehe, dia mengujimu saja, jangan dianggap serius, karena itu atas perintah saya juga!!!”
Ahui : “Darimana kamu tau bahwa saya akan datang ke pulau terlarang ini?”
Pimpinan 5 Siluman Babi Hutan : “Dia memiliki kesaktian mata dewa atas karunia cinta Dewi Kwan Im, saya pernah ikut bersamanya ke Barat, jadi dia sudah tau semuanya atas perintah Dewi Kwan Im.”
Ahui : “Jadi kalian berlima juga menguji saya dan Edi?”
Pimpinan 5 Siluman Babi Hutan : “Hehehe, ya begitulah kira-kira…”
Semua Tetua Siluman : “Huahahahahahaha….” (Tertawakan Ahui, Chika, Fani, Boy, Didi dan Edi). Beberapa saat kemudian datanglah Siluman Ikan Kappa Raksasa Bawal Putih dengan tergesa-gesa dipanggil Tetua Monyet.

Siluman Ikan Kappa Raksasa Bawal Putih : “Salam persaudaraan untuk semuanya!!! (Memberi hormat kepada semuanya) Pertama-tama saya mohon maaf kepada Ahui karena sudah mengujimu kemarin, ehm…atas perintah Kak Monyet kepada saya”, sambil jarinya menunjuk Tetua Monyet yang senyum.
Ahui : “Dasar Monyet Sialan, Awas kau nanti!!!”
Pimpinan 3 Monyet Gila : “Hihihihihi…!!!” (Tertawa puas).
Pimpinan 5 Siluman Babi Hutan : “Silahkan duduk dulu Dik Kappa..” (Siluman Kappa pun ikut duduk dan menerima jamuan minum teh oleh Tetua Siluman Babi).
Pimpinan 9 Kepala Leak Terbang : “Baiklah!! Semua sudah berkumpul, mari kita siap-siap berangkat pukul 3.30 sore ini ke pantai timur laut..”
Fani : “Jadi kita mau bertarung di pantai timur?”
Pimpinan 6 Silver Gargoyle : “Begini ceritanya, kenapa kami memilih pantai timur laut, karena Tetua Ikan Kappa memiliki kerabat laut yang sudah pasti Istana-nya jauh lebih aman dari bahaya di darat dan udara..”
Boy : “Heh? Maksudnya gimana? Kenapa ribet begitu?”
Pimpinan 3 Monyet Gila : “Haduh…lu orang manusia pada bodo makanya gagal pencerahan!!! Di darat tiap malam sampai pagi selama 12 jam dari jam 8 pagi sampai 8 malam, ada Patroli pasukan Siluman Tikus, Rubah dan Srigala. Lalu Tiap Siangnya ada Patroli pasukan Siluman Kambing dan Kelinci. Belum lagi di jalur udara, ada banyak pasukan siluman serangga, kutu, Harpy, dll yang biasa aktif setiap malam. Kecuali lalat dan belatung yang datang hanya lapar tercium bau kotor dan busuk saja. Selebihnya di jalur lautan aman, karena Ular dan Belut hanya tinggal di daerah perairan kotor, sungai dan danau, dan sangat ketakutan berada di lautan bebas..”
Didi : “Loh, memang di lautan ada siapa yang ditakutin?”
Pimpinan 4 Tengkorak Pencabut Nyawa : “Jawabannya ada pada Tongkat miliknya itu!!!” (Sambil semua Tetua Siluman menunjuk ke arah Ahui).
Boy : “Kenapa dengan Tongkatnya? Bukannya itu hanya tongkat kayu biasa?”
Semua Tetua Siluman : “Huahahahahahaha….”
Ahui : “Kenapa dengan Tongkat ini? Ini kan milik Maha Guru Boante?”
Pimpinan Jutaan Golem Kepala Batu Bata Emas : “Baiklah, biar tidak terlalu lama bicara, singkatnya saya jelaskan, Tongkat itu bukan tongkat biasa, Pemilik aslinya adalah Siluman Ular Naga Antaboga, yakni Pimpinan tertinggi yang disegani, ditakuti dan dihormati semua siluman di dunia ini dari seluruh Tetua Naga di semua penjuru lautan utara, barat, timur dan selatan." “Woooaaaah…!!!!” semua (Ahui, Didi, Edi, Chika, Boy dan Fani) terkaget-kaget.
Pimpinan 3 Monyet Gila : “Udah ah…kelamaan, nanti keburu magrib kalo kemalaman bisa berbahaya, ayo cepat berangkat!!! Kita menuju Istana Naga Laut Timur, saya mau pinjam tempatnya untuk kita latihan, peralatannya dan pastinya kapal selam untuk kita berangkat ke tempat jauh!!”

