Friday, July 29, 2016

"Not For Sale" (Tidak Dijual Dimanapun)

Hal-hal yang tidak dapat dibeli di tempat manapun juga :
1. Love - Cinta
Cinta sejati tidak dapat dibeli dengan banyaknya uang yang dimiliki, karena cinta adalah kebahagian yang sederhana, cinta sudah cukup untuk cinta, oleh karenanya cinta adalah segalanya berkorban demi keikhlasan dan ketulusannya yang selalu ada menemani dalam suka dan duka. Lebih banyak kepalsuan cinta yang menjanjikan ribuan kebohongan karena menginginkan tujuan sesuatu balasan dan untuk memaksa memilikinya. 
2. Dreams - Mimpi
Berapa banyak uang yang telah dihabiskan hanya untuk dapat mencari nyenyaknya di saat tidur bermimpi indah? Apakah kasur / ranjang, bantal ataupun guling yang mahal dapat memberikan mimpi yang indah? Ataukah hanya selembar tikar tanpa kasur, tanpa bantal ataupun guling yang dapat memberikan tidur dengan mimpi indah? Mimpi yang indah dengan tidur yang nyaman, nyenyak dan tenang hanya dapat diperoleh pada saat merelakan untuk melepaskan semua hal yang telah mengganggu dan menjadi beban di dalam hati maupun pikiran. 
3. Friends - Sahabat
Berapa banyakkah sahabat yang tetap tinggal dan ada untuk menemani kita di saat kita berada di dalam kesulitan, kesusahan dan ditimpa masalah / bencana ? Pasti berbanding terbalik jumlahnya dengan banyaknya sahabat "palsu / fake" di saat kita meminta mereka datang hanya untuk berpesta pora / bersuka cita / bersenang-senang semata. Berbeda dengan Sahabat Sejati, dia tidak akan pergi kabur meninggalkan begitu saja, selalu datang dan tetap ada di saat kapanpun dibutuhkan pertolongannya, meskipun dia selalu dilupakan, di saat semua telah senang mengacuhkannya. Sahabat Sejati tetap tinggal dan tidak akan pergi meskipun diusir, disakiti, dimarahi, dikecewakan, dibohongi bahkan dibenci dan dibuang saat yang ditolong olehnya telah berhasil sukses meraih cita-cita dan impian hidupnya.     
4. A Wish Come True - Harapan Terwujud / Terkabul / Terjadi Nyata
Berapa banyak harapan di dalam hidup ini yang telah terwujud / terkabul / menjadi nyata? Lebih banyak kegagalankah atau keberhasilankah memperolehnya? Apakah dapat membeli dan mendapatkan harapan itu dengan mudah? Mungkin harapan palsu lebih banyak terjadi ketimbang terbalik dengan harapan nyata. Butuh pengorbanan, usaha, perjuangan dan kerja keras yang tidak sedikit bahkan sangat melelahkan, menyakitkan dan menderita untuk mewujudkan dan mendapatkan harapan itu agar terkabul menjadi nyata.
5. Happiness - Kebahagiaan
Kebahagiaan asli sempurna ataukah kebahagiaan sementara? Bila jawabannya kebahagiaan sementara, semua orang dapat membelinya dengan mudah asalkan dapat memilki / memperoleh / mendapatkan semua keinginannya dalam waktu sesaat. Tapi Kebahagiaan yang sempurna bukan untuk waktu yang sesaat, tetapi untuk selama-lamanya waktu itulah kebahagiaan sesungguhnya. Bagaimana menemukannya dan mendapatkannya yang selama-lamanya bukan yang sesaat sementara saja.  
6. Time - Waktu
Pertanyaannya, Berapa banyak waktu yang dapat dimiliki ? Jawabannya sangat sedikit sekali, karena waktu tidak akan pernah menunggu, waktu terus akan berjalan dari detik, menit, hingga jam. Umur pun adalah waktu yang tidak dapat dimiliki selamanya, begitu cepatnya tidak terasa detik, menit dan jam terlewati sudah sehari, sebulan bahkan tahunan dan umurpun bertambah tua, tidak terasa semakin sering sakit dan semakin dekat pada kematian. Maka pergunakan waktu dengan sebaik-baiknya, jangan pernah melewatkan kesempatan untuk banyak melakukan hal baik dan benar di dalam hidup ini, karena waktu tidak akan mengulang berputar balik kembali, yang ada hanya tinggal sejarah dan kenangan masa lalu, entah itu pahit ataupun manis, semuanya tetap akan terhapus dan terlupakan oleh waktu juga.  (290716 Written by : Kepik Romantis / PVA) 
Sumber Foto : TheFunnyPlace.net

Thursday, July 28, 2016

Adakah Alasan Bertahan Hidup?

Sejak kita terlahir hidup di dunia hingga kita hidup sampai dengan detik ini, adakah terlintas di dalam benak pikiran dan hati kita, sebuah alasan untuk dapat tetap bertahan hidup? Terkadang kita tidak menyadari bahwa hidup kita menjadi cerminan dari hidup orang lain di sekeliling kita. Andaikata satu menit saja kita dapat menemukan alasan yang baik untuk hidup kita, mungkin alasan itu juga dapat mengubah hidup orang lain di sekeliling kita. Tidak heran bahwa perubahan hidup terjadi bukan karena paksaan dari orang lain, tetapi banyaknya pengaruh lingkungan yang memaksanya untuk berubah, entah menjadi baik ataukah menjadi buruk, pilihannya tetap di diri masing-masing. Semua manusia berhak memilih peranan hidupnya masing-masing, menjadi "hitam", menjadi "putih", ataukah bahkan menjadi "abu-abu", tidak benar-benar hitam dan tidak benar-benar putih. Alangkah indahnya apabila kita membuat alasan hidup yang baik untuk dapat menyelamatkan dan menolong hidup sesama/orang lain di sekitar kita, mungkin kebaikan itu juga akan ditularkan kepada yang lainnya. (280716 Written by : Kepik Romantis / PVA)
Sumber Foto : Suara Cerita

“Menikahi Sang Direktur III" (Different Version of Beauty and The Beast)

Sesion III

Selepas acara makan malam bersama di rumah Suseno, mereka (Cokro, Lukas, Kristina, Karina dan Bella) pun mulai berdiskusi serius dengan direkturnya itu, Suseno. Selain membicarakan masalah di perusahaan PT. Mulya Jaya, mereka pun juga menceritakan prihal Bella yang kini sudah keluar dari perusahaan Ramon Corporation. 

Cukup lama Suseno terdiam sambil terus mendengarkan pembicaraan dan penjelasan mereka sampai selesai. Antara perasaan kasihan, bingung dan terlintas juga rasa kebapakan yang ingin mengayomi semuanya. Meskipun belum sembuh benar dari perasaan traumanya di masa lalu, melihat wajah Bella yang murung penuh kegelisahan dan kesedihan, membuatnya merasa harus bangkit dan sadar, bahwa mereka datang memerlukan pertolongan dirinya, siapa yang dapat mereka percaya, itulah mengapa mereka datang kepadanya, karena jiwa seorang pemimpin yang bijaksana, tegas, berani, penuh tanggung jawab dan dapat mereka percaya selama ini.

“Entah kalian mengganggap saya sebagai apa, saya hanya memberikan sedikit masukan dan nasehat, baik sebagai atasan, orang tua, saudara, keluarga ataupun sahabat bagi kalian semua. Biar bagaimanapun, memang terkadang orang tua kita sering mungkin pernah membuat kesalahan yang tidak mereka sadari memaksakan kepada anak-anaknya. Namun, mereka tetaplah orang tua kandung, seburuk kesalahan mereka, sebagai anak haruslah berbakti kepada kedua orang tua kalian, dengan cara pergi dari rumah tanpa pamit pastilah akan membuat orang tua semakin khawatir dan cemas, jadi menurut saya, lebih baik Bella pulang ke rumah dulu, lalu bicarakan baik-baik dengan kedua orang tua, apabila Bella memang kesulitan, saya akan bantu ikut menemani untuk berbicara dengan kedua orang tua Bella. Untuk masalah dengan Ramon, saya tidak dapat memberikan penjelasan apapun karena itu masalah intern dengan perusahaan Ramon. Semua keputusan ada di tangan Bella, silahkan Bella yang menentukan sendiri sebaik-baiknya, sebagai seorang mahasiswa tingkat akhir pasti sudah lebih matang dan dewasa berpikir jadi harus dapat mengambil keputusan untuk permasalahan hidupnya.”

Penjelasan Suseno yang tegas dan bijak, cukup membuat mereka (Cokro, Lukas, Kristina, Karina dan Bella) terdiam dan berpikir lebih serius dan tenang tanpa emosi yang menggebu-gebu. Bella pun menjawab, “Iya Pak, saya merasa bersalah pada orang tua saya, pastilah ibu saya sangat cemas, saya mohon Bapak bantu saya untuk menjelaskan pada kedua orang tua saya, karena saya takut menghadapi mereka. Apalagi setelah saya pergi tanpa pamit dan keluar dari perusahaan Bapak Ramon. Mohon pertolongan Bapak, saya menyesal telah keluar dari perusahaan Bapak, saya sadar dan sangat bersalah karena tuntutan gaji besar yang diharapkan oleh Ayah saya karena itu saya terpaksa masuk di perusahaan Bapak Ramon, namun setelah saya tau dan menyadarinya ternyata Bapak Ramon hanya menginginkan kecantikan saya untuk dimanfaatkan olehnya sebagai salah satu barang koleksinya…”, kalimat terakhir yang diucapkan Bella telah membuat air matanya langsung mengalir membasahi pipi Bella, terpancar rasa takut dan kepedihan di dalam hatinya yang terpendam.

Kristina dan Karina langsung merangkulnya dan memberikan tissue kepada Bella yang mulai menangis mengeluarkan seluruh trauma hidupnya. “Bajingaaan Ramon!!!”, Cokro langsung emosi meledak-ledak hingga memukul meja dengan tangan kanannya. “Cokro!!! gila kamu yah, pikir dulu sebelon ngomong, hati-hati bicara!!! yang kamu sebut bajingan tuh bukan orang biasa, tapi orang yang punya pengaruh besar di Negara ini, bisa-bisa kita dihabisin juga cukup dalam waktu semalam”, ujar Lukas menyadarkan Cokro yang tengah emosi.

“Cukup Lukas! kamu juga gak boleh menuduh orang sembarangan! Selama kamu gak punya bukti yang kuat, kamu juga gak boleh berbicara sembarangan”, tegas Suseno menjelaskan kepada Lukas dan Cokro. “Tapi…Pak, kok Bapak malah masih ajah membela orang yang udah jelas-jelas gak bener, kan Bapak juga yang ngajarin kita untuk selalu melihat kebenaran dan kebaikan untuk sesama, Bella jelas-jelas sudah memberikan penjelasannya dan masih banyak lagi akibat lainnya seperti kerusakan lingkungan yang terjadi akibat keserakahan, kebencian dan kelicikan seorang Ramon”, bantah Cokro kepada Suseno. 

“Iyaa saya tau, tapi apa kamu punya bukti melihat sendiri, kamu video atau kamu foto kalo dia pelakunya? Kalo kamu tuduh dia pun di pengadilan, kamu hanya akan ditertawakan, malah kamu yang akan dikurung dalam penjara karena telah mencemarkan nama baiknya. Masalah Bella pun sama, meskipun kamu membelanya, bahkan punya bukti sekalipun, apakah dia tidak mampu membeli hukum, dengan uang dan kekuasaannya, hukum di Negara ini tidak akan pernah berjalan dengan adil. Udahlah, kalian pulang sudah malam, kalo mau menginap di sini juga silahkan, saya gak melarang, istirahatlah dulu…, tenangin dulu diri kalian, berpikirlah dengan kepala dingin, jangan membawa emosi sesaat…”, setelah Suseno mempertegas penjelasannya, dia pun beranjak dari kursinya, merasa lelah berdebat dengan Lukas dan Cokro, dia berjalan masuk menuju ruang kerjanya, terbiasa dia istirahat tertidur di kursi sofa dalam ruang kerjanya, sangat jarang sekali dia tidur di springbed ranjang dalam kamar tidurnya.

Cokro, Lukas, Kristina, Karina dan Bella pun menuju kamar tamu di dalam rumah Suseno. Kamar tamu depan khusus untuk pria yang bersebelahan dengan pemandangan kolam ikan koi dan kamar tamu belakang khusus untuk perempuan bersebelahan dekat dengan pemandangan kolam renang di belakang rumah Suseno. Di ujung sebelah barat kolam renang, terdapat bangunan kayu gazebo kecil untuk duduk-duduk bersantai dan bermeditasi saat sedang kelelahan, dikelilingi pemandangan dinding tembok yang dilukiskan nyata dengan miniatur air terjun yang terus mengalir dan pepohonan rimbun disertai aneka macam tanaman bunga setaman yang mewangi harum semerbak terbawa udara angin semilir.

Tengah malam, Bella tidak terjaga, tidak dapat tertidur nyenyak, Bella pun beranjak keluar dari kamar, pandangannya tertuju pada keindahan kolam renang yang tenang dengan miniatur air terjun yang terus mengalir diterangi keindahan lampu temaram. Bella berjalan menuju gazebo kecil, dia terduduk menyendiri, pikirannya terus terbayang akan setiap ketakutan yang menghantui jiwanya, begiu gelisah hingga tidak merasa tenang, apa yang akan terjadi nanti? Bagaimana nantinya?, semua pertanyaan muncul dalam pikiran dan hatinya. 

Sementara itu, Suseno terbangun karena ingin ke kamar kecil, serta merasa haus dan lapar di tengah malam. Seselesainya dia dari kamar kecil, Suseno menuruni tangga menuju dapur rumahnya. Dinyalakannya lampu dapur, Suseno mencari makanan di dalam kulkas, dia ingin membuat omlete telur dadar atau sekedar minum kopi di tengah malam dengan dua lembaran roti tawar yang di panggang dengan mentega pada wajan penggorengan. Saat hendak mengambil wajan penggorengan yang masih basah di dekat washbak cuci piring, terlihat dari jendela tempat cuci piring tampak ada seseorang sedang berada di dalam gazebo kecil dekat kolam renang. Niat hati ingin memasak pun diurungkannya sejenak, lebih baik dia membuat segelas kopi pikirnya nanti, setelah dia berhasil mencari tau siapa gerangan yang terjaga di tengah malam. 

Berjalan perlahan-lahan, dilihatnya wajah Bella yang murung sedang menatap miniatur air terjun yang mengalir dari balik jendela di dalam gazebo kecil. Ingin hati Suseno mendekatinya, namun apakah nanti Bella akan terkejut akan kehadirannya yang tiba-tiba. Perasaan ragu-ragu takut mengagetkannya, akhirnya Suseno berjalan kembali ke dapur, dipikirnya lebih baik dia memasak omlete dan roti panggangnya dengan segelas kopi, karena tidak ingin mengganggu dan mengusik ketenangan Bella.

Suseno pun melanjutkan niatnya memasak, dia mengambil dua buah telur di dalam kulkas, mengocok, mengaduk dengan membubuhkan garam dan merica sedikit, lalu menggorengnya dalam wajan yang sudah dipanaskan dalam kompor. Setelah omlete selesai, dilanjutkan dengan memanggang dua lembaran roti tawar yang sudah dioleskan mentega terlebih dahulu. 

Terdengar kegaduhan di dapur, Bella bingung, siapakah yang memasak di tengah malam?, pikirnya hingga tercium pula harumnya aroma mewangi roti panggang mentega dan omlete telur. Bella pun beranjak berjalan keluar dari dalam gazebo, menuju ke dapur, mencari tau siapa yang sedang memasak di tengah malam. Dilihatnya Suseno sedang asik menaruh masakannya dalam wajan pada piring yang telah disediakan olehnya.

