Friday, October 23, 2020

"You Say" Lauren Daigle Song lyrics & translate

I keep fighting voices in my mind that say I'm not enough
Saya terus melawan suara-suara di dalam pikiran saya sendiri yang mengatakan saya tidak pernah cukup
Every single lie that tells me I will never measure up
Setiap kebohongan memberitahukan saya bahwa saya tidak akan pernah mau membuktikannya kembali lagi
Am I more than just the sum of every high and every low?
Apakah saya hanya sekadar penggabungan penjumlahan (keseimbangan) dari setiap hal yang tinggi dan juga hal yang rendah?
Remind me once again just who I am, because I need to know, ooh oh
Ingatkan saya sekali lagi siapa diri saya ini, karena saya perlu tahu, ooh oh
You say I am loved when I can't feel a thing
Anda mengatakan saya dicintai ketika saya tidak mampu merasakan apapun juga
You say I am strong when I think I am weak
Anda mengatakan saya kuat ketika saya berpikir saya ini lemah
And You say I am held when I am falling short
Dan Anda berkata bahwa saya ditahan dalam genggamanMu (bertahan) ketika saya terjatuh hancur dalam kegagalan
And when I don't belong, oh, You say I am Yours
Dan saat saya bukan milik siapapun juga, oh, Kau bilang saya adalah milikMu
And I believe (I), oh, I believe
Dan saya percaya (saya), oh, saya percaya
What You say of me (I)
Apa yang Anda katakan tentang diri saya (saya)
I believe
saya percaya

The only thing that matters now is everything You think of me
Satu-satunya hal yang terpenting sekarang adalah semua yang Anda pikirkan tentang diri saya
In You I find my worth, in You I find my identity, ooh oh
Di dalam-Mu saya menemukan nilai dalam diriku ini, di dalam-Mu saya menemukan identitas diriku ini, ooh oh
You say I am loved when I can't feel a thing
Anda mengatakan saya dicintai ketika saya tidak mampu merasakan apapun juga
You say I am strong when I think I am weak
Anda mengatakan saya kuat ketika saya berpikir saya ini lemah
And You say I am held when I am falling short
Dan Anda berkata bahwa saya ditahan dalam genggamanMu (bertahan) ketika saya terjatuh hancur dalam kegagalan
When I don't belong, oh, You say I am Yours
Dan saat saya bukan milik siapapun juga, oh, Kau bilang saya adalah milikMu
And I believe (I), oh, I believe (I)
Dan saya percaya (saya), oh, saya percaya (saya)
What You say of me (I)
Apa yang Anda katakan tentang diri saya (saya)
Oh, I believe
Oh, saya percaya

Taking all I have and now I'm layin' it at Your feet
Mengambil semuanya yang saya miliki dan sekarang saya meletakkan diri saya bersimpuh sujud di hadapan kakiMu
You'll have every failure God, You'll have every victory, ooh oh
kamu akan mengalami setiap kegagalan ujian cobaan Tuhan, kamu juga akan memiliki setiap kemenangan, ooh oh
You say I am loved when I can't feel a thing
Anda mengatakan saya dicintai ketika saya tidak mampu merasakan apapun juga
You say I am strong when I think I am weak
Anda mengatakan saya kuat ketika saya berpikir saya ini lemah
You say I am held when I am falling short
Dan Anda berkata bahwa saya ditahan dalam genggamanMu (bertahan) ketika saya terjatuh hancur dalam kegagalan
When I don't belong, oh, You say I am Yours
Dan saat saya bukan milik siapapun juga, oh, Kau bilang saya adalah milikMu
And I believe (I), oh, I believe (I)
Dan saya percaya (saya), oh, saya percaya (saya)
What You say of me (I)
Apa yang Anda katakan tentang diri saya (saya)
I believe
aku percaya
Oh, I believe (I), yes, I believe (I)
Oh, saya percaya (saya), ya, saya percaya (saya)
What You say of me (I)
Apa yang Anda katakan tentang diri saya (saya)
I believe (oh)
Saya percaya (oh)


Source / Sumber: LyricFind
Songwriters / Penulis Lagu: Jason Ingram / Lauren Daigle / Paul Brendon Mabury
You Say lyrics © Sony/ATV Music Publishing LLC, Universal Music Publishing Group

Picture Source : www.empoweredwithpurposeblog.com/2018/04/22/never-put-your-relationship-before-god-2/


Wednesday, September 23, 2020

Risalah Duka

Tidaklah semua derita itu duka,
Tidak semua gembira itu bahagia..
Tidak semua selalu sesuai keinginan kita,
Tidak selalu doa itu berjalan nyata..
 
Lantas apakah selalu tenggelam putus asa..
Bukan seperti itulah hidup di dunia..

Adakalanya berjalan harus berhenti sesaat..
Adakalanya berhenti harus kembali berjalan karena tersesat..

Tiada duka yang terlalu dalam,
Tiada gembira yang terlalu mempesona...
Tiada malam yang paling kelam,
Tiada siang yang paling terang...