Ucapan terakhir dari Tetua Monyet pun diikuti langkah kaki berjalan para Tetua Siluman lainnya dan diikuti oleh Ahui, Edi, Boy, Chika, Didi dan Fani. Mereka bergegas menuju Pantai Laut Timur, Siluman-siluman pasukan laut (katak, bebek/itik/angsa, kepiting, singa laut, berang-berang, buaya, penyu, ikan, udang/lobster, keong/kerang, cumi/sotong dan gurita) langsung menyambut kedatangan mereka dengan membelah air laut timur menjadi sebuah tangga bawah tanah menuju Istana Naga Laut Timur. (Wuiiiih…. kerreeeen…!!! dalam hati Ahui, Edi, Chika, Boy, Didi dan Fani). Seketika mereka juga disuguhkan keindahan alam bawah laut, bak berjalan dalam museum maritim dalam akuarium kaca yang besar di “Sea World”, dengan terbengong-bengong tidak mampu berkata-kata karena luar biasa indah dan luasnya Istana di bawah lautan itu. Sepersekian detik setelah para tamu masuk dalam Istana, air laut pun langsung menutup pintunya seperti lautan biasa sedia kala tanpa celah setitikpun.

Raja Naga Laut Timur : “Silahkan masuk!! Salam semuanya!! Mari!! Anggap saja rumah sendiri!!!..” Seraya sambil menjamu dan menyiapkan tempat peristirahatan bagi semuanya.
Pimpinan 3 Monyet Gila : “Hallaaah, gak usah basa-basi gitu!! Langsung aja, saya datang, hehehe…biasalah mau pinjam kapalmu itu loh!!!” (Menunjuk ke arah Kapal Selam peninggalan Angkatan Laut Rusia yang paling gagah).
Raja Naga Laut Timur : “Sialan kau Monyet Gila!!! Itu satu-satunya yang paling berharga milik pribadi tau!!! Bini gua bisa marah-marah nanti!!!”
Pimpinan 3 Monyet Gila : “Psssttt…eeeh, inget yah…, kalo lu gak kasih gua pinjem itu kapal, nanti gua bocorin acara nikah anak lu sama si..ehm..!!! (bisik-bisik pelan-pelan) Atau Istana ini saya obrak abrik lagi..”
Raja Naga Laut Timur : “Monyong!!! Sialan kau!!! Ya sudah baiklah..!!!”
Pimpinan 3 Monyet Gila : “Huahahaha…, terima kasih banyak yah!!! Pastinya berkah dan karunia berlimpah untuk Maha Raja Naga Laut Timur!!!” Sambil memberi hormat dan ucapan terima kasih.

Pertarungan singkat dengan waktu 10 menit, antara Tetua Siluman dengan para manusia (Ahui, Edi, Didi, Boy, Chika dan Fani) akan segera dimulai di pelataran Istana yang luas. Diumumkan dari yang pertama bertarung hingga yang terakhir nanti secara berturut-turut ialah Tetua Genderuwo Buang Sial dengan Boy, Tetua Ratusan Kelelawar Haus Darah dengan Fani, Tetua Tengkorak Pencabut Nyawa dengan Ahui, Tetua Golem Kepala Batu Bata Emas dengan Didi, Tetua Silver Gargoyle dengan Edi, dan Tetua Leak Terbang dengan Chika. Terakhir yang paling terkuat akan berhadapan dengan Raja Naga Laut Timur dan Tetua Monyet Gila.