“Waaah, ternyata Bapak pandai memasak juga ya?”, ucap Bella melihat Suseno yang sedang menaruh makanannya. “Oooohhh, kirain siapa? Kok Belum tidur? Atau kamu lapar juga? Mau temani makan sama saya?, kalo mau, saya bagi dua, tinggal mengambil satu piring lagi”, jawab Suseno. Mendengar ucapan Suseno, Bella pun menjawab, “Hehehe, sepertinya enak, saya jadi tertarik ingin mencoba, seperti apakah rasanya masakan seorang direktur?”. 

“Hahaha…, kamu jangan meledek yah, kalo kamu coba masakan saya, nanti kamu bisa ketagihan loh”, ujar Suseno dengan senang hati, dia langsung mengambil satu buah piring lagi dan membagi dua sama rata makanan yang ada padanya. “Kamu mau minum apa? Kopi atau teh?”, tanya Suseno pada Bella. “Waduuuhh…., gak kebalik nih, kok jadi Bapak Direktur yang melayani pegawainya?”, ucap Bella melihat kesigapan direkturnya yang mengambil dua gelas di dapur. “Hahaha.., ini kan bukan di kantor, selama hanya kamu saja yang tau, lagi pula saya tidak masalah antara siapapun melayani siapa, saya tetap siap melayani, apalagi melayani seorang Bella…, jadi mau minum apa?”, ucapnya begitu senang sambil menatap ke arah Bella dengan pancaran mata yang begitu bahagia.

“Teh saja, saya kurang begitu suka minum kopi…”, jawab Bella tersenyum tersipu-sipu, sambil ikut membantu mengangkat piring-piring dan mengambil sendok dan garpu meletakkannya pada meja makan kecil di dalam dapur. Mereka berdua terlihat duduk berdekatan pada kursi bulat tanpa sandaran, sambil tersenyum dan tertawa-tawa bahagia. “Jadi kita ini sedang makan pagi atau makan tengah malam?”, gurau Suseno pada Bella. “Mungkin tepatnya disebut supper, bahasa kerennya..”, jawab Bella. “Jangan kecewa kalo rasanya kurang sesuai dengan selera kamu”, ucap Suseno menambahkan sambil memakan roti panggang dan omlete buatannya bersama Bella. Setelah Bella mencicipi masakan Suseno, Bella terkejut dan berkata, “Waaaaahh, ternyata Bapak selain direktur juga seorang Koki yang hebat di dapur yah…”, tegas Bella menjawab Suseno. “Hahahahahaha…., ini sindiran atau pujian yah, saya jadi bingung”, jawab Suseno. “Hihihihi…(Bella tertawa sambil memakan makanannya), sumpaaahh Pak, euenak tenan, maknyusss….kalo kata iklan di TV kan gitu loh, hehehehe…”,spontan Bella menjawab dengan senang hatinya. “Hahahahaha…., tapi jangan bilang-bilang yang lain yah, nanti saya malu, apalagi sama Jono dan Nita, nanti saya disuruh ganti profesi jadi koki lagi, hihihihi…”, mereka berdua begitu asik tertawa-tawa saat makan bersama hingga habisnya makanan mereka pun tidak menyadarinya. 

Seselesainya mereka bersantap, Bella membawa piring-piring beserta alat makannya dan gelas mereka ke washbak cuci piring. Bella mengucurkan airnya sedikit dan mulai menyabuni piring, gelas, sendok, garpu dan alat masak yang sudah digunakan mereka berdua. Suseno berdiri disebelah Bella mengambil satu-persatu yang telah disabunkan oleh Bella dan membilasnya dengan air mengalir. Mereka terdiam tampak hening, tidak mengerti apa yang akan mereka ucapkan, keduanya kebingungan, seolah-olah kehilangan kata-kata mereka. Setelah piring terakhir yang disabunkan, Bella menahan tangannya pada piring itu, Suseno tidak sengaja memegang tangan Bella yang keduanya menyentuh piring yang sama, Suseno menatap wajah Bella bersamaan kebingungan mereka berdua terdiam, darah kelaki-lakian Suseno merasa ingin mencium bibir Bella, namun niatnya diurungkan, “Biaarr, saya yang bilas…”, ucap Suseno. Mendengar ucapan Suseno, Bella pun menyerah, melepaskan piringnya pada Suseno dan membilas kedua tangannya pada air yang mengalir hingga bersih. Bella merapikan kembali bumbu-bumbu dapur pada tempat-tempatnya yang telah digunakan oleh Suseno. 

Suseno selesai mencuci dan membilas semuanya, dia mematikan keran air. Dilihatnya Bella pun selesai, mereka berdua saling menatap mata dalam keheningan malam. Serasa ada getaran hasrat yang sama mucul diantara mereka, namun Suseno begitu takut, menahan perasaannya dan terdiam. “Selamat malam Pak, terima kasih untuk makanannya yang begitu enak…”, ucap Bella dengan senyum tipis di wajahnya. “Apakah kamu sudah begitu mengantuk?”, jawab Suseno dengan tatapan seriusnya semakin berjalan mendekat ke arah Bella. Bella mengalihkan pandanganya pada Jam dinding yang ada di dalam dapur, dimana mereka berdua berdiri berdekatan. “Sudaah jam 1.30 pagi…”, ucap Bella yang begitu gelisah mengalihkan pandangannya pada jam dinding karena terasa denyut jantungnya berdebaran di dekat Suseno. Suseno pun merasakan darahnya mendidih, jantungnya berdegup kencang, terasa kedua tangan Suseno yang basah lupa dibersihkan, dia pun beralih mengambil tissue di dapur, karena takut membuat Bella semakin gelisah. Dalam hati Suseno, manalah mungkin Bella mau menyukaiku, saya ini begitu memalukan, umur pun sudah setengah abad, betapa tidak mungkin bila saya sengaja ingin menciumnya, mungkin Bella akan menamparku lagi. 

“Yaaahh, malam sudah larut, kamu tidurlah dulu bila sudah mengantuk, selamat malam Bella…, terima kasih karena kamu sudah mau menemani saya makan bersama malam ini…”, ucap Suseno kepada Bella meredakan suasanya malam itu yang terasa menegangkan bagi Suseno. Mendengar perkataan Suseno, Bella berpikir mungkin begitulah kasih sayang dan perhatian Suseno, yang hanya mengagapnya seperti anak asuh yang masih membutuhkan perlindungannya, ada perasaan kecewa dalam hatinya, perasaan bingung gundah, mengapa dia harus punya perasaan suka pada direkturnya itu, manalah mungkin terjadi perasaan itu, Bella pun hanya terdiam, sambil berjalan keluar dari dapur menuju kamar tidurnya. 

Dilihatnya Bella telah berjalan menuju kamar tidurnya, Suseno malah merasa bersalah, seandainya saja dia tidak bersikap sedingin itu kepada Bella, mungkin Bella tidak akan meninggalkannya. Namun pikirannya terus membantah, perasaannyalah yang terlalu berlebihan pada Bella. Antara hati dan pikirannya terus bergejolak, kata hatinya berkata mungkin juga ada perasaan yang sama. Tetapi mungkinkah itu terjadi? dalam hati Suseno pun berkecamuk tidak tenang. Ingin rasanya mengungkapkan perasaan hati yang sesungguhnya kepada Bella, apa daya begitu sulit terucap untuk mengatakan aku mencintaimu, Bella. Bagaimana bila ditolak olehnya, apa yang akan terjadi nanti, betapa sangat memalukannya mengungkapkan cinta kepada gadis secantik dirinya. Dan apa kata semua orang nanti melihat dirinya ini yang seharusnya menjaga dan melindunginya seperti keluarga asuh baginya. Suseno tidak beranjak dari tempatnya, sesekali gundah dan menghela nafas, dia lebih memilih untuk tidak tidur malam ini, mungkin dengan segelas kopi dapat meredakan pikiran dan perasaannya yang sedang kacau. 

Ternyata Bella pun sama, dia mengurungkan niatnya menuju kamar tidur, dia ingin mengatakan sesuatu pada sang direktur, mengenai perasaannya, namun dia merasa takut dan malu, bagaimana bila direkturnya malah menolak dan berubah sikap menjadi acuh kepadanya, betapa sangat menyakitkan akhirnya. Tetapi langkah kakinya tidak mengikuti suara hatinya yang meragu, dia pun tidak menyadari tengah berjalan kembali ke dapur karena tatapan matanya terus bingung gundah hanya melihat lantai gelap sambil gelisah gemetaran kedua tangannya seirama dengan denyut jantungnya. 

Sementara itu, Suseno masih berada di dapur membuat segelas kopi luwak (kopi tubruk) untuk dinikmatinya malam ini sendiri. Suseno yang sedang asyik menuangkan air panas dari termos, terkaget tiba-tiba melihat kehadiran Bella yang kembali ke dapur, tidak sadar air panas yang dituangnya malah meluber mengenai kakinya. ”Aaaa…waaas!!!”, teriakan Bella ternyata sudah terlambat. “Aaach!!!, haduh!!!...”, kaget Suseno kakinya tersiram air panas. Bella langsung berlari merasa bersalah mengambil bebrapa helai tissue kering di dapur, “Maaa..aaff mohon maaf, sudah mengagetkan Bapak barusan…”, ucap Bella sambil menunjukkan beberapa helai tissu di tangannya untuk diberikan kepada direkturnya. Suseno langsung menaruh termos air panas yang ada di tangannya dan mengambil semua tissu di tangan Bella, lalu melihat kakinya seraya berkata, “Aaduh…, dasar saya ini ceroboh, gara-gara lihat perempuan cantik, jadi gak konsen…(lalu beralih melihat Bella), ehehehe.., sudahlah gak apa-apa, saya yang kurang hati-hati. Kamu kok belum tidur?”.

“Mohon maafkan saya, biar saya obati kaki Bapak, apakah di sini ada menyimpan tepung jagung/maizena? dimanakah ditaruh tepung jagungnya yah Pak?”, sambil Bella terus mencari-cari dalam laci-laci dan lemari-lemari di kitchen set dapur. “Ooh, coba sebelah sana mungkin (Suseno menunjuk lemari sebelah kanan tangannya di dekat kulkas), di sana biasanya di simpan tepung-tepung dan sagu”, jawab Suseno. Bella langsung membuka dan mencari tepung jagung di tempat yang ditunjukkan Suseno kepadanya. Sementara Suseno mendudukkan dirinya ke kursi yang ada di dalam dapur dan menaruh sebelah kanan kakinya yang tersiram air panas itu ke kursi sebelah tempat duduknya. Bella datang dengan tepung jagungnya, dia tanpa ragu-ragu langsung membubuhi tepung jagung itu ke kaki Suseno. 

Suseno terkaget, “Loooh, eeh, ngapain kakiku ditepungi..?!”,tegas Suseno. ‘Tenang Pak, tepung jagung ini sangat bagus dan cepat untuk mengobati luka bakar, melepuh dan luka panas lainnya, bila dalam keadaan darurat sulit mencari obat bioplacenton di tengah malam seperti ini”, ucap Bella. “Aaaah, masa??? Tapi Kaki saya ini bukan makanan loh, nanti kamu mau apakan lagi kaki saya ini?!”, jawab Suseno. “Aduuuuh…, tenang ajah Pak, Bapak diam ajah dan lihat bagaimana reaksi tepung jagungnya bekerja, kalo Bapak gak percaya pada saya…”, Bella bersikukuh dengan tepung jagungnya. Bella pun mengambil kursi lainnya dan duduk sambil memperhatikan luka di kaki Suseno. 

Suseno yang keras kepala itu pun luluh dengan perempuan seperti Bella, dia terdiam dan menuruti kehendak Bella, yang tampak bersikeras dengan sikapnya yang penuh perhatian malam ini. “Kamu belum menjawab pertanyaan saya, kenapa kamu belum tidur?”, tanya Suseno kepada Bella sambil terus menatap memperhatikan Bella yang berjarak kira-kira dua ubin lantainya (30 cm) dimana dia duduk. Bella mengalihkan pandangan matanya pada kaki Suseno, yang masih dia bubuhi tepung jagung dengan sentuhan lembut kedua tangannya hingga merata di kaki Suseno. “Sejujurnya…, saya tidak ingin pulang kembali ke rumah…, saya kesal dengan Ayah saya. Dia selalu memaksa saya menjadi orang lain, bahkan Ibu saya pun tidak pernah bahagia bersamanya, Ibu selalu mengeluh dan menderita karena sikap, prilaku, dan ucapan kasar Ayah, bahkan tidak jarang Ibu menangis karena sikap Ayah yang sering menyakiti dan memukul. Tolonglah.., jangan paksa saya pulang kembali ke rumah…”, jawab Bella hingga menitikkan air matanya, sampai tangannya mengusap air mata yang tidak sadar telah mengalir di pipi Bella. Suseno yang mendengar penjelasan dari Bella, hatinya terenyuh, “Bella…,bukan maksud saya memaksa, tetapi cobalah kamu pertimbangkan kembali, bukankah bila kamu pergi dari rumah, Ibumu akan semakin sedih dan khawatir mencarimu? Ibumu sangat menyayangimu, pastilah akan menderita karena memikirkanmu setiap hari, bagaimana kalau dia sampai jatuh sakit karena mengkhawatirkanmu?, saya mengerti perasaanmu, kamu takut bertemu Ayahmu kan? Biar saya bantu berbicara dengan Ayahmu…,gimana?”, ucap Suseno.

“Tidak perlu, saya bukan takut, saya udah kesal dan malas bertemu Ayah. Karena percuma…, Ayah gak akan mengerti, dia hanya memikirkan dirinya sendiri, dia gak pernah perduli dan menyayangi saya bahkan Ibu saya sekalipun yang sudah banyak berkorban untuknya, Ayah tetap saja tidak pernah berubah, tidak pernah sadar, tidak pernah mengerti..”, tegas Bella kesal dan marah di hatinya, hingga menangis di hadapan Suseno.

Melihat Bella menangis, Suseno langsung mengalihkan pembicaraannya, agar tidak membuat Bella terus bersedih hati. “Eeeh, benar juga loh…, (Bella tersentak bingung), udah gak sakit lagi!!!, Waaah, kamu memang benar-benar hebat dan cerdas!!!, kaki saya sudah sembuh, kamu memang luar biasa…!!!”, ucap Suseno dengan senyumnya yang bahagia mengalihkan perhatiannya ke Bella yang sedang murung menjadi tersenyum kembali. “Ah, Bapak bisa ajah, ini obat sudah jadi sejarah dari sejak zaman peperangan dulu selalu dipakai untuk mengobati tentara yang terluka di medan perang karena kesulitan mencari obat”, jawab Bella. “Hahaha, yang penting kamu sekarang dapat tersenyum lagi, saya suka….,karena kamu itu apa adanya, jujur dan luar biasa!!!, nah gitu dong senyum lagi..”, kata-kata direkturnya itu membuat Bella jadi teripu-sipu malu, tersenyum dan tidak bersedih lagi.

“Waduh, kopi saya gimana ini…”, Suseno ingin berdiri melanjutkan menyeduh kopinya. “Udah Bapak diam saja di sini, biar saya saja yang buatkan untuk Bapak”, jawab Bella. “Eeeh jangan!, saya jadi ngerepotin kamu lagi…,kamu harus istirahat, ini udah larut malam…”, tegas Suseno. “Gak apa-apa, saya udah terbiasa kurang tidur”, ucap Bella sambil terus melanjutkan menyeduh kopi untuk direkturnya. “Gulanya berapa sendok Pak?”, tanya Bella lagi. “Semanis dan sebaik hatimu saja…..,(terdiam hening sejenak), jangan terlalu kamu pikirkan masalah-masalah yang sudah berlalu, cobalah lebih fokus memikirkan untuk masa depanmu…”, kata-kata Suseno itu begitu menyentuh perasaan Bella. 