Segala sesuatunya ada batasan..
Di hati yang selalu tenang..
 
Berjalan di tempat teduh,
Bukan untuk terus mengeluh dan mengaduh..
 
Antara sakit pedih derita,
Ada hikmah ilmu pelajaran yang ditimba..
Pengalaman yang menjadi teladan,
Agar kelak tidak terjatuh di kejadian serupa.
 
Berserah tidak selalu pasrah,
Menyerah bukan berarti kalah,
 
Tetapi hidup berjuang selamanya,
Bertahan untuk keselamatan bersama,
Bekerja untuk menolong sesama,
Hidup untuk kebahagiaan bersama.
 
Adakalanya terlupa terlena...
Karena angkuh tamak angkara murka..
Rusaknya lingkungan alam semesta,
Karena lupa bersyukur kepada Yang Maha Pencipta..

Diberikan tempat berteduh,
Tidak pernah ingat waktunya..
Dimana dapat berteduh bila tlah hancur binasa tempat tinggalnya..
Kapan merawat lingkungan alam?,
Tempat hidup sehari-hari berada di dunia..
Setiap hari hanya sibuk terus bekerja,
Dari pagi hingga larut malam,
Dari kakek buyut hingga cucu cicitnya tlah tiada...

Satupun tiada yang mengingatkan..
Tiada yang menasehati..
Alam jauh lebih berduka,
Sakit lukanya tiada sembuh setahun dua jua..
 
Berapa lama anda bertanam sebatang kayu cemara ataupun cendana?
Apakah tumbuh cukup hanya setahun dua saja?
Ataukah malah perlu berpuluhan tahun lamanya?
Renungkanlah bila itu terjadi kepada alam semesta ini...
Berapa lama Bumi ini akan kembali sehat seperti ratus juta tahun silam?
 
Tinggal bagaimana kita yang jawabnya..
Panggilan dari saudara alam kita..
Hukum alam tetap akan berjalan..
Pilihannya silahkan tentukan...
Karena masa depan adalah tanggung jawab semuanya...
Tidak hanya kita tetapi semua bersama-sama,
Barulah perlahan-lahan dapat kembali...
 
Tetapi itupun perlu waktu..
Proses yang tidaklah instan..
Ibarat memulihkan luka..
Perlu waktu kesabaran dan perjuangan..
 
Demikianlah duka nestapa ini,
Bukanlah duka tanpa ujian,
Pastilah ada pelajaran pengetahuan yang berguna,
Untuk menyadarkan seluruh jiwa raga manusianya..

Bangunlah sadarlah berjuanglah...
Semoga duka inipun menjadi hikmah...
Menyadarkan yang tertidur dengan lelapnya..
Agar kembali kepada jalan muliaNya.

23092020Written by : Kepik Romantis / PVA

Picture Source : 
http://www.myappwiz.com/home/appdetail?platform=android&appID=com.thunderstorm.livewallpaper&refer=fromSimilar&name=Thunderstorm+Live+Wallpaper
https://www.wallpaperflare.com/thunder-night-lightning-storm-thunderstorm-dark-sky-clouds-wallpaper-eqomm/download/3840x800

 

 


Friday, August 14, 2020

Syair Doa Cintaku

Terpujilah Allah (Tuhan) Yang Maha Kuasa,
Segala cipta, berkah dan karuniaNya.
Sujud bakti atas anugrah illahi,
Karena ku dapat bersamaMu kembali..

Bilakah dapat meminta keinginanku,
Apalah yang belum kuterima...
Sejak lahir diberikan segala nikmatMu,
Tak ada satupun dustaNya...

Hamba inilah yang terlalu banyak mauNya,
Tak jarang lupa daku bersyukur padaNya..
Semoga doa ini slalu mengingatkanku..
Atas segala dosa kebodohanku..

Di Hari yang terindah ini ku berdoa,
Semoga menjadi hikmah berkah utama..
Kupinta bahagiakan brahmana ini,
Dari ujung jengkal kaki hingga sukma hati..

Jadikanlah brahmana yang sangat mulia hati..
Seperti halnya cintaMu padaku yang tak bertepi..
Setiap hari slalu menyayangiku tiada henti,
Laksana kemilau hangatnya matahari pagi..

Jaga lindungi selamatkanlah kekasihku..
Seperti halnya Allah menjagaku setiap waktu..
Tiada hari tanpa kehadiranMu di dekatku..
Sepanjang hari selalu setia menemaniku...

Terima kasih ya Allah atas segalaNya..
Tiada kasih dan cinta yang mampu melebihiMu..
Karena Engkau mengajarkanku kekuatan Cinta,
Sehingga kuyakin Allah pun juga mencintaimu.

Written by : Kepik Romantis / PVA

Picture Source : https://wallpaper-house.com/wallpaper-id-292590.php

Cinta dan Kesadaran -Chapter 13-

Di suatu tempat ibadah Taoisme.