Pertama, Boy dan Tetua Genderuwo, kekuatan seimbang, saat Boy berubah diri menjadi Macan Putih Bertanduk Banteng beberapa kali dapat melompat dan mencakar Genderuwo karena kekuatan indra hidung dan kupingnya yang tajam atas setiap gerak langkah Genderuwo yang berat mudah diketahui meski kemampuan menghilangnya sangat membuat Boy cukup bingung hingga kemawalahan, untungnya Boy tidak terlalu terkecoh, Boy pun menang.

Kedua, Tetua Ratusan Kelelawar Haus Darah dengan Fani, Ilmu menyerang keroyokan Kelelawar membuat Fani sangat pusing dan hampir kalah dikepung dan dicabik-cabik cakar bahkan digigit-gigitin ratusan anak-anak kelelawar. Fani murka dan ternyata gigitan-gititan kelelawar itu membuatnya berubah bersinar menjadi Kupu-kupu Ungu Raksasa yang dengan kibasan besarnya membuat para kelelawar jatuh terkapar bagai terkena angin puting beliung. Fani dan Tetua Kelelawar Seri-Seimbang-sama kuat. Transformasinya Fani sebenarnya berlangsung sangat lama, karena Fani hanya terkena cipratan muntahan racun Boy saat bersama Chika menolong Boy yang keracunan gigitan Sedenk dan Titink. Karena dipikirnya tidak akan beracun setelah meminum sedikit sisa elixir Sisiter Chihante, tetapi setiap pagi hari, Fani merasakan banyak gulungan kapas ungu di kamarnya, yang diam-diam dia malu menceritakan pada Pather Dhigante, tetapi lambat laun Pather Dhigante tidak sengaja menemukan kapas ungu beterbangan di banyak ruangan, barulah Pather Dhigante memintanya langsung berangkat berobat kepada Tabib Sister Chihante. Karena terlambat diobati, Sister Chihante berusaha memperlambat transformasi monster di tubuhnya agar dapat bermetamorfosis dengan sempurna menjadi Kupu-Kupu Ungu Raksasa nanti pada waktunya Fani benar-benar mengeluarkan seluruh emosinya.

Ketiga, Tetua Tengkorak Pencabut Nyawa dengan Ahui, beberapa kali Ahui terus menghindar serangan tengkorak, tetapi Ahui pun kebingungan sulit melukai apalagi menjatuhkan tengkorak yang luar biasa keras dan kuat itu, seringkali Ahui terpukul dan kesakitan, bahayanya emosi Ahui yang sulit terkontrol membuatnya berubah menjadi Monster Beruang Salju seketika mengamuk membabi buta, beberapa kali memukul salah sasaran, beberapa bagian istana hancur, lautan terombang-ambing seperti sedang dikocok-kocok mabuk lautan (sampai semua para penonton dan Tetua muntah-muntah ikut pusing, kecuali Tetua Monyet santai keasikan), dan teriakan amarah emosinya membuat para tengkorak itu bergetar ketakutan dan hampir remuk dibuatnya. “STOP!!! Cukup Ahui!!! Ingatkan dirimu!!! Tetua Tengkorak bisa hancur nanti!!!”, ucap Edi yang langsung berteriak terbang ke kuping Ahui untuk menahan amarah amukan diri Ahui, seketika mendengar Edi, Ahui pun sadar dan mulai melemah, menarik dalam-dalam nafasnya, menahan emosinya, ibarat di film kingkong yang menyayangi kekasihnya. “LUAR BIASA…!!!Cocok Lawan saya nanti ya!!!”, ucap Tetua Monyet Gila dengan senangnya karena menemukan lawan seimbang. “SINTING!!! SAMA GILAnya!!!”, ucap Raja Naga Laut Timur yang sangat pusing melihat sebagian Istananya amburadul hancur karena Ahui.