Bella datang membawa segelas kopi yang sudah dibubuhi gula secukupnya dalam perasaan Bella untuk Suseno. Di taruhnya segelas kopi yang harum itu di hadapan meja, dimana Suseno terduduk memperhatikannya. Setelah Bella selesai menaruh gelas dengan hati-hati, Suseno langsung meraih tangan kanan Bella dengan tangan kirinya, menariknya hingga Bella terjatuh ke dalam pangkuan pelukannya Suseno. Dengan erat Suseno sengaja memeluknya dengan lembut menenangkannya, Bella tidak melawannya, Bella malah menangkap bahu Suseno dan menerima pelukannya Suseno “Tenanglah…, jangan bersedih lagi, saya akan selalu menjaga dan melindungimu, saya ingin membahagiakanmu, jangan takut…, saya akan menolongmu, tenang ya…“ (Suseno mengusap lembut rambut Bella, entah kenapa Bella malah menangis di bahu Suseno, air matanya mulai membasahi leher dan bahu kiri Suseno yang dipeluk erat kedua tangan Bella). Suseno terdiam, menarik nafasnya dalam-dalam, membiarkan Bella menangis mengeluarkan seluruh air matanya hingga membasahi baju Suseno yang terus memeluknya. Ingin hati Suseno menciumnya, namun Suseno tidak berani melakukannya, Suseno membiarkan Bella agar dapat mengeluarkan seluruh kepedihan, ketakutan dan kehawatiran di dalam hatinya.

Setelah Bella berhenti menangis, dia tersadar masih dalam pelukan Suseno, direkturnya itu yang terdiam kaku tidak mampu bergerak sedikitpun, membiarkan Bella kelelahan menangis hingga akhirnya berhenti sendiri. Bella menarik perlahan pelukannya dari bahu Suseno tapi tidak mampu melepaskannya, kedua mata Bella pun saling bertatapan dengan pandangan mata Suseno dalam pelukan mereka. Suseno merasakan denyut jantungnya terus berdebar, seluruh tubuhnya terasa kaku, tidak mampu bergerak dan nafasnya begitu berat. Begitu pula sama dengan yang dirasakan Bella. Semakin lama perlahan-lahan Bella mendekatkan wajahnya kepada Suseno, keduanya terdiam lama saling memandang, saat bibir mereka semakin mendekat, keduanya pun perlahan-lahan menutup mata dan terasa lembut bersentuhan diantaranya selama dalam beberapa detik, tiba-tiba terdengar suara pintu kamar dibuka, “Cee..kliiik..”, mereka berdua terkaget dari keheningan, melepaskan pelukan dan ciuman mereka. 

Bella langsung secepatnya menaruh kembali tepung jagung yang sudah digunakannya tadi ke tempat semula. Suseno mencoba mengerak-gerakkan kakinya, sambil memperhatikan Bella yang menghindarinya, Suseno pun mengalihkan pandangannya pada segelas kopi yang sudah mulai menghangat, tidak sepanas sebelumnya, dia pun mulai meminumnya perlahan-lahan. Ternyata, Lukas yang keluar dari kamar tidurnya, karena ingin buang air kecil ke kamar mandi, setelah keluar dari kamar mandi, tercium aroma kopi yang begitu harum dari dapur. Lukas penasaran, siapa yang membuat kopi di tengah malam pikirnya, Lukas berjalan ke dapur, dilihatnya direkturnya sedang meminum kopi, ditemani Bella yang sedang merapikan perkakas dapur di dalam lemari kitchen set. “Looh, belum tidur Pak? Eeeh, Bella juga belum tidur? Ternyataaa…., eheem, ehem…, hihiy..”, ucap Lukas dengan senyumnya yang mencurigakan. “Ini nih, lihat kakiku ini, gara-gara Bella nih, saya kaget mau buat kopi sampai kesiram melepuh…”, alasan Suseno mengalihkan kecurigaan Lukas. “Haaah, kenapa tuh Pak, memang kaki Bapak mau dimasak juga sama Bella, waaah gawat…, Makan malam tadi ternyata belum cukup untuk Bella ya?!”, candanya Lukas yang menjawab ucapan direkturnya. 

“Wuaa..Hahahahaha…yaa…,mungkin juga…”, ucap direkturnya dengan tertawa terpingkal-pingkal. “Ngaco kamu…, dasar kamu ini, kalo gak tau P3K diem ajah deh, jangan ngaco, saya ngobatin Pak direktur tuh yang nyiram kakinya sendiri…”, jawab Bella kesal menanggapi candaan Lukas. “Hah, kok ditepungin gini toh, ckckckck…(geleng-geleng sambil garuk-garuk kepala), tapi kayaknya kopinya enak tuh Pak, wanginya luar biasa, saya jadi tergoda, boleh minta dikit dong Pak…”, pinta Lukas karena tergiur dengan harumnya kopi yang diminum direkturnya itu. “Hahahahaha, tapi Bella itu bener-bener cerdas luar biasa, kaki saya langsung sembuh loh, berkat pengobatan ala Bella ini. Kamu kalo mau ngopi, minta sama Bella aja sana, pasti dibuatkan sama dia”, jawab Suseno pada Lukas. “Oh iya…, woow!! Bella ternyata jago pengobatan juga ya, hehehehe, ampun Pak, siap…laksanakan. Bell, minta bikinin kopinya dong…”, ucap Lukas sambil memelas kepada Bella. 

“Ini kopinya, teruuuusss…, buat aja sendiri!!!”, jawab Bella pada Lukas dengan ketusnya. “Duh, Bell.., tega banget sih.. kamu”, ucap Lukas. “Biarin ajah, abis kamu juga gituh ke saya, weeeeekkzz…”, membalas ucapan Lukas. “Huahahahaha….”, langsung ditertawakan oleh Suseno yang mendengarkan percakapan mereka. Alhasil tawa Suseno yang meledak itu membangunkan Cokro, Karina dan Kristina yang masih tertidur di kamarnya. Untungnya Warsino, Poniyem, Wulan, Parman dan anak Poniyem (Choki) sedang pulang kampung karena sedang liburan lebaran (Idul Fitri), Suseno memberikan mereka waktu liburan lebih lama dua-tiga minggu hingga sebulan, karena di hari-hari biasa mereka tidak pernah berliburan pulang ke kampung halamannya, bahkan hari sabtu dan minggu pun mereka harus bekerja mengurus keperluan di rumah dan di kantor milik Suseno maupun saudara-saudaranya Suseno (Jono dan Nita).

“Waduh, rame banget siy.., ini baru jam 02.00 pagi loh..”, ucap Karina dan Kristina, kepada Lukas, Bella dan Suseno yang tengah bercanda di dapur sambil minum kopi. “Iyah nih, ampun deh…(sambil kucek-kucek mata dan menguap)”, ujar Cokro yang juga terbangun dari kamarnya. “Waaah, sorry yah duh, karena saya gak kuat dengan harumnya kopi ini jadi membangunkan kalian semua, hehehe…”, jawab Lukas sambil tertawa cekikikan dan diikuti juga tawa Suseno. “Bukan saya loh yang mau ngopi, saya terus terang jujur gak doyan ngopi, saya sukanya nge-teh ajah, piss..”, ucap Bella membela dirinya. “Hahahaha…, karena pada bangun semua, ya sudah kita santai kumpul bersama sambil sarapan pagi aja..”, jawab Suseno membuat semuanya jadi ceria kembali.

“SIAP Pak!!!, kalo gitu mah saya ikutan!!!”, jawab Cokro spontan karena dia memang hobby makan kapanpun dan dimanapun, tidak heran melihat perutnya yang sudah hampir membulat. “Dasaaarr gendut!!!, makan mulu yang dipikirin!!!”, tegas Kristina yang jengkel dengan ulah pacarnya, Cokro. “Huehehehehe, sabar..sabar.., lebih bagus kalo kita bantu masak-masak sesuatu dengan Bella yuk..”, ucap Karina sambil menarik tangan Kristina menemani Bella yang tengah sibuk mempersiapkan peralatan memasak di dapur. Canda tawa riuh sepanjang pagi hingga subuh, tidak terasa acara santai mereka membuat semuanya kelelahan setelah menjelang pagi hari, tertidur pulas di kursi sofa ruang tamu. Kristina tertidur kelelahan dan kekenyangan di pelukan Cokro dan Karina tertidur pulas dalam lelap menyandar pada bahu Lukas. Sementara Bella terlelap di kursi dalam Gazebo karena malas tertidur sendiri di kamar, Suseno yang melihatnya sendirian, mengambil selimut di kamarnya, membawanya dan menutupi tubuh Bella yang tengah tak sadarkan tertidur pulas di dalam Gazebo. Suseno membiarkannya tertidur sendiri, dia beranjak masuk ke ruang kerjanya, menutup pintu dan menelpon Jono. 

Jono : “Gerah nopo no, pagi-pagi telpon?”
Suseno : “Jon, tolong kabari kalo ada berita tentang Ramon, aku kuatir kalo dia buat masalah sama keluarganya Bella.”
Jono : “Nggih.., gak usa kuatir. Kayaknya sampean jatuh cinta sama Bella toh, aku ngerti no, cuma umurmu iku wis setengah abad, apa gak masalah sama keluarganya toh? Kalopun kamu suka, apa orang tuanya nanti setuju?”
Suseno : “Yo ngerti aku, wong tuo. Lah aku wes terlanjur sayang dia. Aku kuatir Bella dan keluarganya, semoga baik-baik selamat.., koe ngerti toh maksudku, aku harus jaga seperti keluargaku dewe, kalo orang tuanya gak setuju yo wes ra popo, aku harus terima toh.”
Jono : “Hmmm, nggih no, aku ngerti rasamu. Tak suruh anak-anak (pasukan) cari tau gimana situasinya Ramon. Noo, koe jangan turun tangan sendiri, bahaya Ramon itu.”

Setelah selesai menelpon Jono, Suseno beranjak melihat Bella yang masih tertidur pulas di Gazebo. Suseno duduk di samping menemaninya, mencium kening Bella tanda kasih sayang Suseno pada Bella. Suseno merenung memandangi kolam air terjun di sekelilingnya yang mulai perlahan-lahan terkena pancaran sinar matahari pagi menerangi di sekeliling Gazebo, Suseno menikmati pagi hari itu sambil merokok kretek “Djarum76” dan meminum segelas Kopi Luwak Sumatera kesukaannya. (1)

Sementara itu, di situasi yang lain, Ramon tengah marah luar biasa semenjak menerima Surat Memundurkan diri dari Bella. Ramon memerintahkan Markus untuk mencari keberadaan Bella dan keluarganya. Ayahnya Bella, Martin langsung dipanggil Markus (CEO Ramon Corporation) ke kantornya Ramon untuk menjelaskan prihal anaknya, Bella. Karena Martin tidak dapat memberikan keterangan dimana keberadaan Bella, Markus meminta Martin agar memanggil istrinya, Jenny untuk datang ke kantor Ramon Corporation di Jatiraga, Jayakarta Timur. Kekesalan Ramon semakin menjadi-jadi setelah mendapat laporan nihil dari kedua orang tua Bella untuk mencari keberadaan Bella, dikarenakan Bella sudah terlalu banyak mengetahui masalah asset terbesarnya yakni Waduk Madira di daerah Kamulyan. Ramon pun mengancam tidak akan melepaskan mereka kembali ke rumah bila tidak dapat memberikan informasi mengenai Bella.

Akhirnya Martin membuka suara tentang dr. Budi Hartono yang menjadi dokter psikologis bagi Bella sekaligus membantunya mencarikan pekerjaan sementara di perusahaan PT. Mulya Jaya di daerah BSP Tulungagung, Jayakarta Selatan, selama Bella kuliah hingga kini di ISBJ (Institut Science Bintoro Jayakarta).

Ramon pun terkaget setelah mendengar cerita Martin, kini dia punya firasat buruk akan kembali berhadapan dengan musuh besarnya PT. Mulya Jaya, yang dikiranya dulu sudah hancur setelah dikabarkan kematian Suseno. Ramon pun memanggil semua staff kepercayaannya : Markus (CEO Ramon Corporation) dan Lukman (Direktur Keuangan). Sementara itu juga, Ramon meminta mereka untuk memanggil Baron (Wakil pemerintah yang bekerja di Instansi BUMN Atlantis) dan Doni (Gubernur Kamulyan), untuk rapat penting di ruang tertutup, sementara Martin dan Jenny dibiarkan dikurung di ruangan rahasia lainnya, tanpa diketahui oleh siapapun.  

Ramon marah besar, karena selama ini yang dia ketahui PT. Mulya Jaya sudah hampir bangkrut gulung tikar karena kematian Presiden Direkturnya, Drs. Herman Suseno, M.Hum. Mengapa kini, dia menerima penjelasan dari kedua orang tuanya Bella, bahwa ada kemungkinan Bella telah kembali bekerja ke PT. Mulya Jaya. Ramon meminta pertanggungjawaban agar semua mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai dimana keberadaan Bella dan perkembangan kemajuan PT. Mulya Jaya.

Markus memberikan ide kepada Ramon agar Jenny, ibunya Bella dilepaskan untuk mencari dr. Budi Hartono, sehingga memudahkan untuk mengikuti sekaligus mengintai dan menemukan Bella. Selain itu juga dapat lebih mudah mendapatkan informasi tentang PT. Mulya Jaya dengan memasang alat penyadap dan deteksi lokasi di Handphone milik Jenny, ibunda Bella. Akhirnya Ramon setuju dengan ide busuknya Markus, semua dipersiapkan sebaik mungkin agar dapat menangkap Bella sekaligus mencari informasi tentang PT. Mulya Jaya.

Jenny pun dilepaskan oleh Markus dengan syarat tidak akan melaporkan semua masalah dan kejadian di Kantor Ramon Corporation kepada siapapun apalagi pihak kepolisian. Atau anaknya Philip (yang bekerja sebagai consultant IT computer di daerah Gerantang, Jayakarta Barat), yang telah menikah dan memiliki dua anak perempuan (Fika dan Lili), cucunya Jenny dan Martin akan terancam bahaya, mereka menunjukkan video rekaman pengintaian di rumah Philip dari Handphone Markus. Jenny pun menyetujui untuk menghubungi dan menemui dr. Budi Hartono.

Beberapa menit kemudian, Jenny berhasil menghubungi dr. Budi Hartono dan membuat janji bertemu di Hotel “Cosmic Core”. Dikarenakan dr. Budi juga sudah lama tidak mendapatkan kabar dari Suseno, sehingga dr. Budi  menyetujui untuk bertemu Jenny sekaligus agar dapat berbicara dengan Jono dan Nita di Hotel “Cosmic Core” di daerah Bintoro, Jayakarta Selatan.

Selama perjalanan Jenny hingga tiba ke Hotel “Cosmic Core”, anak buah pasukan Markus terus mengikuti Jenny sampai bertemu dengan dr. Budi. Perasaan dr. Budi sedikit curiga, dikarenakan tidak seperti biasanya ada seseorang yang menemani Jenny dengan sosok seperti seorang preman jalanan yang dibayar untuk menjaga Jenny. Jenny pun tampak gugup dan gelisah tidak banyak berbicara malah sering mengulang-ulang pertanyaan yang sama seperti, “Tolong dok, bantu saya mencari dimana anak saya, Bella? Tolong!”, terus saja mengulang perkataan yang sama, hingga dr. Budi pun merasa sangat jengkel namun kasihan juga kepada Ibunya Bella, “Sudah..sudah, tenang Ibu, sabar Ibu, saya sudah janji dengan Bapak Jono, mungkin sebentar lagi dia akan datang ke sini.” 