Kami berempat : aku, Tyrex, Xy dan Red kembali berkumpul, berbincang soal spiritual setelah selesai latihan samadhi bersama.

"Rex, aku mau tanya nih. Kalau orang diikuti oleh makhluk gaib, bisa pergi nggak sih?" Red bertanya penasaran.

"Ya bisalah. Mereka kan sama kayak teman aja. Ada karma jodoh. Kalau karma jodoh keduanya habis, makhluk gaibnya pergi," Tyrex menjawab.

Aku, Red dan Xy mendengarkan dengan seksama.

"Biasanya, kalau diri sejati kita sudah muncul, penjaga gaib pergi dari diri kita," Tyrex melanjutkan.

"Bener Rex. Aku pernah diberitahu sama yang jagain aku. Dia bilang, kalau aku udah jadi bijaksana, dia akan pergi...dan harus pergi," celetukku.

"Iya bener Che, kalau diri sejati sudah muncul dari dalam diri, otomatis kita sudah bijaksana, sudah tidak perlu lagi penjaga gaib. Semua bisa kita lakuin sendirian," lanjut Tyrex.

"Iya benar, Rex. Hahaha, " jawabku tertawa dalam lirih. Gregorious, Malaikat Pelindungku pun menatapku juga dengan pandangan lirih. Dia membelai lembut kepalaku, menenangkan aku.

Karena emosiku sedikit bergejolak. Mataku spontan sedikit basah.

Kami masih bercakap-cakap. Tertawa terbahak-bahak. Dan aku sangat pandai menyembunyikan kesedihanku. Tapi mungkin tidak bagi Red, sahabatku.

Setelah tertawa, aku bergegas ke lantai 2, menuju altar Kakek Thai Shang Lao Cin disana. Aku tak dapat lagi menahan perasaan sedih dan haru di tengah dadaku.

Sesampainya aku di depan altar kakek, aku terduduk dan menangis. Air mata yang keluar dari pelupuk mataku membasahi kedua pipi mungilku.

Kakek di altar sana seakan memahami apa yang aku rasakan. Aku masihlah Cherry kecil yang manja. Aku belum dapat mengatasi kemelekatan akan rasa sayang dan cinta. Aku sadar, aku terus jatuh di hal yang sama. Dan Kakek memahami ini.

Beliau menasehatiku, "Cherry ingat...kamu sudah berkali-kali jatuh dalam hal ini. Jangan hal ini lagi membuat batinmu bergejolak. Hayo belajar, anak manja..." nasehat Kakek dengan lembut.

"Iya kakek...tapi susah. Aku sangat menyayangi Gre dan Zamael, kedua Malaikat Pelindungku," jawabku membatin.

Sontak, Gre membelai kepalaku lagi dengan lembut di samping kananku. Sedangkan Zamael membelai pundakku.

"Sudah...Cherry jangan sedih ya," pinta Gre lembut di samping telingaku, membisikanku. "Kalau Cherry sedih seperti ini, kami juga sedih."

Zamael sedikit membungkuk dan mengusapkan air mataku. Dia hanya tersenyum menatapku. Dan aku merasa sedikit damai melihat senyum Zamael. Biasa, Zamael yang selalu mengusap air mataku ketika dia tahu aku menangis.

"Iya, maafkan aku," jawabku membatin sembari menghapuskan sisa air mata yang sudah membanjiri kedua pipi mungilku ini.

Kakek berpesan, "Tuh, kedua Malaikat Pelindungmu sangat menyayangimu, Cherry. Dan mereka sangat berharap kamu segera menjadi Cherry yang bijaksana dan bisa pulang menjadi malaikat yang manis kembali...seperti dulu," kata Kakek tersenyum.

Deg...kata-kata Kakek bagai menyentak tengah dadaku. Aku hampir melupakan tujuanku terlahir di dunia ini. Terima kasih, Kakek telah mengingatkanku...

Setelah aku memastikan bahwa aku sudah baik-baik saja, dan seluruh air mata sudah bersih terhapuskan, aku kembali turun ke lantai 1 menemui mereka kembali, dan mengikuti obrolan mereka.

Tapi tidak dengan Red. Dia menanyakan, "Cherry, what's happen with you?"

"Nothing..." jawabku.

Malam pun tiba.
Aku pulang ke rumahku.

Aku sedang membaca-baca buku di kamar tidurku sebelum tidur. Aku paling suka baca buku Spiritual karya Doreen Virtue.
Di samping itu, Gre dan Zamael sedang berbincang di halaman kebun rumahku.

Seperti biasa. Kali ini aku akan menulis dengan menggunakan sudut pandang orang ketiga. Aku tidak tahu apa yang mereka berdua bicarakan. Aku kembalikan ke penulis cerita ini...

"Gre, saya perhatikan kamu agak sedih. Karena kejadian tadi sore itu ya?" Zamael bertanya.

"Iya, Tuanku," suara Gre nampak lirih.