Keempat, Tetua Golem Kepala Batu Bata Emas dengan Didi, karena ketangkasan, kelincahan dan gerakan cepat Didi, dengan mudah Didi selalu mengelak dan memukul berkali-kali beberapa titik kelemahan Tetua Golem, Didi dikenal sebagai yang paling jago ilmu silat kungfunya dan terkuat di antara mereka ber-enam. Didi selalu menganggap Ahui sebagai adiknya, karena memiliki karakter kuat dan tangguh seperti dirinya. Begitu mudahnya hitungan satu menit, Tetua Golem yang gerakannya lambat dan berat langsung keok seketika jatuh, Didi menang dengan mudah. “Mantab!!! Ini baru saingan saya yang seimbang!!!”, ucap Raja Naga Laut Timur langsung berdiri, diikuti tepuk tangan para Tetua lainnya dan memilih Didi sebagai lawannya yang paling seimbang.

Kelima, Tetua Silver Gargoyle dengan Edi, ibarat menonton pertunjukkan pesawat terbang latihan bertempur dengan ilmu meringankan tubuh, mereka berdua seimbang dengan kekuatan terbangnya masing-masing, maka waktu 10 menit pun hampir habis dengan hasil biasa saja imbang-seri-sama kuat.
Keenam, Tetua Leak Terbang dengan Chika, sebelumnya ada kisah dimana Chika sering berdekatan bermesraan dengan Boy yang tengah dirawat Tabib Sister Chihante dan Master Kyai Gusdante, saat Boy masih menjadi monster Macan terkena racun waktu itu. Chika pun tertular racun dalam tubuh Boy karena terlalu dekat dengan Boy, seperti halnya Edi terkena karena Ahui. Chika pun langsung bertransformasi menjadi Siluman Peacock/burung Hong Phoenix Merah Raksasa berapi-api seluruh tubuhnya, saat melawan Tetua Leak Terbang. Pertarungan sangat seru, karena ibarat melihat pertunjukkan sirkus bola-bola api antara keduanya, yang hampir-hampir menghanguskan sebagian Istana Laut Timur, untunglah waktu 10 menit begitu singkat, bila tidak, copot jantung Raja Laut Timur yang hampir stress melihat kebakaran api menyasar di mana-mana sebagian Istana-nya itu. Keduanya menang sangat seimbang, sama-sama kuat.

Pertarungan ketujuh adalah Didi dengan Raja Laut Timur, ibarat nonton film kungfu antara Wong Fei Hung melawan Ip-Man, penonton pun bingung menonton siapa pemenangnya? Kedua-duanya menguasai gerakan sangat lincah, cepat, gesit dan luar biasa berimbang. Jurinya tentu saja Tetua Monyet Gila, saking pusingnya Monyet Gila harus membelah diri menjadi tiga untuk menentukan pemenangnya, tentu saja Raja Naga Laut Timur yang menang 2x pukulan kilat tanpa bayangan. Maka Raja Laut Timur dengan senang hati memberikan anugrah pada Didi, mengangkatnya menjadi anak dari Raja Laut Timur, dengan demikian ilmu barunya pun langsung seketika diberikan pada Didi yakni Pecahan Mutiara Naga miliknya, dalam hitungan detik saat Didi memakannya, Didi berubah wujud menjadi Greenscale Komodo Dragon, sebagai satu-satunya simbol transformasi dari Pemimpin keturunan Naga di daratan yang paling berbahaya di dunia.