Dilihatnya jam dan sesekali kembali menghubungi Bapak Jono, namun Handphone Bapak Jono tidak juga menerima panggilannya. Maka dr. Budi bergegas menemui petugas di lobby utama Hotel “Cosmic Core” agar segera menghubungi Bapak Jono. Menurut keterangan Bapak Jono sedang “meeting” dengan para tamu investor penting sehingga tidak dapat diganggu pihak manapun. Tak habis akal, dr. Budi meminta petugas lobby Hotel menyampaikan kepada Bapak Jono, bahwa dr. Budi sangat penting harus bertemu Bapak Jono, karena dia bersama ibundanya Bella. 

Bapak Jono menerima pesan dari petugas lobby Hotel, sedikit merasa jengkel, namun setelah melihat dari kamera cctv dari Handphone-nya, barulah Jono berpikir, karena melihat sosok preman yang terus bersama ibunya Bella. Jono berfirasat merasa bahwa preman itu bukanlah orang sembarangan, pastilah preman itu suruhan seseorang, kemungkinan ada masalah penting yang berhubungan dengan keluarga Bella. Jono meminta petugas keamanan melacak wajah preman tersebut untuk dikirimkan ke kantor kepolisian melalui Nita, dimana suaminya Kariman adalah Asisten Kepala Kepolisian daerah sektor selatan Jayakarta.

Jono langsung meminta Nita bersama-sama menemui dr. Budi dan Jenny, Ibunya Bella. Sesampainya di lobby Hotel, dr. Budi dan Jenny langsung besalaman dengan Bapak Jono dan Ibu Nita. Anehnya, si preman itu langsung pura-pura pamit ke kamar kecil (toilet), tapi firasat Jono tidak meleset, pastilah Ibunya Bella, Jenny sedang dalam masalah besar. Kembali Jenny mengulang ucapan keluhannya yang sama. Jono menahan Nita untuk berbicara dengan memberi kode memegang tangannya Nita. Jono pun menjawab, “Dalam hal ini, saya sangat prihatin dan pasti akan membantu semampunya saya untuk mencari keberadaan Bella, saya akan langsung memberikan kabar kepada dr. Budi dan Ibu Jenny apabila sudah mendapatkan kabar tentang Bella. Namun untuk saat ini, saya mohon maaf sebesar-besarnya karena saya masih belum dapat memberikan informasi apapun tentang Bella”. Mendengar ucapan Jono, langsung Jenny mendadak menangis tidak berhenti, selain rasa ketakutan juga kekhawatiran terlihat di mata Jenny yang sangat stress. Jono meminta dr. Budi agar menemani Jenny untuk menenangkannya. Sementara Jono mohon pamit karena masih ada rapat (meeting) penting yang tidak dapat ditunda, sambil menarik Nita untuk menemaninya naik ke atas kantornya di lantai 7 (tujuh) Hotel “Cosmic Core”.

Di dalam Lift Hotel “Cosmic Core”, Nita marah kepada Jono, mengapa Jono berbohong mengenai keberadaan Bella di rumah Suseno. Jono berusaha  menenangkan Nita, sampai menuju ke dalam ruangan kantornya, barulah Jono menceritakan bahwa Suseno sudah meneleponnya beberapa waktu yang lalu, karena punya firasat buruk mengenai Bella. Dan Jono juga menjelaskan prihal preman yang terus berada di dekat Jenny, ibunya Bella. Jono punya firasat Jenny pasti sudah disadap, entah alat penyadap akan ditaruh dimana, tetapi pastinya keselamatan jiwa keluarga Bella, dr. Budi dan juga Suseno dalam bahaya. Ada kemungkinan Ramon tidak lama lagi akan datang membuat perhitungan ke Hotel “Cosmic Core” setelah ibunya Bella, Jenny dan dr. Budi pulang ke rumahnya. Tak lama mereka berbicara, Kariman, suaminya Nita menelepon bahwa preman yang fotonya dikirimkan melalui kamera cctv itu adalah anggota pasukan khusus terlatih di daerah Jayakarta Timur. Jono sudah langsung menebak, preman itu pastilah orang suruhan Ramon.

Benar saja dugaan Jono, kira-kira satu jam setelah dr. Budi dan Jenny pulang ke rumahnya. Rombongan mobil datang ke Hotel “Cosmic Core”, tidak lain adalah Ramon, Markus (CEO Ramon Corporation), Lukman (Direktur Keuangan), Baron (Wakil pemerintah yang bekerja di Instansi BUMN Atlantis) dan Doni (Gubernur Kamulyan). Jono langsung menunjukkan kepada Nita, kamera cctv yang terekam di handphonenya. Nita sangat takut menelpon suaminya, meminta Kariman segera datang ke Hotel “Cosmic Core” karena takutnya Ramon datang ingin membuat onar.

Jono dan Nita langsung secepatnya turun ke lobby menemui Ramon, Markus (CEO Ramon Corporation), Lukman (Direktur Keuangan), Baron (Wakil pemerintah yang bekerja di Instansi BUMN Atlantis) dan Doni (Gubernur Kamulyan). 

Jono dan Nita : “Selamat datang Bapak Ramon, lama tidak berjumpa..” (bersalaman dengan Ramon, Markus, Lukman, Baron dan Doni)
Ramon : “Hahaha, iya benar juga yah…, saya kira Hotel ini udah lama mati.” (Sindiran Ramon langsung ke Jono)
Jono : “Hahahahaha, berarti tebakan anda kurang jitu, nyatanya bisnis saya masih berjalan lancar seperti jalan toll. Mari…. semuanya silahkan duduk, mau pesan minum apa ?”
Ramon : “Silahkan para peng-Gede dulu aja yang pesan..”, (Sambil menunjuk ke arah Doni, Gubernur Kamulyan, Baron dari Wakil BUMN Atlantis. Markus dan Lukman tidak berani berkata-kata sepatahpun) 
Nita : “Menu snack sore special kita pastinya hari ini Kopi luwak asli Magetan dan Pancake coklat keju special ala Hotel Cosmic Core. Gimana Bapak-bapak suka gak ?”
Baron & Doni : “Boleh-boleh silahkan..” 
Ramon : “Asal Gak pakai Sianida yah..”
Jono : “Hahahaha, di sini gak jualan sianida Pak, karena kita lebih suka jualan sianida ala Hotel kita yaitu sop iga domba belanda, yang dimasak dengan bumbu khas Madura.” 
Ramon : “Wah luar biasa buat makan malam tuh, saya mau pesan habis makan pancake. Gimana yang lain mau pesan juga gak ? (akhirnya semua menangguk), kalo begitu pesan 5 (lima) sama semua biar gampang, okey ?”
Jono : “Hehehe, Wah, bagus kalo gitu, kita langsung makan aja ke lantai 2, ruang makan khusus akan langsung kita siapkan untuk para tamu special kita hari ini. Bu Nita tolong langsung siapkan agar kita bisa langsung menuju ruang makan di lantai 2.” (Nita langsung bergegas pergi menuju Lantai 2 untuk mempersiapkan ruang makan).

Tidak lama mereka berbincang, Kariman (suami Nita) datang, menyambut para tamu dan juga Jono. Kontan Ramon sedikit tidak senang, karena Kariman datang lengkap mengenakan pakaian dinas Kepolisiannya disertai senjata di gesper celananya. 

Ramon : “Wah, hebat…!! baru juga datang bertamu udah langsung disambut Kepala Kepolisian…” 
Kariman : “Hahahahaha, saya kan juga kepingin ketemu dengan peng-Gede seperti Pak Baron, Pak Doni dan Pak Ramon ini...”
Ramon : “Wahahaha, rupanya mau cari muka juga nih yah, biar bisa cepet naik pangkat Yah…”
Kariman : “Hahahaha, waduh jadi malu saya, padahal pangkat saya masih rendahan gini kok yah, Cuma buat nampang gaya aja biar terkenal di majalah dan Koran.”
Ramon : “Hahahaha… yah gak masalah itu sih asal gak masuk Koran bagian kolom berita duka cita.” (Menyindir kepada Kariman) 
Kariman : “Waduh kayaknya kalo berita duka kurang cocok buat saya, saya sukanya berita criminal kota tingkat 1.” (Menyindir kepada Ramon)
Jono : “Wah tambah seru aja nih, gimana kita lanjutkan di Lantai 2 aja jadi bisa leluasa sambil makan malam yang sudah dipersiapkan komplit untuk Bapak-bapak semuanya..” (Semua setuju dan langsung beranjak berjalan menuju lantai 2).

Sesampainya semua ke lantai 2 (dua) ruang makan pojok khusus yang tertutup kedap suara dan full AC, telah disiapkan khusus untuk para tamu-tamu tersebut. Jono, Nita dan Kariman mempersilahkan semua para tamu tersebut duduk untuk menikmati hidangan yang telah dipersiapkan oleh Jono dan Nita. Sekaligus ikut menjamu menemani mereka berbincang sambil menikmati setiap hidangan pembuka, main course dan penutup.

Ramon : “Saya dengar-dengar katanya PT. Mulya Jaya telah kembali menemukan Pemilik asli perusahaannya..”
Baron : “Menurut keterangan yang saya dapatkan sepertinya bernama Bapak Leonard Steven.” 
Doni : “Boleh gak sekiranya kita mewakili pemerintah daerah setempat untuk bertemu dan berkenalan dengan Bapak Leonard Steven, yang katanya telah menjadi Pemilik saham keseluruhan PT. Mulya Jaya, yang telah lama join juga dengan Hotel Cosmic Core ini.”
Joni : “Wahahaha, jadi demikian maksud kedatangan Bapak-bapak ke sini. Waduh, saya sendiri sudah jarang kontak dengan beliau karena lebih sering berada di luar negeri, tetapi jika Bapak-bapak bersikeras ingin bertemu, mungkin akan saya sampaikan bila ada prihal penting yang perlu dibicarakan dengan beliau.”
Markus : “Kami ingin mengadakan kerjasama dan tentunya tawaran ini pasti tidak akan ditolak oleh Bapak Leonard Steven.” 
Jono : “Kira-kira prihal kerjasama apa yah? jika saya diperkenankan mengetahui, agar memudahkan saya untuk menjelaskan kepada Bapak Leonard Steven.”
Lukman : “Kami ingin semua asset saham PT. Mulya Jaya untuk diubah nama ke PT. Ramon Corporation, termasuk saham Hotel Cosmic Core ini.” 
Nita : “MUSTAHIL !!!!!” (Nita langsung marah dan menggebrak meja makan sambil berdiri, namun langsung ditenangkan oleh suaminya, Kariman dan adiknya, Jono).
Jono : “Mohon maaf atas emosi kakak perempuan saya. Begini Bapak-bapak, saya jujur cukup kaget dengan permintaan kerjasama yang baru saja disampaikan tersebut. Ada pertanyaan dalam benak saya, mengapa Bapak-bapak begitu yakin bahwa Bapak Leonard Steven pasti tidak akan menolaknya.”
Ramon : “Hehehe.., ya yah wajar anda pasti kebingungan. Sejujurnya saya sangat menyukai Bella, salah satu karyawan kesayangan saya, yang kini saya dapat info ternyata melarikan diri dari rumahnya dan tidak masuk kuliah selama beberapa bulan lamanya. Tentu saja saya sebagai Pemimpin perusahaan besar harus bertanggung-jawab atas kejadian buruk ini dan apapun tujuan yang saya inginkan haruslah saya miliki, itu juga sebabnya saya meminta dengan sangat terpaksa kepada Ayah dan Ibunya Bella agar mencari informasi keberadaan Bella sampai dengan detik ini. Agar tidak terjadi hal-hal buruk yang tidak diinginkan, maka dari itu saya datang ke sini untuk mengajak kerjasama dengan sebaik-baiknya.”
Nita : “BAJINGAN KAMU RAMON!!!” (Nita semakin marah dengan ancaman yang diucapkan Ramon, Markus dan Lukman langsung ikut berdiri dengan geram karena pimpinannya dihina oleh Nita).
Jono : “Nita, CUKUP.. jaga bicaramu!, Mann.. (pangilan ke Kariman), tolong kamu bawa Nita istirahat ke kantor saya (lantai 7), dia terlalu banyak pikiran hari ini.” (Kariman tanpa banyak berbicara, langsung menggiring paksa Nita keluar dari ruang makan). 
Ramon : “Hahahahahaha, tolong Bapak Jono pertimbangkan baik-baik tawaran kerjasama saya ini. Janganlah sia-siakan waktu yang ada, karena saya tidak tega kepada Ayah, Ibu bahkan keluarga saudara laki-laki Bella yang telah berkeluarga, dimana Ayah dan Ibunya pasti sangat mencintai kedua cucu-cucu perempuannya.” (Sambil Ramon menunjukkan Handphonenya yang terekam kamera cctv di rumah Philip, kakak laki-laki Bella di daerah Gerantang, Jayakarta Barat. Serta kamera cctv dimana Martin, Ayahnya Bella dikurung bersama Ibunya, Jenny).
Jono : “Baik (Berusaha menahan emosinya), Tolong berikan saya waktu untuk membicarakan masalah ini kepada Bapak Leonard Steven.” 
Ramon : “Hmm.., saya berikan waktu 3 x 24 jam, mulai terhitung dari sekarang yah, Tolong jangan sia-siakan waktu yang sudah begitu sangat banyak saya berikan untuk Bapak Leonard Steven. Dan satu hal lagi, jangan lupa bahwa Bapak Leonard Steven harus datang sendiri menemui saya bersama dengan Bella. Bila Bapak Leonard Steven melanggar permintaan saya ini, maka saya tidak akan segan-segan melakukan hal-hal yang kurang berkenan tentunya dan saya tidak suka seperti itu, sebab saya meminta dengan sangat baik-baik juga.”
Jono : “Terima kasih sebelumnya, pasti akan saya pertimbangkan  dengan sebaik-baiknya.”

Setelah selesai makan, mereka (Ramon, Markus, Lukman, Baron dan Doni) beranjak keluar dari ruang makan turun ke lobby hotel dan pulang dengan rombongan mobil mereka masing-masing. Sementara Jono mengantar mereka sampai pulang masuk ke mobilnya masing-masing. Baru setelah mereka pergi dari Hotel “Cosmic Core”, Jono menuju ruang kantornya di Lantai 7. Menjelaskan semua ancaman yang ditunjukkan Ramon kepada Bella dan Suseno, saat setelah Nita dan Kariman keluar dari ruang makan.

Kariman : “Bagaimana kita bisa berbicara dan bertemu dengan Suseno?, karena pasti anak buahnya Ramon sudah mengintai kita semua kalo keluar dari Hotel ini.”
Jono : “Hmm.., satu-satunya cara saya harus meminta tolong Wati..” (panggilan Jono kepada Istrinya, Sumarwati).
Nita : “Maksudmu, Wati disuruh bawa Suseno dan Bella kemari?”
Jono : “Gak, itu terlalu berbahaya, karena pasti foto wajah Suseno dan Bella sudah disebarluaskan ke semua anak buahnya Ramon.”
Kariman : “Begini aja, Mbakyu Wati datang ke sini pura-pura seperti tamu hotel aja, untuk membawa semua perlengkapan kita selama kita gak bisa keluar dari Hotel ini, karena kita pasti diintai oleh pasukan Ramon. Sementara itu, saya minta pasukan menyamar jadi tamu maupun pedagang untuk bersiap siaga di rumahmu, rumahku, kantor Mulya Jaya dan Hotel ini. Dan yang menjadi tamu hotel nanti, saya akan suruh bawa semua persiapan untuk siaga 1 nantinya, dan selanjutnya akan saya koordinir dengan dia setelah datang ke sini jadi tamu.”
Jono : “Setuju, saya juga akan minta turunkan beberapa anak buah sepertimu untuk berjaga-jaga dan untuk persiapan datang ke sini, meeting bersama di sini (lantai 7), merencanakan keselamatan untuk Bella dan Suseno. Setelah rencana sudah siap, baru kita panggil Bella, Suseno, Lukas, Cokro, Karina dan Kristina.”
Kariman : “Siip, oke kalo gitu kita lakukan sekarang.” 