"Saya merasakan perasaan cintamu kepada Cherry sudah sedikit berlebihan, Gre. Masih ingat kan pesan saya tempo lalu?" Zamael berusaha mengingatkan Gre.

"Ya, saya masih mengingat nasehat Tuanku, dan saya sangat berhutang budi pada Tuanku," jawabnya sembari menundukkan kepalanya sedikit.

"Bagus," sahutnya sembari melempar sebuah kerikil kecil pada aliran danau kebun rumah Cherry. Riakannya membuyarkan pantulan cermin mereka berdua yang sedang duduk di tepinya.

"Bolehkah saya bertanya pada Tuanku? Ah, tapi...maaf jika pertanyaannya mungkin agak kurang pantas untuk saya tanyakan pada Tuanku," Gre menyilangkan lengannya di dadanya sebagai permohonan maaf kepada Tuannya, Archangel Zamael.

"Ya, jangan sungkan. Kita kan sahabat ketika di bumi ini. Tapi ketika tugas kita atas Cherry sudah selesai dan ketika kita kembali ke surga, kamu adalah anak buahku kembali. Ya?" jelas Zamael pada Gre tersenyum. "Silakan."

"Baik Tuanku." Gre menelan air liurnya sebelum bersuara kembali. "Maaf sebelumnya... apakah Tuanku juga mencintai Cherry?"

Tiba-tiba suasana menjadi hening. Hanya terdengar nyanyian jangkrik malam itu dibawah sinar rembulan. Dibarengi juga dengan desiran angin lembut menyibakkan kedua rambut mereka.

"Ya...sangat mencintainya," jawab Zamael. "Coba kau bayangkan Gre...sejak kami berpisah kala itu, ketika dia masih menjadi Archangel dan saya manusia, saya terus memikirkannya. Dan entah mengapa ingatan saya tak pernah terhapuskan tentang Cherry, kelahiran demi kelahiran," lanjutnya.

"Saya memahami perasaan Tuanku. Lantas, bagaimana caranya Tuanku bisa 'menahan diri'?" tanya Gre perlahan.

"Kesadaran, Gre...Lakukan segala sesuatunya dengan sadar. Jangan mengikuti keinginanmu. Tapi bertindak segala sesuatunya karena untuk kebaikan dirinya semata," jawab Zamael.

Gre terus memperhatikan perkataan Tuannya. "Lalu, mengapa keempat sayap Tuanku tidak lenyap ketika menciumnya?"

"...saya sudah pernah menciumnya dua kali, Gre. Tapi saya melakukannya dengan kesadaran, bukan atas ego keinginan saya. Saya berusaha menciumnya agar dia bisa cepat menggali memori ingatan kehidupan masa lampaunya, siapa dirinya di masa lampau, apa masalahnya hingga dia bisa terlahir menjadi manusia seperti saat ini dan kemana tujuan selanjutnya setelah dari bumi ini. Ketika kamu melakukan segala sesuatunya dengan penuh kesadaran, bukan dengan nafsu dan ego malaikatmu, kamu akan baik-baik saja, Gre," terangnya tersenyum membuka semua maksudnya selama ini. Seperti seorang ayah yang sedang menasehati anaknya.

"Begitupun, ketika saya membunuh banyak iblis di neraka. Semua itu juga bukan atas ego keinginan saya, tapi agar jiwa para iblis itu bisa termurnikan kembali..." lanjut Zamael.

Air mata Gre tumpah. Dia terharu oleh perkataan Tuannya yang sangat menyentuh batinnya. Ada penyesalan dan rasa bersalah dalam dirinya karena cinta.

Zamael yang mengetahui Gre bersedih segera menawarkan bahunya yang sekeras baja itu untuk menjadi sandaran Gre. "Mari, Gre..."

Kepala Gre kini bersandar pada bahu Tuannya. Zamael menghapus air mata Gre. Zamael selalu tidak bisa melihat semua makhluk menangis. Dia terlihat sosok yang kasar sekilas, tapi jauh di dalamnya, dia adalah Archangel yang sangat lembut dan penuh kasih, juga bijaksana.

"Saya tahu perasaanmu, Gre. Dan tidak mudah...baik untukmu, maupun Cherry sendiri," pinta Zamael lembut sembari membelai kepala Gre.

"Benar Tuan... semakin hari saya semakin mencintainya, dan perasaan ini sedikit mengganggu pikiran saya..." Gre bergumam.
"Sadarilah... dan masuklah ke dalam perasaanmu sendiri. Nanti kau akan jadi memahami hakekat cinta. Pada dasarnya, cinta itu selalu memberi tanpa mengharap apa-apa...demi kebahagiaan makhluk yang dicinta..." Zamael membimbing Gre, selayaknya seorang ayah.

"Ya, Tuan," jawab Gre berusaha memahami maksud Tuannya.

Zamael mengeluarkan sinar keemasannya pada telapak tangannya dan didekatkan di tengah dada Gregorious. Cahaya keemasan itu adalah cahaya Cinta Kasih yang menyembuhkan.