Terakhir paling berbahaya adalah Tetua Monyet Gila dengan Ahui, dimana Raja Laut Timur memberi larangan tidak boleh lebih dari 5 menit. Karena takut seluruh isi Istananya hancur ambruk akibat pertarungan mereka. “Ayo!!! Maju Monyet Imut Putih!!! Mari bertarung!!! Sesama Monyet Gila!!!”, ucapan menyebalkan Tetua Monyet Gila itu, membuat Ahui yang mudah emosi pun mengamuk menjadi Monster Beruang Salju Raksasa bertarung seimbang dengan Tetua Monyet Gila. Setiap pukulan dan tendangan dibalas serupa, sama kuatnya, hanya saja, getaran pukulan tenaga raksasa itu membuat seluruh isi Istana berguncang, memusingkan, semua penonton pun mabok muntah-muntah, karena air laut seperti pasang bergolak di kocok-kocok. Belum lagi petir menyambar-nyambar saat Tetua Monyet mengeluarkan Tongkat Sakti Raja Laut Timur yang disimpan dalam telinganya berhadapan dengan Tongkat Ular Naga Emas Antaboga. “Piiaaang, Teeeng…, Plaaang, Jedaaar..Jedoor.., Dueeerr…”, seluruh lautan hingga langit pun berguncang seperti gempa mau tsunami. Pertarungan asik yang dilakukan Tetua Monyet Gila itu tetap saja tidak mau mengalah, sampai dengan pukulan kencang terberatnya Tetua Monyet membuat Ahui sedikit terbawa getaran mundur hampir terjatuh beberapa langkah untung tertahan Tongkatnya, dikarenakan Ahui juga sudah cukup kelelahan habis energy melawan Siluman Tengkorak. “Acch…saya rasa cukup!!! Kasihan kau kelelahan!!! Mari kita selesai dan istirahat..saja!!!, sebelum para dewa langit murka nantinya, gara-gara saya, hihihi..!!!”, ujar Tetua Monyet Gila kepada Ahui, sambil melihat sekeliling mereka, para penonton pada pusing terjatuh karena mabok dan muntah. Dilihatnya Edi pun tergeletak pusing muntah karena guncangan hebat, membuat Ahui langsung melemah dan berubah seketika menjadi manusia biasa berlari memeluk Edi yang tengah pingsan mabok lautan. Tetapi karena Ahui pun kelelahan, dia malah pingsan duluan jatuh menindih Edi yang terkaget langsung buru-buru berusaha bangun dan mengangkat membopong Ahui untuk membawanya istirahat karena kelelahan di tempat duduk tiduran, sambil Edi memberikan jubahnya menutup tubuhnya yang lemah dan sebagian tenaga dalam energy Chi-nya disalurkan untuk dapat memulihkan kesadaran Ahui.

Berikan ini padanya dan semua sahabatmu yang lainnya!!! Kamu juga ya!! Dan istirahat semua!!! Perjalanan Esok masih panjang…”, ujar Tetua Monyet Gila, memberikan seBotol Pil Obat simpanannya pemberian titipan Dewi Kwan Im untuk diberikan kepada mereka semua, setelah Tetua Monyet selesai dan berhasil menguji mereka sampai lulus. “Besok malam, kita berangkat menuju kediaman Pather Dhigante!!! Persiapkan diri kalian semua!!! Karena saya, Tetua Babi, Tetua Raja Laut Timur dan Tetua Ikan Kappa, tidak dapat ikut mengantar kalian, sebab mendapat panggilan darurat untuk melapor ke Istana Raja Langit.., Kalian akan diantarkan oleh para Tetua lainnya dan para pasukan Laut Timur dengan Kapal Selam milik Raja Laut Timur”, ucap Tetua Monyet Gila, seraya langsung berjalan menghilang menuju tempat istirahat yang telah dipersiapkan untuknya. Disusul oleh para Tetua lainnya dan kemudian Edi membawa Ahui, Didi membawa Fani, sementara Boy dan Chika sudah langsung menghilang duluan.