Sumarwati datang diperintahkan suaminya, Jono untuk menyamar seperti tamu biasanya, sehingga tidak diketahui orang lain kecuali para pegawai di Hotel “Cosmic Core”. Begitu pula dengan para pasukan Angkatan Laut dan Kepolisian yang telah ditugaskan Jono dan Kariman untuk menyamar dan menginap seperti layaknya tamu biasa. Hampir semalaman, mereka tidak tidur, dimana semua tengah berkumpul menyusun rencana penyelamatan bagi Bella dan Suseno di kantor Jono di lantai 7.

Masalahnya, Jono harus bertemu dengan Suseno, namun keadaannya sulit. Kecuali bisa mengecoh para pengintai yang ingin mengikuti Jono. Belum lagi watak Suseno yang mudah emosi dan selalu mengambil keputusan sendiri tanpa mempertimbangkan resikonya, dapat merusak rencana yang telah disusun dengan sangat rapih. Satu-satunya cara adalah memasang alat GPS di mobil Suseno dan alat penyadap di Handphone ataupun barang-barang pribadi milik Suseno. Selain itu juga pihak kepolisian harus mengaktifkan semua camera cctv di jalan raya yang akan dilewati Suseno saat menemui Ramon nantinya, untuk menjebak Ramon dan mendapatkan bukti penting yang akan direkam suara dari alat penyadap terkecil yang telah terpasang di barang-barang milik Suseno. Sementara pasukan lainnya harus mencari dan menyelamatkan kedua orang tua Bella, Martin dan Jenny, selain itu juga mematikan kamera pengintaian dan mengevakuasi keluarga Philip (kakaknya Bella) di daerah Gerantang, Jayakarta Barat.

Akhirnya Jono memutuskan, Nita tetap berada di Kantor Hotel Cosmic Core bersama Sumarwati, istrinya Jono. Sementara Jono dan Kariman tetap akan berangkat ketemu Suseno di tempat umum keramaian seperti Mall / Supermarket besar. Besok pagi harinya, semua persiapan dilaksanakan, Jono langsung menelpon Suseno, meminta untuk bertemu di lantai dasar “The Coffee Bean”, ground dekat parkiran dari Mall Pondok Kelapa Permai. Pertamanya Suseno menolak dan lebih baik dia datang ketemu di Hotel, namun Jono melarang datang ke Hotel karena alasan sedang ramai tamu dan banyak acara, jadi tidak leluasa untuk membicarakan masalah pribadi keluarga. Karena Jono bersikeras dengan wataknya kali ini, Suseno akhirnya setuju mengalah mengikuti kemauan Jono.

Kariman dan Jono pun berangkat setelah mempersiapkan semua yang diperlukan untuk diberikan kepada Suseno, menuju Mall “Pondok Kelapa Permai”. Kariman mengetahui sepanjang perjalanan mereka diikuti terus oleh dua Mobil “Avanza” yang tidak dikenal. Jono memilih Mall Pondok Kelapa Permai dikarenakan sangat luas, terbesar di Selatan Jayakara dan menyulitkan bagi para pasukan pengintai untuk mencari mereka. 

Sesampainya di Mall Pondok Kelapa Permai, Jono dan Kariman berpencar setelah turun dari Mobil di parkiran lantai dua (2), Jono ke Toilet/WC lantai Ground dan Kariman pura-pura masuk ke “Foodmart” yang ada di lantai Ground. Karena di jam 10 pagi hari Mall baru buka, selain itu juga di hari kamis (bukan hari libur) biasanya Toilet/WC sangat sepi pengunjung. 

Sambil memperhatikan keadaan di sekelilingnya, Jono melihat gerak-gerik para pasukan yang mengintainya ke dalam Toilet/WC. Kemudian tidak lama setelah Jono di dalam WC/Toilet, Kariman juga menuju ke WC/Toilet, tetapi Kariman berpura-pura mengajak pegawai kebersihan di WC/Toilet itu untuk mengobrol ke luar pintu tangga darurat ke parkiran mobil di lantai Ground. Karena sangat lama Jono belum juga keluar dari dalam WC/Toilet, dua pasukan pengintai Ramon masuk ke dalam WC/Toilet, saat baru masuk ke dalam, pintu langsung di tutup oleh Jono, (Braak…!!!) dia bersembunyi tepat di belakang pintu WC/Toliet. Mereka berdua terkaget, Jono dikepung dua orang, tapi mereka kalah karena kecepatan dan ketangkasan Jono menangkis pukulan mereka, membalasnya dengan alat tongkat stik kecil berukuran 20cm yang berisi listrik bertegangan tinggi menyetrum kedua orang tersebut hingga jatuh pingsan di dalam WC/Toilet.

Sementara Kariman menyuruh dua petugas kebersihan Toilet di lantai Ground dengan sejumlah uang menggiurkan Rp. 500.000,-/orang untuk memberikan kedua rokok ke Mobil Avanza di lantai (dua) dengan plat nomor yang sudah dituliskan oleh Kariman. Lalu Kariman menyusul Jono ke Toilet/WC dan mendapati Jono tengah mengambil semua alat penyadap dan alat komunikasi milik kedua pasukan pengintai yang pingsan tadi. Kariman memfoto kedua orang tersebut dan mengirimkan pesan ke pegawai kantor kepolisian untuk ditangkap segera di Mall Pondok Kelapa Permai lengkap dengan plat kedua nomor Mobil “Avanza” dan langsung membantu mengikat mereka dengan “strap plastic” dan menutup mulut mereka dengan sapu tangan Jono dan Kariman. 

Kedua petugas kebersihan Toilet/WC menemui mobil yang berplat nomor yang telah disebutkan Kariman, memberikan rokok yang telah disuruhkan kepada kedua orang tersebut. Setelah kedua petugas kebersihan itu pergi meninggalkan mobil mereka. Kedua orang di dalam mobil itu membuka rokok pemberian petugas Toilet/WC itu tanpa rasa curiga, alhasil bukan rokok yang dilihatnya, malah kepulan asap bau gas amoniak yang sangat pekat dan menyebabkan mereka pingsan seketika. Barulah beberapa menit kemudian berdatangan mobil kepolisian setempat untuk menangkap mereka (para pasukan pengintai suruhan Ramon tersebut).

Kariman dan Jono langsung menuju lantai dasar untuk menemui Suseno jam 11 siang di “The Coffee Bean”, tepatnya lantai Ground dekat parkiran dari Mall Pondok Kelapa Permai. Sambil menunggu Suseno, Kariman dan Jono memesan minuman Coffee Capucinno dan dua potong kue tiramisu, untuk mengisi perut mereka yang sudah mulai kelaparan akibat ulah para pasukan pengintai suruhan Ramon. 

Sebab masih suasana libur lebaran yang jatuh hari senin dan selasa tanggal 5 dan 6 Juli, PT. Mulya Jaya masih meliburkan seminggu hingga hari senin minggu depan, karena para karyawannya masih belum kembali dari mudik lebaran. Suseno meminta Lukas, Cokro, Karina, Kristina dan Bella untuk tetap berada di rumah sampai dengan Suseno kembali pulang memberitakan prihal pertemuan pentingnya dengan Jono. 

Sesampainya di “The Coffee Bean”, tepatnya lantai Ground dekat parkiran dari Mall Pondok Kelapa Permai, Suseno langsung duduk menemani Jono dan Kariman yang sedang asik meminum kopi dan makan kue tiramisu. 

Suseno : “Ada apa penting sampai harus ke Mall segala?”
Kariman : “Baru saja kita selamat ini, narik nafas makan dan minum dulu, karena seharian mau ketemu kamu ajah sangat sulitnya sampai harus berantem dulu tau gak?”
Suseno : “Waduh, saya gak ngerti…, memangnya ada apa sampai berantem segala?”
Jono : “Wis…wes…man(kariman), biar aku yang jelasin. Begini noo(suseno), kemarin pagi Ibunya Bella datang bersama dr.Budi, tapi aku curiga karena Ibunya Bella kayak wong stress diancam sama begundalnya suruhan si Ramon, setelah pulang bener aja firasatku, Ramon datang sama begundalnya kabeh bareng koncone si gubernur sampe pegawai pusat pemerintah ke kantorku.”
Suseno : “Lah ada apa ini sebenernya Jon?”
Jono : “Ulahmu iku loh, Bella siapa lagi.”
Suseno : “Lah kok.., apa hubungannya sama Bella lagi?”
Jono : “Bella itu kan kabur dari rumah, sebelumnya dia gawe di kantornya Ramon, nah iki wong gendeng kayakmu samanya naksir karo Bella. Ternyata Bella ini udah tau semua kejahatan rahasia perusahaan Ramon, makanya dia ngancam minta asset dan saham semua perusahaan kita dari Hotel, pabrik, tanah sampai PT. Mulya Jaya.”
Suseno : “Lah tapi kan dia gak punya hak ngancam gitu toh.”
Jono : “Nooo(suseno), masalahnya nyawa keluarganya Bella dalam hitungan waktu 3 x 24jam sejak kemarin, dia tunjukkan dari Hp-nya nyambung ke kamera pengintai di rumah kakaknya Bella dan tempat penyekapan kedua orang tuanya Bella.”
Suseno : “Ah, paling cuma gertak sambel doang!!! Mana berani dia nyakiti Bella kalo dia cinta.”
Jono : “Nooo, kamu gak kasian toh sama keluarga dari sodara-sodaramu ini karena terus diikutin pasukan begundalnya si Ramon. Sampe Nita dan Wati (Sumarwati) ta suruh tinggal di Hotel karena bahaya, gimana kalo mereka tau rumahku, rumah Kariman dan rumahmu kayak dulu lagi kejadiannya?”
Suseno : “Kan gak ada bukti itu suruhannya Ramon, gimana kamu bisa jebak dan tangkap dia kalo kamu gak punya bukti yang kuat.”
Kariman : “Lah, justru itu makanya kamu diajak kemari.”
Jono : “Kita sudah persiapkan semuanya, kamu tinggal ngikutin aja, tapi kalo kamu ambil tindakan sendiri yah rusak percuma aja semuanya, karena saya tau kelakuanmu itu susah diajak ngerti.”
Suseno : “Yo wes toh, saya nurut manut kalo buat Bella, tapi ini bakal berhasil apa gak?” 
Kariman : “Kali ini saya yakin 80% berhasil. Asalkan bisa sabar sampai Ramon merasa sangat berbahagia mendapatkan apa yang dia inginkan, pastilah semua kejahatannya terbongkar.”
Suseno : “Lah, masa aku biarkan dia ngerusak semuanya, ngambil semuanya gitu aja aku serahkan?”
Jono : “Yo gak lah noo, kita sandiwara, lagian kan mereka gak akan paham, kamu kan yang lebih ngerti dalam hal ini.”
Suseno : “Wooooh, ngerti aku…, jadi kita pura-pura ngalah buat dia berhasil membalaskan keinginan dendamnya.” 
Kariman : “Yup, betul banget dan setelah kesalahannya itu terlupakan, dia akan membuka suara dengan sendirinya, maka pada saat itu dia akan terjebak dengan sendirinya.”

Suseno harus menjelaskan pada Bella, Lukas, Cokro, Karina dan Kristina mengenai masalah keluarganya Bella, tapi Suseno tidak boleh menjelaskan rencana Jono dan Kariman. Karena bila Suseno melakukannya, maka semua rencana yang telah disusun akan kacau, sebab banyak pasukan pengintai suruhan Ramon yang sewaktu-waktu dapat melaporkan segalanya.

Tubuh Suseno di-“remake” oleh pihak kepolisian untuk seolah-olah sedang casting film action yang paling menegangkan. Semua HP (handphone) milik Suseno dipasangi GPS (radar mendeteksi lokasi). Ban pinggang khusus ada perekam suara hingga ke jam tangan (alat on dan off-nya), kacamata baca dengan kamera cctv, salah satu kancing baju sebagai kamera cctv dan perekam suara juga kecil dengan alat wifi menyambung ke jam tangannya dan terakhir tambahan keamanan sepasang sepatu berpisau. Kendali keseluruhan di jam tangan, bila HP (handphone) disita, tetap ada GPS menyala di jam tangannya, tak lupa dipasangi anting kecil di telinga Suseno, sebagai perekam suara dan alat komunikasi, bila semua alat lainnya disita atau dirusak karena kecelakaan di luar prediksi. Bahkan mobil milik Suseno pun langsung dipasangi kamera GPS dan cctv yang dapat terhubung dengan handphone milik Jono dan Kariman. 

Setelah selesai, Suseno ternyata tidak sepenuhnya menjalankan sesuai keinginan Jono dan Kariman. Suseno berangkat menyetir mobilnya sendiri datang ke PT. Mulya Jaya mengambil berkas-berkas arsip di lemari besinya di ruang kantor pribadinya lantai enam (6), setelah itu dia bergegas pergi untuk menemui Ramon. Suseno berencana akan menyerahkan diri agar keluarga Bella selamat.

Jono dan Kariman yang kaget melihat GPS yang menunjukan Suseno tidak pulang ke rumahnya malah pergi ke kantor PT. Mulya Jaya. Karena kantor PT. Mulya Jaya sudah diintai oleh para preman bayaran Ramon, sudah pasti mobil yang dikendarai Suseno langsung dikejar oleh mobil-mobil preman pasukannya Ramon. Jono dan Kariman langsung menelpon Lukas untuk mengajak Cokro, Karina, Kristina dan Bella naik taxi berangkat ke Kantor Kepolisian sector selatan untuk bertemu dengan Jono dan Kariman. Karena Lukas diperintah penting oleh Jono, tanpa banyak penjelasan Lukas langsung menelpon taxi uber dan mengajak Cokro, Karina, Kristina dan Bella langsung berangkat menemui Jono dan Kariman.

Sesampainya di kantor kepolisian sector selatan, Lukas, Cokro, Karina, Kristina dan Bella mendengarkan penjelasan dari Jono dan Kariman. Mendengar prihal keluarga Bella, Bella langsung menangis dan memohon agar menyelamatkan keluarganya dan Suseno. Kariman memerintahkan semua pasukan kepolisian berangkat ke lokasi kakaknya Bella. Sementara, Bella hanya disuruh untuk menunggu telepon dari Suseno, Bella tidak mengerti mengapa Jono dan Kariman begitu yakin bahwa Suseno akan menelpon Bella. Jono dan Kariman sudah mempersiapkan taxi “Toyota Vios” khusus yang akan membawa Bella ke lokasi Ramon dengan sopir biasa, namun tanpa sepengetahuan Bella, di bagasi mobil sedan taxi sudah ada seorang  marinir sersan angkatan laut, suruhan Jono, yang akan ikut menemani di dalam mobil Bella.