"Bagaimana, sudah lebih baikkah perasaanmu, Gre?" tanya Zamael.

Gre tersentak setelah dihealing oleh Tuannya. Dia terbangun dari sandaran bahu Tuannya.

"Luar biasa, Tuanku. Hawa murni Tuanku sangat besar, tetapi sangat lembut...lebih kecil dari partikel yang paling kecil di dunia. Saya jadi berhutang banyak pada Tuan," gumam Gre menunduk.

"Hahaha...bukan apa-apa. Kau harus belajar lebih banyak lagi ya Gre..." nasehat Zamael. "Semua demi kebaikanmu..."

"Baik, Tuanku."

"Dan yang paling penting, saya ingin kita bersama-sama pulang ke surga, bertempur bersama dengan saya kembali ya, Komandan Gre," pintanya tersenyum penuh kasih.

Mata Gre nampak berkaca-kaca oleh perkataan Tuannya. Dadanya dipenuhi oleh rasa haru dan kasih oleh karena Tuannya. "Baik, Tuanku," jawabnya bersemangat.

Written by : Yanti Kumalasari, S.Ds.
Fan-page Writer :  https://www.facebook.com/thesoulreader.jkt/
Editing by : Kepik Romantis / PVA

Wednesday, July 22, 2020

Penjaga Cahaya

Para ksatria penjaga cahaya telah datang ke dunia..
Terlahir berulang kali hanya untuk mengemban misi berbeda.
Lelah sudah perjalanan yang tiada akhirnya...
Hanya demi melindungi energi bumi agar mendapat cahaya...

Entah ada berapa banyak penjaga yang selalu terjaga,
Selalu menjaga energi cahaya di kala kegelapan tiba,
Sengaja bersembunyi di lorong-lorong kegelapan..
Membawa energi cahaya sebagai penerangan..

Di kala semua makhluk tertidur dengan lelap..
Dalam segala cuaca, kondisi bahkan badai penuh duka nan gelap,
Penjaga Cahaya siaga melindungi energi agar tidak lenyap...
Membawa doa di setiap ucap, laku dan langkah penuh harap...

Menjaga keseimbangan energi bumi yang membawa berkat,
Mengobati bumi tercinta ini yang telah terluka berat...
Keserakahan, ketamakan, dan kebencian merusak bumi semakin sekarat...
Penjaga Cahaya setia melindungi menyelamatkan bumi hingga akhir hayat...

Sembuhkan luka-luka pulihkan energi keseimbangan bumi,
Teruslah dan tetaplah menebar bibit energi Cinta kasih sayangi bumi ini..
Sebagai tempat terindah terdamai bagi semua makhluk alam dunia...
Lindungi rawat jagalah kelak anak cucu cicit agar bahagia...
Meskipun perjalanan ini harus dilalui dengan berat...
Walau tertatih-tatih seorang diri di kejauhan berbeda tempat..
Seperti mercusuar di tengah kegelapan yang tiada waktu istirahat,
Sendiri dalam sunyi menyepi tetap terjaga setiap saat...    
Para Ksatria Penjaga Cahaya bangkitlah berjuang dengan cinta...
Karena kini sudah saatnya melindungi energi cahaya...
Membangun semangat dan energi cahaya cinta kasih di dalam jiwa...
Sehingga keseimbangan energi bumi dapat kembali seperti semula.

220720 Written by : Kepik Romantis / PVA

Picture Source : 
https://soultravelrules.com/2017/10/22/lightworkers-mission-earth/ ;
https://www.pinterest.com/pin/509329039085333314/ ;
https://frankkliewer.com/racing-the-storm-at-pigeon-point/ ;
https://www.setaswall.com/lighthouse-wallpapers/amazing-lighthouse-wallpaper-24-1366x768/

Arwah Penunggu Gunung (Zamael X Dewa Erlang) -Chapter 12-

Liburan telah tiba. Aku dan teman-temanku berencana mengistirahatkan batin dan pikiran dari segala aktifitas pekerjaan duniawi. Kami berempat : aku, Tyrex, Xy, dan Red. Kami berencana menginap selama 3 hari di sebuah villa pemandian air panas di sebuah pedesaan terpencil di bawah kaki gunung. Red yang menyetir.

Aku, Cherry hanyalah gadis biasa dengan sedikit kekuatan cinta. Red seorang gadis yang memiliki karir cemerlang. Baru-baru ini, semenjak kenal dengan aku, mata batinnya yang tertutup menjadi terbuka dan jernih kembali. Dia jadi bisa melihat banyak makhluk yang tak kasat mata, juga bisa merasakan berbagai macam karakter orang.

Xy juga adalah seorang pengusaha muda yang memiliki mata batin cukup tajam. Dia banyak menempuh jalan supranatural di masa lalunya. Tapi semenjak bertemu denganku, Xy mulai meninggalkan supranaturalnya dan belajar menempuh jalan spiritual dalam kehidupannya.