Keesokan pagi harinya, Edi yang masih tertidur, dengan mengendap-endap, Tetua Monyet Gila masuk ke kamarnya Edi, dengan ilmunya yang berubah menjadi lebah. Tanpa banyak omong, Tetua Monyet Gila langsung membangunkan kaget Edi dengan sekali cubit, saat Edi kaget dan menguap, dengan cepat tangan Tetua Monyet Gila langsung melemparkan salah satu cabutan bulu emas di kepalanya ke dalam mulut Edi hingga tertelan dan tersedak. Agar Edi tidak berani memuntahkan, Tetua Monyet langsung menotok tubuhnya agar diam menelan bulu emas milik Tetua Monyet Gila itu. “Ingat ya!! Sssstt… Rahasia!!! Kamu akan tau nanti khasiatnya!!! Kamu harus selalu melindungi kekasihmu, Ahui!!! Karena melihatmu sangat lemah, saya takut Ahui sedih dan menderita!!! Bagi saya, dia sangat unik, special, layaknya saya juga sepertimu, menyukainya…,hmm..saya harus pergi melapor akibat ulah saya kemarin, maka saya akan jarang menemanimu semua, jadi yang kau telan itu sudah mewakili saya untuk melindungi Ahui dari bahaya nantinya!!! Titip pesan untuk yang lainnya, saya harus pergi duluan!!!”, ucap Tetua Monyet Gila itu seraya langsung menghilang dan pergi bagai kilatan cahaya emas. Kesaktian Mata Dewa Tetua Monyet Gila mampu menerawang masa depan Ahui yang berbahaya, makanya dia memberikan kesaktiannya untuk Edi agar dapat melindungi Ahui. Dalam hitungan menit, saat Edi lepas dari ilmu totokan Tetua Monyet, tiba-tiba seluruh tubuh Edi berubah menjadi berbulu emas mirip Tetua Monyet Gila namun karena Edi sebelumnya Elang bersayap, kini menjadi Golden Hawk Gargoyle (Elang Emas Bertubuh Monyet atau jadi mirip seperti Siluman Golden Gargoyle). Kejadian itu hanya dia sendiri yang mengetahuinya, secepatnya dia berusaha mengendalikan nafas dan emosinya agar dia langsung dapat kembali berubah normal menjadi manusia biasa, sehingga tidak dicurigai oleh siapapun juga.

Setelah semuanya berkumpul, Edi pun menceritakan prihal Tetua Monyet yang telah pamit, pergi lebih dulu kepada Raja Naga Laut Timur. Seselesainya berpamitan, Siluman Lima Babi Hutan berpesan, akan menyusul mereka dengan Tetua Monyet, Tetua Ikan Kappa dan Raja Naga Laut Timur setelah mereka selesai menghadap ke Istana Raja Langit. Berangkatlah mereka (Ahui, Edi, Chika, boy, Didi dan Fani, bersama para Genk Tetua lainnya) menuju Benua Natflimorwud, "Purple Clock Church" kediaman Pather Dhigante.

Takdir ternyata berkata lain, karena berkat kekuatan Kristal kuning yang telah dirampas oleh Sedenk dan Titink, mereka telah mampu membuat berbagai macam teknologi canggih seperti robot, bionic hingga cloning berbagai jenis sel-sel penyakit. Sedenk pun dapat membuat kepala baru yang terbuat dari bionic robotic penuh senjata mematikan yang dikendalikan oleh tubuhnya saat bertransformasi menjadi siluman ular kepala dua.

Anak-anak buahnya, Kopeth (Siluman Laba-laba), Lekine (Siluman Tungau Raksasa), Mimix (Siluman Lalat Raksasa Beracun), dan Ninin (Siluman Belatung Raksasa) telah bersiap menyerang kediaman Pather Dhigante. Tepat pada hari sabtu menjelang acara kebaktian sore, terjadi ledakan berpuluh-puluh kali di Purple Clock Church kediaman Pather Dhigante, banyak warga yang terluka parah karena kejatuhan molotov yang dilemparkan ke dalam jendela-jendela dan maupun rudal dari tembakan pesawat jet tempur dan helikopter ke atap gedung kediaman Pather Dhigante. Satu-satunya cara yang dilakukan Pather Dhigante adalah memberikan kekuatan penyembuhan dengan mempercepat waktu pemulihan, agar murid-muridnya dapat segera membantu menyelamatkan dan melarikan diri para warga ke ruang bawah tanah yang telah di design oleh Pather Dhigante selama berpuluh-puluh tahun lamanya, ruangan bawah tanah tersebut anti serangan peluru dan binatang apapun agar mereka terlindung dari bahaya serangan mematikan.