Sementara itu, Suseno pun telah sampai ke lokasi perusahaan Ramon Coorporation. Suseno mengatakan kepada empat orang satpam, dia hendak bertemu dengan Ramon. Kedua dari Satpam lokasi itu tidak membukakan pintu depan, malah langsung memeriksa/mengecek tubuh Suseno, Handphone dan kacamata milik Suseno langsung dirampas dan dibawa oleh Satpam, sambil langsung mengantarkan Suseno berjalan melewati samping gedung menuju sebuah lapangan parkiran dekat dengan gudang konstruksi baja dan kayu, dimana ada kantoran kecil di sana dan seluruh areal parkiran itu pun sudah penuh puluhan mobil pasukan preman suruhan Ramon. Dari kejauhan kaca kantor kecil itu, Ramon sudah melihat Suseno datang sendirian membawa tas kopernya (berisi arsip asset yang sangat diinginkan oleh Ramon). Ramon yang melihat Suseno datang sendirian langsung keluar dari kantornya dan bertepuk tangan, bersama dengan Markus (CEO Ramon Corporation), Lukman (Direktur Keuangan), Baron (Wakil pemerintah yang bekerja di Instansi BUMN Atlantis) dan Doni (Gubernur Kamulyan) menyambut kedatangan Suseno. (2)

Ramon : “Hahahaha, luar biasa!!!” (ucapannya diikuti tepuk tangan meriah mengikuti Ramon yang tertawa penuh kemenangan diikuti semuanya yang ada di lapangan parkiran belakang gudang kantornya Ramon Corporation).
Suseno : “Terima Kasih sudah menyambut saya dengan begitu sangat meriahnya, senang dapat berjumpa kembali dengan sahabat lama…” (sindir ucapan Suseno kepada Ramon, sambil seraya memencet tombol pada jam tangan miliknya untuk menyalakan GPS, perekam suara maupun kamera).
Ramon : “Tentu saja, ini adalah acara reuni yang sangat ditunggu-tunggu karena tanpa kehadiranmu, pastilah hari ini kurang begitu berarti jadinya..” (sambil sengaja menujukkan kamera cctv rekaman kepada Suseno, melalui Handphone milik Ramon yang diperbesarkan suaranya agar terdengar suara tangisan dari kedua orang tua Bella, yang tengah disekap dan dikurung oleh Ramon di dalam gudang belakang).
Suseno : “Ramon, ini hanya urusan kita berdua, kenapa kamu harus melibatkan pihak lain yang tidak berdosa…”
Ramon : “Wohohohoho, tenang kawan…, saya tau hal ini, hanya saja bila tidak dilakukan dengan cara paksa, apa yang saya inginkan pasti akan selalu terhalang dan tergagalkan olehmu, untuk itulah saya mempersiapkan semua ini karena saya tidak suka bila apa yang saya inginkan tidak dapat saya miliki dengan cepat!!!”
Suseno : “Tolong lepaskan mereka, maka saya berjanji akan memberikan semuanya yang kamu inginkan ini, (sambil menunjukkan kopernya) ada di dalam sini.”
Ramon : “Oke, oke…, tapi saya gak akan percaya begitu aja, coba tolong kamu buka sekarang koper itu, saya mau lihat benar atau tidak yang kamu ucapkan tadi.” (Sambil menyuruh Markus dan Lukman mengambil Meja dan beberapa kursi kecil dari dalam kantor, ditata dan diletakkan di dekat Suseno dan Ramon).
Suseno : “Ini lihat semuanya!!!” (Suseno membuka kopernya, menunjukkan kepada Ramon, Markus dan Lukman dengan sangat cepat, namun langsung secepatnya pula ditutup kembali, koper itu pun tidak bisa dibuka tanpa sandi nomer rahasia kopernya 6 digit angka).
Ramon : “Sialan !!!”
Kesal karena Suseno langsung menutup kopernya, Ramon memerintahkan Markus dan Lukman langsung merampas koper milik Suseno. Dua Satpam pasukan didekatnya langsung memukul punggung dan kaki Suseno hingga jatuh bersujud di depan Ramon yang tengah duduk dengan santai bersama Baron dan Doni.
Suseno : “Kamu tidak akan bisa membukanya!!! Hahahahaha!!! Kecuali kamu membebaskan semua keluarga Bella terlebih dahulu.”
Ramon : “Bajingan!!! Pintar juga rupanya!!! Kamu pakai cara licik, baik saya juga bisa kalo begitu caramu. Keluarkan mereka!!! Tapi saya masih punya satu syarat, Tolong Bella ditelpon ke sini sekarang olehmu!!! Atau saya batalkan, saya akan perintahkan untuk keluarga kakaknya dulu yang jauh dieksekusi, kan kasihan juga… “(Kesal melihat kopernya ada kode digital dengan sandi enam angka yang sulit dibuka kecuali mengetahui sandi enam angka itu, lantas memerintahkan pasukannya agar mengeluarkan kedua orang tua Bella).
Suseno : “Setan kamu Ramon!!!”
Ramon : “Wuahahahaha, bisa marah juga rupanya, kenapa? gak boleh, emang kamu aja yang boleh seenaknya sama Bella. Dia harus jadi milik saya karena dia adalah property buat saya juga.”
Suseno : “Belum cukup apa kamu!!! Toh masih banyak cewe cantik seksi di luaran sana!!! Kenapa harus Bella!!!” 
Ramon : “Nooo…nooo…, buat laki-laki mereka itu hanyalah alat property untuk dikoleksi, apalagi dia lumayan cantik dan saya gak suka kalo kamu dekat-dekat dia dan dia juga sudah masuk ke perusahaan saya,  jadi dia harus jadi milik saya juga!!!”
Suseno : “Kamu GILA Ramon!!! Kerakusan, keserakahan dan kegilaanmu itu sudah membutakan mata hatimu sendiri!!! Kamu akan kena balasannya!!!”
Ramon : “Oh, silahkan gak masalah, saya gak takut dengan ancamanmu itu yang sangat lucu buat saya!! Hahahahahahay!!! Cepat telpon sekarang!!! berikan Hpnya!!!” (ucap Ramon memaksa Suseno).

Suseno dengan kesal terpaksa menelpon Bella dengan loud speaker (dikeraskan suaranya) dan Bella langsung mengangkat Suseno, “Bell, kamu diminta ketemu Ramon sekarang”, ucap Suseno kepada Bella. “Bapak dimana sekarang? Apa baik-baik saja?”, jawab Bella. “Baik..baik, tenang aja, kamu ketemu saya aja, saya ada di tempatnya Ramon sekarang, kamu ke sini aja ya..”, jawab Suseno. “Iya baik Pak, saya ke sana sekarang..”, ucap Bella smbil menutup teleponnya. 

Ramon : “Ooohh.., so sweet deh.., apa baik-baik saja, hahaha..!!! Ikat dia!!”, (Markus dan Lukman langsung memerintahkan mengikat dan memborgol Suseno ke kursi sehingga tidak dapat berbuat apa-apa). Ini yang paling saya suka, ini (menghajar Suseno ke mukanya hingga hidung dan mulutnya berdarah) untuk tindakanmu menggagalkan upaya proyek saya dulu, ini (menghantam lagi perut dan dada Suseno) untuk koper yang kamu bawakan dengan sandi sialannmu itu, Dan ini… untuk Bella yang terakhir, (akan bersiap menghajar alat vitalnya Suseno, dia mengambil sebuah kayu panjang besar, belum juga menghajar.., taxi Bella sudah tiba ke lokasi, Satpam menelpon Ramon, sehingga tidak jadi memukul Suseno).

Bella diantar Satpam ke dalam lokasi Ramon, saat melihat Suseno penuh darah di wajahnya, Bella langsung menghampiri Ramon dan menamparnya. PLAAAAAAK!!!!!, “BAJINGAN KAMU RAMON!!!! LEPASKAN DIA!!!!”, ucap Bella kepada Ramon, tapi Ramon hanya tertawa-tawa menerima tamparan Bella. Markus dan Lukman langsung memegang tangan Bella dan mengikatnya sebelum memukul lagi Ramon. 

Suseno : “Semua yang kamu mau sudah terpenuhi, Cepat lepaskan kedua orang tuanya dan saudaranya sekarang!!!”
Ramon : “Hmmmph…Baiklah!!!, Suruh mereka lepaskan kedua orang tua dan saudaranya itu yang di rumah…”
Markus & Lukman : “Tapi Pak, dia belum kasih kodenya…!!!”
Ramon : “Oh iya hampir lupa!!! Berapa kodenya noo.., atau mereka takkan ku lepaskan!!!”
Suseno : “2885…”
Ramon : “Lalu dua angka lagi….”
Suseno : “Bella harus kau lepaskan dulu, baru saya akan katakan sisanya.”
Ramon : “Hmmmh…susah juga kamu yah!!! Baiklah saya sedang berbaik hati karena masih ada Bella di sini. Lepaskan mereka!!!” (Ramon menyuruh Markus dan Lukman).
Markus & Lukman : “Tapi Pak…!!!”
Ramon  : “CEPAT!!!”
Markus & Lukman : “Siap!! BAIK PA..Laksanakan!!”

Pertama-tama, Markus dan Lukman menelpon para pasukan yang menyergap rumah keluarga Philip (Kakaknya Bella), agar mereka  melepaskan keluarga Philip, semua pasukan pun berangkat ke luar rumah Philip di Gerantang, Jayakarta Barat. Namun saat para pasukan itu ke luar rumah hendak masuk ke dalam mobil dan seorang dengan motor, mereka dihadang pasukan kepolisian yang sudah mengepung dan langsung menangkap mereka, salah seorang berhasil kabur dengan sepeda motor meski kakinya luka tertembak, dia berhasil menelpon melaporkan ke Markus, namun berhasil dikejar dan ditangkap oleh kepolisian di tengah kota dengan menembakkan sniper ke roda ban motornya, seketika itu juga terguling di jalan dan langsung ditangkap oleh kepolisian. Kedua Ramon melepaskan kedua orang tua Bella, yang disuruh masuk ke dalam mobil untuk diantarkan oleh Lukman ke rumahnya Bella.

Markus melaporkan kepada Lukman bahwa keadaan berbahaya, karena kepolisian telah menangkap beberapa pasukan mereka. Lukman langsung membisikkan laporan buruk itu ke Ramon. Mendengar laporan dari Lukman, Ramon sedikit tegang tapi dia masih belum berhasil mendapatkan kode sandi koper itu, akhirnya Ramon meminta Baron (Wakil pemerintah yang bekerja di Instansi BUMN Atlantis) dan Doni (Gubernur Kamulyan) untuk pergi lebih dulu ke Bandara Hasyim Perdana Kurnia, ikut bersama dengan Lukman (Direktur Keuangan Ramon Corporation), yang membawa serta kedua Orang Tua Bella (Martin dan Jenny). Ramon mengatakan akan menyusul mereka setelah selesai mendapatkan kopernya.

Marinir yang bersembunyi di dalam bagasi mobil taxi yang membawa Bella, turun di tengah jalan setelah mobil taxi berhenti di persimpangan jalan keluar dari perusahaan Ramon Corporation. Dia langsung mengendap-endap berjalan memperhatikan dua satpam depan pintu gerbang yang tengah lengah, saat berbalik badan mereka sedang ingin buang air kecil, keduanya ditusuk jarum bius tidur oleh Sersan Marinir itu. Saat itu juga dia langsung menghubungi Jono secepatnya agar mengirimkan pasukan Marinir Angkatan Laut ke lokasinya untuk menyelamatkan Bella dan Suseno. Selain itu juga, Marinir itu mengintai dengan teleskopnya dari jauh, melihat beberapa orang menaiki mobil mau keluar lokasi. Saat mobil itu keluar lokasi, langsung Marinir itu membidik pistolnya ke salah satu ban mobil itu, seketika itu juga Lukman kehilangan kendali menyetir, dan mobil pun langsung menabrak tiang listrik. Terjadi baku tembak antara Lukman dan Marinir, namun Lukman kalah dan tertembak. Sedangkan Baron dan Doni langsung diamankan oleh Sersan Marinir, Firman (tangan kanan Jono). Sementara Martin dan Jenny (orang tua Bella) disuruh Sersan Firman tetap diam di dalam mobil sambil menunggu bala bantuan dari Jono dan Kariman. 

Mendengar baku tembak di luar, Ramon semakin marah dan kesal terhadap Suseno. Langsung memerintahkan Markus untuk mempersiapkan rencana penyelamatan untuknya dengan helicopter di pintu belakang gudang sudah dipersiapkan untuk membawa Ramon setelah berhasil membuka koper milik Suseno. Ramon memerintahkan juga agar Markus membawa Bella dan Suseno ke dalam gudang. Sementara semua pasukan harus menjaga di areal parkiran depan gudang apabila terjadi serangan mendadak. 

Suseno : “Kamu akan gagal!!, Gak akan bisa mendapatkan apapun…”
Ramon : “Diam kamu noo!!!, kalo kamu gak mau bilang dua angka itu, saya akan memaksa Bella untuk membuatmu membuka suara!!! Markus, kamu silahkan bersenang-senang dengan Bella hari ini!!!”
Suseno : “BAJINGAAAANNN!!! KEPARAT!!! HENTIKAN!!! Saya akan mengatakannya!!! LEPASKAN DIA!!!...” (Suseno meminta agar Markus menghentikan niat busuknya yang hendak mencabuli Bella, Bella yang berteriak menolak, ditampar Markus hingga hidungnya mimisan).
Ramon : “HAHAHAHAHA!!! BAGUSLAH!!! KATAKAN SEKARANG!! Baru saya lepaskan dia..”
Suseno : “LEPASKAN DULU DIA!!!
Ramon : “Markus, Lepaskan dia!!!
Markus : “Tapi Pak, bagaimana jika dia bohong!!
Ramon : “Tenang saja, bagaimana jika dengan ini. (Ramon membidik pistolnya ke arah Bella yang masih terikat dan bajunya terkoyak hampir terbuka semuanya.) SEBUTKAN SEKARANG ANGKANYA!!! ATau saya tidak akan segan menyakitinya!!”
Suseno   : “6….4..”
Ramon   : “HAHAHAHAHA!!! BAGUS!!!, Markus, buka kopernya!!!”
Markus : “Baik Pa!!!, (cklik..klik…langsung terbuka semuanya…) BENAR PA BERHASIL!!! KITA KAYA!!! HAHAHAHA!!!”
Ramon : “HAHAHAHA!!! Jangan senang dulu, kita belum beres. Semua harus bersih tanpa bukti!!! Ingat itu!!!”
Markus : “BAIK PA!! LAKSANAKAN!!! Lalu gimana dengan mereka berdua?” (Bella dan Suseno). 
Ramon : “Kita udah gak perlu mereka, kita kan udah kaya, buang aja mereka seperti apa yang pernah aku suruh waktu hancurin rumahnya Suseno waktu itu loh, kan itu beres, bersih semuanya!!! HAHAHAHA!!!”
Markus : “BENER PA!!! Tapi Maaf Pa!!! (Dorr!!! Dorr!! Dor!!!, seketika peluru dari pistol Markus ditembakkan 3x ke arah tangan kanan Ramon yang memegang senjata hingga terlepas, kaki dan dada kiri Ramon). HAHAHAHA!!! Saya BUKAN lagi BAWAHAN BAPAK lagi sekarang!!!, saya adalah pemilik semuanya, saya yang akan kaya raya dan oh iya Pak, Istri Bapak sangatlah kesepian dan luar biasa cantik sebagai artis terkenal, sayangnya setiap kali Bapak sibuk dengan urusan kerjaan dan perempuan lainnya, jadi kurang perhatian, sungguh disayangkan bila dia terus menjadi istri Bapak!!!..”
Ramon   : “KEPARAT!!! PENGKHIANAT!!!”
Markus : “Hohohohow!!! Tunggu dulu Pak, bukankah Bapak yang ngajari berkhianat duluan saat masih join dengan Pak Suseno ini. Ini namanya KARMA Pak!!! KESIAN Deh loh Pak!!! Oh iya, saya belum selesai bersenang-senang dengan Bella atas perintah Bapak, lebih baik saya bawa dia juga..”
Suseno   : “LEPASKAN DIA!!!”
Ramon   : “HAHAHA!!! Kasian kamu noo, percuma!! Udah bawa ajah kus..” (Suruh Markus tetap menjalankan kebusukannya)
Markus   : “BERISIK Kalian!!! Tua-tua udah sekarat masih berisik!!!”