Tyrex adalah seorang pemuda yang memiliki mata batin cukup tajam diantara kami. Dia banyak membantu orang-orang yang kesulitan dalam hal supranatural. Dalam spiritual dia juga bagus dan mengerti banyak hal. Menurutku, dia paling keren. Haha.

Xy berkata, "Red, Cherry...thanks ya. Kalau kalian berdua nggak ajak jalan, aku pasti di rumah aja liburan kali ini. Menurut aku, jalan-jalan itu cuma happy sesaat aja. Pulang ke rumah pusing lagi mikirin masalah."

"Iya kalau ke sini nanti beda, Xy. Waktu sedang ada masalah, justru kita tinggalin aja dan pergi ke sini. Pulang-pulang masalah udah beres. Soalnya kita nggak menyelesaikan masalah itu pakai kekuatan sendiri. Kita dibantu oleh para makhluk langit. Bukan jalan-jalan biasa nih jadinya ya Xy. Hehehe," terangku.

Selama dalam perjalanan, kami bersenda gurau, dan tertawa terbahak-bahak. Apa saja kami tertawakan. Kami saling sharing dan berdiskusi banyak hal, termasuk banyak hal mengenai spiritual.

Tengah perjalanan dalam radius beberapa puluh kilometer dari tempat kaki gunung yang ingin kami kunjungi, aku baru merasakan hawa spiritual yang kuat, "Eh, hawa di sana sudah terasa sekali ya sampai ke sini."

"Iya memang, Che. Dari tadi pas kita mau berangkat tuh udah dijemput sama yang jaga disana," sahut Red. "Tuh kita dikawal di kiri kanan sama macan sana," lanjutnya.

Xy menimpali, "Tadi kita ngobrol-ngobrol di rest area tuh banyak yang datangi kita ya?"

Tyrex menjawab, "Iya, mereka kan juga mau belajar dari kita. Mereka dengar topik yang kita bicarakan tadi."

"Iya nih, rasanya happy ya. Kita ketawa-ketawa terus dari tadi. Hahaha," sahutku. "Tapi kebahagiaan ini pun akan berlalu."

Kami tertawa lagi.

"Makanya kita puas-puas deh ketawa-ketawa hari ini. Hahaha," Red menimpali.

Kami tertawa lepas...bebas.

Akhirnya kami keluar tol juga. Hari mulai gelap. Kami menelusuri jalan biasa, naik turun bukit. Akan tetapi, GPS menunjukkan jalan alternatif untuk kami, karena jalan yang biasa kami lalui macet luar biasa. Kami diarahkan untuk memutari gunung demi gunung.

Red memberikan GPS telepon genggamnya untuk aku pegang dan mengarahkannya.

Jalan demi jalan kami lalui. Jalan ini masih asing bagi kami. Karena kami belum pernah melalui jalan ini. Jalan ini lebih kecil dari biasanya. Dan gelap. Sangat gelap. Karena kurangnya lampu di sepanjang jalan itu.

"Ini sih kita lewat jalan belakang, memutar gunung," Tyrex nyeletuk. "Aku belum pernah lewat sini."

"Ih gila, gelap amat ya jalannya," Red menimpali. "Untung aku udah ganti lampu baru kemarin, jadi lebih terang. Merk Ph*l*ps."

"Baguslah, terang terussss..." timpalku di sebelah Red mencairkan suasana.

"Hush ah. Jangan bikin ketawa nih. Aku ga bisa berkedip sedikit pun. Ngeri, beda sedetik aja, kita keluar jalur sebelah. Mana jalannya sempit lagi," Red cemas.

"Ini belum apa-apa Red. Menurut GPS, sebentar lagi kita akan lewati jalan yang lebih berkelok-kelok tajam," kataku sembari memperhatikan GPS.
"Serius???" mereka bertiga terkejut.
Kami semua hening.
Terdiam.

Tiba-tiba Red seperti dibisikkan oleh sesuatu di telinganya. "Tapi tenang...tenang...barusan aku dibisiki supaya jangan takut. Kita dijagain kok."

"Kata siapa?" tanya Xy.

"Barusan Ibu...Ibu Kwan Im di sana yang bisikin dan nenangin..." jawab Red perlahan dan matanya tetap tak terlepas dari kemudinya.

Di sepanjang jalan Red berbicara sendiri. "Permisi ya...permisi...Iya, iya nanti kita doain. Jangan ganggu ya..."

Kami terdiam.

Sedangkan aku hanya mengamati tiap kegelapan jalan yang sedang kami telusuri. Hawa kegelapan merasuki batinku. Aku jadi merasakan apa yang mereka rasakan di alam sana. Aku juga mendengarkan tiap jerit tangis dan kesedihan mereka. Banyak kesedihan. Banyak ratap tangis. Banyak penyesalan. Banyak amarah. Dan lain sebagainya. Menjadi satu dalam batinku.

"Aku sedih meninggalkan suami yang kucintai."
"Aku sakit hati jadi aku gantung diri saja di sini."
"Aku belum siap untuk mati..."