Pather Dhigante terpaksa harus menyerang berkorban sendirian demi mengecoh para penjahat yang ingin mencelakai warga dan murid-muridnya. Ribuan serangan anak-anak laba-laba, tungau terbang, lalat beracun dan belatung penghisap darah, langsung menyerang Pather Dhigante, mula-mula ribuan serangan itu musnah dalam sekejab oleh kekuatan netralisir kristal yang dibawa Pather Dhigante, tetapi walhasil kelicikan para penjahat mengepung Pather Dhigante dengan menguruk tanah, membuat Pather Dhigante takut mereka menerobos ruang bawah tanah, seketika pikirannya sulit fokus karena ribuan serangan, dari atasnya tidak sadarkan jaring-jaring laba-laba dilemparkan dari kepungan helikopter, Pather Dhigante tidak mampu berkutik, seluruh tubuhnya terjaring lengket kekuatan jaring hitam laba-laba beracun. Turunlah Sedenk dari pesawat tempur jet miliknya menemui Pather Dhigante yang kesakitan tersebut.

Sedenk : "Hahaha!!! lama tidak jumpa Pather!!! Karena pemulihan kepala saya yang baru ini, saya tidak akan lama, hanya mau mengambil barang berharga saja kok.."
Pather Dhigante : "Penjahat sepertimu pasti akan kena balasannya yang lebih menyedihkan!!!"
Sedenk : "Oooh hoow, sungguh mengharukan..., cukup kata-katanya..." (Sembari, Sedenk merampas Arlojinya Pather Dhigante yang berkilau mengeluarkan cahaya kekuatan warna ungu)
Ternyata arloji itu sulit dilepaskan sudah menyatu dengan tangan Pather Dhigante, terpaksa hal buruk pun terjadi, Titink menyambit dengan tangan tajamnya, membuat lengan kiri Pather putus seketika, barulah arloji itu lepas dari tangannya karena darahnya Pather yang mengalir membuka kunci ikatan kristal ungu yang mengikat lengannya. "Tidaaaaaaakkhh!!!!, teriakan Pather Dhigante yang kesakitan seketika datanglah Fani yang terlambat masih berlari untuk menyelamatkan Pather Dhigante. "Huahahaha!!!" Sedenk dan Titink sudah tertawa puas dan keburu kabur terbang dengan peswat jet tempur miliknya. Fani hanya dapat menatap pedih menangis di samping Pather Dhigante dengan tangisan terlambat.

Pather Dhigante yang kesakitan segera dibuka ikatan jaring-jaringnya, tapi terlambat racun laba-labanya sudah menjalar ke jantungnya. "Faaa..ni, ingatlah ini bukan kesalahanmu, jangan menyalahkan siapapun juga atas kejadian takdir ini. Mulai sekarang kamu ikutilah petunjuk Sister Chihante, dan temanilah Didi juga. (Sembari Didi sujud mendekati Pather) Didi dan Fani, kalian adalah jodoh, hiduplah saling menjaga, saling membantu, mengisi kasih-sayang dan saling membahagiakaaan...",akhir nafas Pather Dhigante pun wafat dengan tenang dan damai di sisi Didi dan Fani yang menangis. Sedangkan yang lainnya berusaha membuka pintu ruang bawah tanah menyelamatkan para korban yang masih terluka parah. Bagaimanakah kisah selanjutnya? –BERSAMBUNG-

170718 Written & picture design by : Kepik Romantis / PVA

NB : Kisah ini hanyalah karangan Fiksi misteri belaka, bila ada kesamaan nama, bentuk, tempat, symbol, gambar dan tulisan, semuanya semata-mata hanya dalam hayalan/imajinasi karangan belaka.