Untunglah saat hendak membawa Bella, para pasukan bala bantuan Jono dan Sersan Marinir Firman datang, seketika peluru nyasar mengenai kakinya Markus. “Accchhh!!! SIAL!!!”, ucap Markus. “Hahahahaha!!! Itulah akibatnya BERKHIANAT!!!”, ujar Ramon. Saat Markus sedang sibuk memperhatikan luka kakinya, Ramon meraih pistol kecil dengan tangan kirinya. Door…door..door..dor!!!, “Mati Kau Markus!!! PENGKHIANAT!!!”, jawab Ramon. Markus langsung jatuh tergeletak tidak sadarkan diri, karena peluru itu begitu dekat mengenai dadanya 4x bertubi-tubi. Koper itu pun lepas dari tangan Markus dan jatuh ke lantai. Ramon memaksakan dirinya menyeret-nyeret kaki dan tangannya untuk meraih koper itu dan membawa pergi bersamanya. 

Suseno : “Kamu gak akan berhasil!!!” (Suseno langsung menyengkat kaki Ramon hingga luka terjatuh makin parah, dengan pisau yang keluar dari sepatunya Suseno)
Ramon : “Accch!!! Setan!! Berisik kamu noo…!!!” (Dorr!! Dor!! 2x peluru terakhir, habis sudah peluru isi enam revolver kecil milik Ramon, langsung dibuangnya pistol itu ke lantai oleh Ramon). 
Bella   : “TIDAAAAKKK!!!” (Bella hanya dapat menangis dan berteriak melihat Suseno bersimbah darah di dadanya yang ditembak Ramon)
Ramon   : “Sudahlah tidak usah teriak, dia sudah di alam baka sekarang!!”

Ramon dengan menyeret-nyeret diri, menelpon pilotnya, agar membantunya naik ke helicopter untuk melarikan diri. Saat hendak melarikan diri, Pasukan Kepolisian datang membantu mengepung gudang itu bersama pasukan Marinir Angkatan Laut. Seorang sniper kepolisian menembak jitu baling-baling dan ekor helikoper itu saat terbang dengan senjata “bazooka”, seketika itu juga helicopter itu hilang keseimbangan dan terjatuh menghantam gedung kantor Ramon Corporation. Booomm!!! Meledak hancur helicopter itu bersamaan dengan runtuhnya juga gedung PT. Ramon Corporation.

Lukas, Cokro, Karina dan Kristina yang ikut di mobil Kepolisian langsung berlari mencari dan menyelamatkan Suseno dan Bella, yang masih di dalam gedung. Setelah mereka menemukan Bella dan Suseno, mereka langsung menelpon Ambulance, agar membawa Suseno dan Bella secepatnya ke Rumah Sakit Salam Waras, yang terdekat di Jayakarta Timur. Kedua orang tua Bella (Martin dan Jenny), bersama dengan kakaknya, Philip ikut menemani Bella dan Suseno selama perawatan hingga akhirnya terpaksa, Bella dan Suseno harus dipindahkan ke Rumah Sakit Fatimah di Jayakarta Selatan, atas petunjuk dr. Budi Hartono, agar lebih memudahkan menangani kedua pasiennya itu sekaligus. Rumah Sakit Fatimah adalah tempat dimana dr. Budi berpraktek sehari-harinya di lantai tiga (3), selain itu juga memudahkan Jono, Kariman, Nita, Sumarwati dan saudara-saudara, serta keponakan-keponakan Suseno lainnya yang tinggal di Jayakarta Selatan, untuk menjenguk dan menemani Suseno selama dirawat intensif di Rumah Sakit Fatimah.

Selama perawatan Bella dan Suseno, pihak kepolisian, kedokteran forensik Rumah Sakit Salam Waras Jayakarta Timur dan dibantu pasukan marinir angkatan laut memeriksa lokasi TKP (Tempat Kejadian Perkara) di Perusahaan Ramon Corporation di Jatiraga, Jayakarta Timur. Mereka menemukan jenazah Ramon dan Pilotnya, serta kotak Koper Hitam milik Suseno yang telah sebagian terbakar, namun karena Jono dan Kariman mempersiapkan Koper itu dirancang khusus sekuat lemari besi kotak hitam pesawat terbang yang tidak akan hancur meskipun jatuh, terbakar dan mengalami ledakan besar sekalipun. Kotak Koper itu pun diserahkan kembali kepada Jono karena berisi asset seluruh kepemilikan Suseno dan Letnan Jenderal Herry Sujono (Jono). Sementara itu, Lukman (Direktur Keuangan), Baron (Wakil pemerintah yang bekerja di Instansi BUMN Atlantis) dan Doni (Gubernur Kamulyan) langsung ditahan oleh pihak Kepolisian sektor Jayakarta Selatan, yang ditugaskan Polda Metro Pusat Jayakarta adalah Asisten Kepala Kepolisian, Brigadir Jenderal Kariman Suryosaputro. Handphone milik Lukman, Baron dan Doni pun ikut disita petugas kepolisian untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut dan video rekaman suara dari peralatan yang telah dipasang kepada Suseno menjadi alat bukti kuat mengenai Kasus kebakaran dan pembunuhan sadis seluruh anggota Keluarga Drs. Herman Suseno, M.Hum sebagai Presiden Direktur dan pemilik perusahaan “PT. Mulya Jaya” dan kematian Ir. Rahardian Reno, adik bungsu dari Suseno. 

Dampak hancurnya perusahaan Ramon Corporation oleh karena kejadian kematian Ir. Markus dan Dr. Ir. Ramon Prasongko Wardoyo, M.Sci, maka Presiden Negara Atlantis, yang pada saat itu menjabat adalah Jenderal TNI Prof. Dr. Suswono Brahma Ajimulyojoyo, yang masih teman seangkatan sekolah, kira-kira berumur lebih tua dua/tiga tahun dari Suseno. Presiden langsung mengeluarkan Surat Keppres No. VIII/WMKG/CNCL/09-10 (Tahun 2009-2010) untuk segera menghentikan dan memeriksa kembali, untuk menguji kelayakan dan sekaligus menyelidiki kasus dugaan korupsi dari penyalahgunaan alokasi dana pembangunan Proyek Waduk Madira di daerah Kamulyan.   

Selama Suseno dirawat di ICU Rumah Sakit Fatimah, Bella memaksa menemani Suseno sepanjang hari, meskipun Jono dan Nita memintanya agar pulang karena Ujian Akhir perkuliahan dan Sidang Skripsi untuk Ujian Kelulusan dan Wisuda jauh lebih penting untuk masa depan Bella, dibandingkan menunggu Suseno yang belum juga sadarkan diri. Akhirnya Bella menuruti nasehat Jono dan Nita, setelah dr. Budi Hartono memintanya untuk selesaikan kuliah, agar Bella dapat melihat kedua orang tuanya bahagia apabila Bella lulus diwisuda pada awal tahun 2010 nanti. 

Kedua orang tua Bella dan kakaknya, Philip sempat berbicara serius dengan Jono, Nita, Kariman, Sumarwati dan dr. Budi Hartono mengenai masalah antara Suseno dan Bella. Pada awalnya Martin, Ayahnya Bella tidak mau menerima kenyataan bahwa Suseno sangat mencintai Bella, begitu pun sebaliknya, dikarenakan Suseno sudah berumur setengah abad berbeda hampir dua puluh satu tahun dengan Bella. Namun, Jenny istrinya dan Philip, kakaknya Bella mendengarkan nasehat dari dr. Budi, dimana Bella sudah dewasa dan sebentar lagi diwisuda, sudah layak dan sepantasnya Bella bisa menentukan dan memilih jalan kehidupannya sendiri. Meskipun pada akhirnya nanti, hanya kuasa Tuhan yang mengetahui, apakah Suseno akan siuman sembuh ataukah sebaliknya kritis dan meninggal dunia. Sebelum hal itu terjadi, mereka sudah saling bertukar pikiran dan harus menerima kenyataan pada akhirnya. Apabila Suseno sadarkan diri dan sembuh, maka pihak saudara-saudara Suseno meminta agar Martin dan Jenny (kedua orang tua Bella) mengizinkan Bella untuk menentukan keputusannya sendiri, apakah akan menerima Suseno ataukah menolaknya. 

Menurut keterangan dr. Budi Hartono, Suseno harus dibawa segera ke Rumah Sakit Advenue di Penang, Malaysia. Karena kondisi kesehatan jantungnya sangat lemah, kemungkinan harus dioperasi pemasangan ring pada jantungnya dan setelah itu harus dibawa perawatan medical check-up pada Hepar(Hati), empedu, lambung dan usus halusnya Suseno selama seminggu ke Rumah Sakit General di Singapura, dikarenakan terjadi pendarahan yang sangat serius dan cukup fatal saat terkena tembakan dua kali dari pistol Ramon, sehingga membuat keadaannya Suseno sangat lemah akibat kehabisan banyak darah dan menerima obat bius terlalu keras untuk melakukan berkali-kali operasi pada organ dalam perut dan juga jantungnya. 

Hampir satu semester lebih lamanya, Bella tidak mendapatkan kabar dari Suseno, ditambah nilai ujian sidang skripsinya pun tidak sesuai dengan yang diharapkannya, hanya mendapat nilai A-. Berbeda dengan Kristina, yang mendapat nilai A+ Cum Laude. Secara keseluruhan mata pelajaran kuliah, Kristina jauh lebih unggul nilainya dibandingkan Bella. Kristina sangat memahami Bella, dia sulit konsentrasi belajar beberapa waktu ini, selain masalah yang dialaminya, juga keadaan kesehatan Suseno yang belum ada kabar baik, membuatnya tidak bersemangat kuliah, otomatis semua nilai kuliahnya pun turun drastis, hingga harus mengulang ujian kembali dari beberapa mata kuliah yang nilainya D di semester pendek. 

Untungnya Bella mempunyai sahabat baik seperti Kristina, Karina, Lukas dan Cokro, sehingga selama ujian semester pendek, Bella dibantu, diajarkan dan diberikan semangat terus oleh mereka, agar Bella dapat lulus semua mata kuliah yang harus mengulang yaitu Akuntansi Usaha Industri, Gambar 3D Proyeksi, Teknik Pewarnaan Photoshop dan Printing, Manajemen Pemasaran Promosi Industri dan Konstruksi Bangunan II. Berkat bantuan dan dukungan teman-teman Bella, akhirnya Bella dapat lulus meskipun semua mata kuliah yang mengulang itu hanya dapat nilai C.

Tibalah Acara Wisuda yang dinanti-nanti semua mahasiswa-mahasiswi ISBJ (Institut Science Bintoro Jayakarta), tepatnya di Plenary Hall Jayakarta Convention Centre. Semua peserta hadir termasuk, Kristina dan Bella bersama orang tua dan saudara-saudaranya. Lukas, Cokro, Karina pun ikut hadir untuk melihat sekaligus memberi ucapan selamat kepada Bella dan Kristina yang telah di Wisuda dengan gelar Sarjana Science Terapan (SST). 

Setelah selesai acara wisuda dan foto bersama dengan Bella dan Kristina. Lukas, Cokro dan Karina juga mengumumkan kenaikan jabatan dan gaji dari Kebijakan Bapak Jono dan Ibu Nita selaku mewakili PT.Mulya Jaya untuk Bella dan Kristina, yang telah bekerja cukup lama dari masih sebagai “part-time job” hingga kini menjadi karyawan tetap di PT.Mulya Jaya. Kristina diangkat menjadi Wakil Manajer Keuangan membantu Cokro, dan Bella diangkat menjadi Wakil Sekretaris dan Asisten Personalia membantu Lukas dan Karina, kenaikan gaji mereka tetap harus disamakan menjadi sebesar Rp. 2.850.000,- (lulusan Sarjana) dan uang tambahan transportasi Rp. 50.000/Hari dan uang lemburan Rp. 10.000/ Jam. Bapak Jono dan Ibu Nita juga mengundang mereka untuk datang ke acara “Anniversary” Perayaan Ulang Tahun PT. Mulya Jaya ke 15 Tahun di Hotel “Cosmic Core” pada esok hari Minggu sore.

Sebenarnya Bella merasa malas untuk datang ke acara Pesta lagi di Hotel “Cosmic Core”, hanya akan membuatnya merasa sedih karena tidak ada kabar sama sekali dari Suseno, yang mungkin dalam benak hati Bella, andaikata Suseno telah sembuh pun pasti Suseno sudah melupakannya, masih banyaklah perempuan yang jauh lebih sempurna, yang lebih baik dan pantas menemani Suseno, selain itu juga Bella sadar dirinya berasal dari keluarga biasa bukan dari kelas menengah ke-atas yang bermartabat tinggi seperti saudaranya Suseno yaitu Bapak Jono dan Ibu Nita. 

Bella kembali termenung terdiam sedih, dia hanya mengetahui dari Lukas dan Cokro bahwa Suseno telah pergi bersama Jono, dan sudah lama mereka tidak pulang ke Jayakarta, hanya Bapak Jono masih sering terkadang berkirim Email kepada Ibu Nita, Lukas, Cokro dan Karina. Kemungkinan besar menurut Lukas dan Cokro, mereka tinggal di Apartementnya Jono di Singapura, agar memudahkan Jono selama Suseno masih dalam perawatan ke Rumah Sakit Penang, Malaysia dan Singapura, atas petunjuk rekomendasi dari dr. Budi Hartono, yang sesekali pergi juga menjenguk Suseno dan Jono ke Malaysia dan Singapura.

Sudah jam lima sore, pikir Bella lebih baik tidur saja sampai besok pagi agar tidak perlu datang ke acara pesta nanti malam. Ternyata jam setengah enam (17.30) sore, Karina, Lukas, Cokro dan Kristina datang menjemput Bella dengan “Toyota Hiace” (kapasitas 16 orang penumpang) dan di dalam mobil itu juga ada orang tua Karina, Kristina, Lukas, dan Cokro juga. Untuk sekali ini, Lukaslah yang menyetir mobil dengan didampingi di kursi depan oleh Karina.

Lukas : “Ayo Bella, cepat ! kita harus segera berangkat, acaranya sudah dimulai jam enam sore ini.”
Bella : “Lah, kok bisa bawa mobil sebesar ini kas (Lukas)..?”
Karina : “Iya bel.., gak tau tuh, tumben Ibu Nita tadi siang telpon katanya Lukas suruh bawa aja mobil ini untuk antar jemput ke acara HUT PT. Mulya Jaya malam ini.”
Kristina : “Haduh, bel..kamu ngapain aja sih? Masa pake piyama jam segini.., duh! (Kristina geleng-geleng kepala), Kar..(karina), bantu aku, kita harus dandanin si Bella nih!!, kalo gak kita bisa telat!!”
Karina : “Waduh, iya iya…bener juga kamu. yok..cepet!!”
(Karina dan Kristina langsung turun dari Mobil, sambil terus menarik memaksa Bella agar secepatnya mandi, berganti pakaian dan bermake-up yang cantik, meskipun Bella merasa sangat malas, tapi Kristina dan Karina terus memaksa demi mengejar waktu dan tidak enak dengan orang tua mereka juga yang jadi ikut menunggu Bella. Sementara Lukas dan Cokro mengajak kedua orang tua Bella untuk ikut menemani orang tua mereka semua juga, karena acara ini juga untuk merayakan Kristina dan Bella yang telah lulus di Wisuda, sekaligus untuk pengumuman promosi kenaikan jabatan para karyawan di PT. Mulya Jaya).