Dan lain sebagainya suara-suara itu terus-terusan memenuhi telinga batinku. Lalu aku berkata perlahan pada mereka membatin, "Iya, saya mengerti kesedihan kalian. Nanti pasti saya doakan ya supaya kalian semua terbebas dari kesedihan ini..."

Salah satu dari arwah mereka setengah baya menyahut, "Terima kasih adik. Kamu baik sekali. Padahal kita bukan keluarga."

"Ya...karena saya sayang sama kalian. Saya juga sedih bila kalian sedih..." jawabku membatin membuat mereka terharu.

Rupa mereka pun berbagai macam. Ada yang biasa saja seperti manusia hanya saja pucat pasi. Ada yang sosok nenek-nenek pucat. Ada yang sosok berdarah-darah. Ada yang sosok tinggi besar berbulu dengan mata merah. Dan lain sebagainya.

"Kasihan ya mereka. Sedih sekali karena meninggalkan orang-orang yang mereka cintai..." celetukku tiba-tiba.
Red bertanya, "Kenapa Che, kamu merasakan mereka ya?"

"Iya," jawabku.

Spontanitas aku memancarkan cinta kasih dalam hatiku. Dan mengucapkan doa berulang-ulang seperti yang aku janjikan pada mereka.

"Semoga semua makhluk berbahagia.
Semoga semua makhluk bebas dari penderitaan.
Semoga semua makhluk bebas dari kebencian.
Semoga semua makhluk bebas dari kemelekatan."

Archangel Zamael kini sudah menyatu dan tinggal dalam diriku. Karena aku sudah mulai bisa menerima dan menyadari sisi kegelapan di dalam diriku. Aku tak lagi memusuhi kegelapan dalam diriku. Aku mencintai setiap sisi dalam diriku. Maka dari itu, Zamael kini tinggal bersamaku. Dan bersama Gregorious, Malaikat Pelindungku yang selalu bersamaku semenjak aku kecil.

Archangel Zamael bersama macan langit penjaga kami berjaga di sekeliling kami, sehingga membuat kami terlindungi dari kegelapan pepohonan di sekitar sana selama kami dalam perjalanan. Makhluk langit dari Lintas Agama berbaur melindungi kami. Karena kami berempat juga dari latar belakang yang berbeda-beda.

Banyak makhluk alam peta yang mendekati kami, baik yang tidak jahat maupun yang jahat sekali. Pemimpin mereka juga ada. Mereka berusaha menerobos perlindungan kami. Berusaha menggelapkan pandangan Red yang sedang menyetir malam itu. Tapi Red terus berkonsentrasi tanpa mengedipkan pandangannya, meskipun beberapa kali Red terkaget dengan beberapa mobil yang ingin mendahuluinya hampir menabraknya.

Sedangkan Gregorious membantu memurnikan jiwa para makhluk tersebut. Memang tidak semuanya. Ada yang terseberangi ke alam yang lebih baik saat itu juga. Dan ada yang belum terseberangi dan masih mengikuti kami dalam perjalanan.

Ternyata aku tidak sendirian dalam mendoakan mereka. Tyrex diam-diam juga membantu penyeberangan arwah mereka. Meskipun Tyrex tidak berkata apapun mengenai hal ini, tapi aku dapat merasakan kerja energinya. Tyrex memerintahkan para macan hitam langit menjaga perjalanan kami malam itu.

Cukup lama kondisi yang menegangkan itu. Mungkin sekitar 60 menit kami terjebak dalam perjalanan yang mencekam.

"Kayaknya, kita memang disuruh melewati jalan sini kali ya?" Red nyeletuk memecah suasana.

"Iya Red buat bantu menyeberangkan makhluk-makhluk itu. Kasihan soalnya," jawabku.

"Mungkin mereka juga heran kita lewat jalan sini. Mereka bingung kali ya sama kita. Siapa kita ini dan apa tujuan kita kesini?" timpal Red lagi.

"Iya soalnya kita kan bawa cahaya. Kalau orang-orang seperti kita bawa cahaya, kemana pun kita pergi pasti bisa memurnikan sekitar kita, secara otomatis..." sahut Tyrex dengan pengalamannya.

"Oh begitu ya..." aku menanggapi. Dasar Tyrex yang rendah hati. Dia selalu diam-diam saja, tidak bercerita kalau dia pun sedang membantu pemurnian makhluk tersebut barusan. Tapi aku tahu. Dalam diamnya, dia sedang berkonsentrasi melakukan pemurnian spontan.

Akhirnya jalanan yang sulit itu berhasil kami lewati. Kini kami sudah bertemu dengan jalan besar. Tapi kami terkena macet penutupan jalan menuju jalan raya. Kami hampir sampai.

Tiba-tiba tubuhku agak lemas dan menguap terus-menerus setelahnya.

"Cherry sampai menguap terus. Kecapekan dia. Hahaha," Tyrex nyeletuk ringan membaca kondisiku sekaligus mencairkan suasana kemacetan ini.