Setelah selesai, Bella, Karina dan Kristina ke luar rumah dan masuk ke Mobil “Toyota Haice” diikuti kedua orang tua Bella (Martin dan Jenny) yang sudah menunggu mereka sejak lama bersama Lukas, Cokro dan para orang tua mereka semua (kedua orang tua Karina, Kristina, Cokro dan Lukas)  yang telah duduk lama di dalam mobil. Penampilan Bella sangat memukau, lagi-lagi karena Kristina dan Karina yang telah terburu-buru mencari gaun untuk Bella di Mall Grand Jayakarta tadi siang, karena Karina dan Kristna pasti yakin Bella malas datang ke acara pesta bila tanpa mereka jemput dan belikan gaunnya. Untungnya gaunnya pas cukup di tubuh Bella, karena ukuran tubuh Kristina dan Bella tidak berbeda jauh. Kristina tadinya memilih gaun warna hitam atau biru laut, namun Karina menolak karena warna itu terlalu sendu dan sedih, lebih baik warna merah cabe yang menyala atau merah marun yang lebih elegan agar Bella terlihat lebih ceria dan bersemangat. Akhirnya Kristina setuju dengan Karina, dibelikannya gaun merah marun karena Kristina beranggapan kulit putih Bella lebih cocok dengan gaun yang warna cenderung gelap seperti warna merah marun. Benar saja, mereka memilih gaun yang sangat tepat sekali, ditambah peralatan make-up milik Karina dan hair drayer milik Kristina, hasilnya Bella nampak sangat cantik seperti putri Belle dalam film “Beauty and The Beast” tapi dengan gaun merah (hehehe…, penulis tertawa membayangkannya), hampir lupa Bella juga dibelikan sepatu berwarna hitam pantofel untuk kerja, ternyata salah dibelikan Cokro dan Lukas, (yah..maklum “all boys” gitu loh), karena dipikir bila dibelikan sepatu pesta belum tentu dapat digunakan untuk sehari-hari, alhasil sepatu rusak karena jarang dipakai untuk acara pesta, tapi kali ini bukan acaranya “Cinderella” yang harus mencopot paksa sebelah sepatunya karena harus kabur setelah jam 12 tengah malam, lalu sepatunya dibawa-bawa keliling kampung (hehehe…, penulis ketawa lagi, stoop…lanjut kembali ke cerita).

Di Hotel “Cosmic Core”, Nita (adik pertama Suseno) telah mempersiapkan bersama Sumarwati (Istrinya Jono), Sari (Istri Alm. Reno, adik bungsunya Suseno), dr. Siska (Istrinya dr. Budi Hartono), bersama anak-anak mereka (Novi dan Karyo – anaknya Nita dan Kariman, Rina dan Rahmat – anaknya Sari dan Alm.Reno, Bagas dan Bayu – anaknya dr. Budi dan dr. Siska, Anita, Anisa dan Joko – anaknya Jono dan Sumarwati) dan para pembantu Suseno (Wulan, Poniyem, Choki - Anak Poniyem, Parman dan Warsino). Philip, kakaknya Bella juga hadir diundang Martin dan Jenny (orang tua Bella) bersama Anisa, istrinya Philip juga hadir dengan menggendong kedua putrinya yang masih bayi (Fika dan Lili).

Sedangkan Letnan Jenderal Herry Sujono (Jono), Brigadir Jenderal Kariman Suryosaputro (Kariman) dan dr. Budi Hartono masih ada di penthouse Hotel “Cosmic Core” bersama Drs. Herman Suseno, M.Hum sedang berbicara sangat serius dengan Bapak Presiden Negara Atlantis, Jenderal TNI Prof. Dr. Suswono Brahma Ajimulyojoyo, membahas mengenai masalah antara PT. Mulya Jaya dan PT. Ramon Corporation yang berhubungan dengan Proyek Waduk Madira di daerah Kamulyan, hampir dua jam lebih mereka berbincang-bincang sejak jam 15.45 sore tadi, kemudian akhirnya mereka turun ke lantai tujuh (7) ke kantornya Letnan Jenderal Herry Sujono (Jono) untuk bersama-sama membuat kesepakatan kerjasama pihak pemerintah dengan PT. Mulya Jaya, untuk membantu memperbaiki dan membangun semua fasilitas yang dikelola oleh pihak pemerintah BUMN di kota-kota besar dan daerah seluruh provinsi Negara Atlantis, baik itu bangunan untuk sarana transportasi, telekomunikasi, maupun sarana dan prasarana kantor-kantor pemerintahan lainnya di pusat kota dan daerah, khususnya diutamakan di ibukota Jayakarta terlebih dahulu, yang nantinya akan ikut bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan swasta lainnya. Setelah selesai membuat kesepakatan, mereka semua turun dengan Lift, diikuti oleh empat orang para ajudan Presiden, tepat jam 18.20, mereka telah tiba ke Lantai dua (2) ruang makan untuk mengikuti acara Pesta “Anniversary” Perayaan Ulang Tahun PT. Mulya Jaya ke 15 Tahun.  

Waktu telah menunjukkan pukul 18.45 malam, acara pun berlanjut ke pengumuman nama-nama karyawan yang akan diangkat jabatan dan kenaikan gajinya ataupun akan dipindahkan ke bagian tugas divisi pekerjaan lainnya. Pengumuman itu masih harus menunggu kedatangan Karina, yang akan membacakannya sebagai Sekertaris Direktur mewakili PT. Mulya Jaya. Karena MC telah memanggil tiga kali dan Karina belum juga hadir, lalu Ibu Nita pun berinisiatif berjalan beranjak maju ke depan panggung di Lantai dua (2), ruang makan untuk segera meminta maaf agar para karyawan dapat sabar menunggu kembali sebab data-datanya akan dibacakan oleh Karina.

Karina : “TUNGGU!!! SAYA HADIR!!! Hosh…hosh..hosh..” (nafasnya terengah-engah kelelahan). Karina berlarian terburu-buru naik tangga bersama diikuti Lukas, Cokro, Kristina dan Bella, sementara itu para orang tua mereka sudah tiba lebih dulu ke dalam ruangan makan di lantai dua (2) naik Lift, oleh karena Lift untuk tamu tidak cukup untuk banyak orang, jadi mereka mengalah harus naik tangga ke lantai dua.
Nita : “HADUH!!!.., kamu kemana aja kok telat banget sih!!!”
Karina : “Ampun Bu.., saya Mohon Maaf terlambat…, ini nih…duh.., karena gara-garanya si BELLA tuh!!!” (sambil Karina menunjuk kepada Bella yang ada di belakangnya ngumpet/sembunyi karena malu dan takut).

Semua mata di dalam ruangan itu pun tertuju kepada Bella, yang nampak luar biasa anggun, elegan, menawan dan cantik bak bidadari turun dari khayangan (criiiing...,pssst.. back sound lebaaay..), para tamu yang hadir pun langsung terpukau melihatnya…(Wooooaaaaahhh….), jarang banget Bella berdandan dan berganti model rambut yang sengaja oleh Kristina dibuat dengan hair dryer-nya menjadikan rambut Bella lebih berombak dan lebih indah mengkilau,(kayak iklan model sunsilk gitu loh..). Suseno yang melihatnya di meja terdepan langsung terkaget dan beranjak berjalan mendekati Nita, untuk mengambil microphone milik MC Hotel yang sedang terbengong dan terdiam sejenak.

Suseno : “Bella Setiawati…, Kenapa kamu sengaja datang terlambat ke acara ini?! Jawab saya!”
Bella : “Eng..h…, saa..ya..”(Tertunduk, bingung, kaget, gak tau harus bilang apa, nafas terengah-engah, jantung berdebar-debar melihat apa yang dia lihat tepat di depannya itu yang terus berjalan perlahan-lahan ke arahnya, Presiden Direkturnya itu).
Suseno : “Bella Setiawati!!! Kamu dihukum!!!”
Bella : “Moohon maafkan saya Pak…” (Bella langsung menangis dan tertunduk merasa bersalah).
Suseno : “Hukumannya….!!! Kamu Haruuuss!!!.... teruuusss…., menemani saya selama-lamanya…,ehheHihihihihihi…!!!” (Suseno tertawa, diikuti tawa semua saudara-saudara dan semua orang yang hadir di sana).
Jono, Nita dan Kariman : “Ooalllaahh…noo…Gendeng koe! Huahahaha…”
Bella : “Hikkz…(sambil menghapus air mata di pipinya), DASAR!!!”
Suseno : “Hihihihihi…, ehhmm…hmm…Hari ini juga.., saya akan umumkan kepada semua orang yang hadir di sini, saya mohon maaf karena selama ini saya tidak memberikan kabar dan menghilang begitu saja setelah kejadian yang lalu, saya hampir sebulan lebih tidak sadarkan diri, tapi berkat jasa dari Bapak Presiden Negara Atlantis, Jenderal TNI Prof. Dr. Suswono Brahma Ajimulyojoyo, dr. Budi Hartono, saudara-saudara saya semua yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu banyaknya, semua teman-teman karyawan dan khususnya yang terakhir untuk doa dan perhatian dari Bella Setiawati, yang sangat saya cintai…, Dan oleh karena itu juga, melalui acara ini pula…, saya sekaligus meminta doa restu kepada semuanya yang hadir di sini, bahwa saya akan meminta Bella…(Suseno langsung mengambil kotak yang dibukanya berisi cincin Emas putih polos sederhana hanya dengan dua mata intan berlian kecil, yang dikeluarkan dari kantong saku celananya, sambil terus berbicara), yang dimana…, saya mungkin amat terlihat bodoh dan memalukan bagimu saat ini.., selain itu juga telah berumur setengah abad lebih inih…, Tapi…, saya hanya dapat berharap…, seandainya saya… mungkin…., (Suseno terdiam sejenak, menarik nafas dalam-dalam) Maukah…kamu…? Bella Setiawati… menerima saya???...” (Nita langsung berjalan membawakan microphone satunya lagi didekatkan kepada bibirnya Bella, untuk mendengarkan jawabannya Bella).
Bella : (Terdiam sejenak saat air matanya mengalir...) “Iy...aa…h”

Presiden dan Jono : “Yeeeeaaaaahoooo….Hidup Suseno!!! Horeeee….!!!!!!”. (Disambut dengan sorak sorai Bahagia yang diikuti juga oleh semuanya yang hadir turut bersorak dan bertepuk tangan, hingga para perempuan ikut menitikkan air mata, terharu melihat kejadian tersebut sambil ikut serta bertepuk tangan).

Bella mengambil kotak cincin yang berada di telapak tangan kanan Suseno sebagai tanda Bella menerima cinta Suseno. Kemudian Suseno mengambil cincin itu dan memasangkannya ke jari manis tangan kiri Bella, sambil Suseno langsung memeluk, mencium kening, pipi kiri-kanan dan bibir Bella dengan lembutnya, sedangkan Bella langsung mengambil microphone yang ada di tangan Suseno. 

Bella : “Sejujurnya…,saya terlambat karena saya pikir Bapak sudah pergi meninggalkan dan melupakan saya…, saya sangat takut…, (Bella menangis dalam pelukan Suseno)Karena hanya Pak Direkturlah yang dapat menerima semua kekurangan saya, bukan melihat atas kecantikan semata, tetapi terus melindungi dan menjaga saya dengan segenap jiwa raganya, Terima Kasih Pa Direktur..” (Ucapan Bella langsung disambut dengan tepuk tangan meriah dan haru oleh semua hadirin yang ada di dalam ruangan). 
  
Cokro : “Okeh…okeh…, cukup! sekarang giliran saya Bella, jangan kamu aja…”, (Cokro langsung mengambil microphone yang ada di tangan Ibu Nita) “Sekarang!!!..., hari ini juga…, saya mau melamar KRISTINA!!! Naaaa….!!!! (panggilan Cokro kepada Kristina), Mau gak kamu terima saya…!!!!???”
Kristina : (Kristina langsung lari mengambil microphone di tangan Bella) “DASAR SINTING!!! Gak liat apah banyak orang gini!, Gelo kamu tuh yah!”
Cokro : “Udah jawab CEPAT!!! Saya hitung sampe 3 yah…1…2….”
Kristina : “EEeeeehh…maksa banget sih, IYAH IYAH IYAH PUAS LOH!!!” 
Hadirin Semuanya : “HUAHAHAHAHAHAHA” (semua yang melihat langsung tertawa kepingkal-pingkal karena ulah Cokro).

Lukas : (Melihat Cokro sudah mendahului langkahnya, dia langsung merampas microphone Kristina) “WAAH…saya terlambat nih!!!, Cintaku…, sayangku…, kasihku… Karinaaaah…, Terimaaa aku dong…??”
Cokro : “Hooooeeeeekkkh… amit-amit dah…!!!” (Ejek Cokro merasa jijik kepada Lukas, namun Cokro langsung ditapuk kepalanya oleh tas-nya Karina) ”Adaaw!!!” (Karina langsung merampas mikrophone di tangan Cokro)
Karina : “Ooooohh…sayangku….sini…sini…udah pasti aku terima dong.., MUAACH…” (sebuah tanda ciuman dari jauh di arahkan untuk Lukas dan Lukas pun langsung berlari memeluk dan menciumi Karina).
Hadirin Semua : “SUIIIIIT…Ssuuuiiiiiittttt….., WOOOOOOoooooHHH…. Hooaahahahahahahaha….” (Bersorak dan Tertawa-tawa kepingkal-pingkal sambil dilanjutkan bertepuk tangan yang meriah…).


Setelah itu, Lukas langsung memberikan microphone-nya kepada MC agar dapat langsung melanjutkan acara Pesta “Anniversary” Perayaan Ulang Tahun PT. Mulya Jaya ke 15 Tahun, yang sempat tertunda karena acara lamar-melamar tadi. Karina langsung menyebutkan nama-nama karyawan yang akan dinaikkan jabatan dan juga kenaikan gaji, maupun yang akan dipindahkan bagian divisinya.

Karina : “Waduh…yang ini gimana yah?” (Saat akan menyebut nama Bella, dia bingung sejenak.., lalu berlari menemui Ibu Nita dan Pak Jono seraya berbisik-bisik ke telinga mereka, agar menyebutkan namanya atau tidak, sedangkan Bella tidak mengetahui karena tengah asyik menikmati santap malam duduk di sampingnya Bapak Suseno, Pak Jono pun langsung mengambil alih untuk nama tersebut).
Jono : “Eeehhm…, Perhatian semuanya…, Di sini ada tertulis untuk namanya Bella Setiawati, jabatannya di RALAT!!!, sekarang sudah kita ketahui telah dipromosikan menjadi Ibuuu..Direktuurr…”
Cokro, Lukas dan Kristina : “HIDUP BU DIREKTUR!!! CIAYOOOWW!!!” 
Hadirin Semua : “HUAHAHAHAHA…!!!!” (Termasuk juga Bapak Presiden  Negara Atlantis, Suseno dan Bella yang mendengarnya langsung tertawa malu teripu-sipu hingga terpingkal-pingkal, dilanjutkan tepuk tangan oleh semua para hadirin).

Acara Pesta “Anniversary” Perayaan Ulang Tahun PT. Mulya Jaya yang ke 15 Tahun itu pun berjalan sangat meriah, setelah mereka selesai bersantap makan malam, kemudian dilanjutkan acara yang paling ditunggu-tunggu yaitu pesta dansa bersama para pasangan masing-masing, lalu dilanjutkan dengan pemotongan kue ulang tahun oleh Suseno, Jono dan Nita. Dan yang terakhir acara dilanjutkan dengan foto-foto bersama Bapak Presiden Negara Atlantis beserta Ibu Negara Atlantis dan pembagian hadiah door price dari undian dalam nomor undangan. 

Dua minggu kemudian setelah Acara Pesta “Anniversary” Perayaan Ulang Tahun PT. Mulya Jaya yang ke 15 Tahun, di Hotel “Cosmic Core” akan diadakan Pesta Pernikahan PT.Mulya Jaya bagi tiga orang pasangan yaitu Suseno dan Bella, Lukas dan Karina, serta Cokro dan Kristina. Ketiga para pasangan tersebut mendapatkan voucher bulan madu untuk menginap selama tujuh malam di Hotel “Cosmic Core” di cabang Sanur Beach, Bali. (270716 Written by : Kepik Romantis / PVA)

-----------------------------------------------------TAMAT-----------------------------------------------------------

NB : Cerita ini adalah fiktif belaka, penulis memohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan ejaan, dan juga bilamana terdapat kesamaan nama orang dan nama tempat lokasi tersebut, kesemuanya hanyalah hayalan fiktif belaka. Terima Kasih.