"Iya, agak..." jawabku setengah sadar setengah tertidur dalam mobil. Aku tahu Tyrex itu keren. Meski dia banyak menyeberangkan makhluk, energinya tidak pernah habis-habis. Ah, aku harus belajar darinya, pikirku.

Tyrex memang spesialisasinya disana, bertempur untuk memurnikan makhluk kegelapan. Karena memang sudah bawaan dari kehidupan lampaunya, Tyrex dulunya adalah seorang panglima perang untuk Kaisar Naga Langit di tingkatan langit yang berbeda dari Zamael dan Gre, Malaikat Pelindungku. Makanya Tyrex diam-diam bisa memerintahkan macan hitam langit tadi untuk membantu melindungi kami barusan.

Aku tertidur sekitar 30 menit di tengah kemacetan. Selama tertidur, Gregorious membantu memulihkan energiku.

Kini kami terbebas dari kemacetan. Tinggal lurus saja kami akan tiba di villa di bawah kaki gunung yang ingin kami tinggali.

"Eh berhenti makan yuk. Lapar nih," tiba-tiba Xy bergumam.

"Dasar, makan terus kerjanya. Barusan juga ngemil. Ih kita kayak bawa bayi besar ini mah," kesal Red.

"Hahahaha..." kami bertiga hanya tertawa mendengar Red berceloteh kesal. Karena tidak tega, akhirnya ia memberhentikan mobilnya di warung pinggir jalan. "Tuh makan sepuasnya deh."

"Yeee maklum, ini cacing di perut nggak bisa diajak kompromi. Hahahaha," Xy mengeles.

Akhirnya kami bisa makan malam juga setelah terbebas dari kemacetan jalan, terutama terbebas dari kegelapan hutan di sepanjang jalan mengitari gunung tadi.

Lapar pun baru terasa. Aku baru bisa makan dengan lahapnya. Ternyata energiku terkuras banyak selama penyeberangan arwah tadi. Dan aku lapar karena banyak yang mengikuti kami pergi.

Tapi prosesi penyeberangan arwah tadi belum selesai sampai disana. Sesampainya kami di villa di bawah kaki gunung itu, kami berempat melakukan samadhi di ruang tamu dekat altar Dewa Bumi. Kami mulai menggelapkan semua cahaya lampu disana. Kami duduk melingkar saling berhadapan.

Aku terduduk dalam posisi setengah lotus dengan kedua telapak tangan membentuk dhyana mudra. Aku mulai memejamkan kedua mataku perlahan. Menarik nafasku perlahan-lahan juga, sealami mungkin. Sealaminya bernafas.

Aku mulai mendoakan kembali :
"Semoga semua makhluk berbahagia.
Semoga semua makhluk bebas dari penderitaan.
Semoga semua makhluk bebas dari kebencian.
Semoga semua makhluk bebas dari kemelekatan."

Tiba-tiba saja banyak makhluk tak dikenal berdatangan dari berbagai arah. Tentu saja atas seijin Dewa Bumi penghuni villa itu untuk tujuan memurnikan para makhluk yang menderita. Hanya makhluk-makhluk yang diizinkan oleh Dewa Bumilah yang bisa masuk ke dimensi astral di dalam villa ini.

Mereka semua berkumpul seperti para pendemo yang sedang menyuarakan jeritan tangis hati mereka yang menderita.

Saya terus mengucapkan mantra sambil memancarkan Cinta Kasih kepada mereka :
"Semoga semua makhluk berbahagia.
Semoga semua makhluk bebas dari penderitaan.
Semoga semua makhluk bebas dari kebencian.
Semoga semua makhluk bebas dari kemelekatan."

Tiba-tiba saja pintu gerbang surga dan neraka terbuka lebar. Malaikat Gregorious mengangkat pedang langitnya ke arah atas untuk menjaga gerbang surga. Sedangkan Archangel Zamael mengubah pedang apinya untuk menjaga gerbang neraka.

Para makhluk dimurnikan oleh kekuatan Cinta Kasih dari kami. Setelah mereka termurnikan, mereka diangkat dan diseberangkan ke surga. Banyak juga makhluk langit dari Lintas Agama turun ke tempat kami saat itu.

Banyak para malaikat yang turun, dari Malaikat Penyembuh rekan Gre sampai Malaikat Perang anak buah Archangel Zamael.

Aku juga melihat para pasukan langit berpakaian perang lainnya turun ke atas kami. Mereka semua adalah pasukan Tyrex. Jangan lupa bahwa Tyrex dulunya adalah Panglima Perang mereka. Karena karmanya habis, dia turun menjadi manusia bumi...sahabat kami.

Malam itu terjadi peperangan sengit. Para makhluk yang belum bisa dimurnikan, dimusnahkan ke neraka saat itu juga oleh Archangel Zamael untuk dimurnikan. Malaikat Zamael bekerja bersama Dewa Erlang dan anjing langitnya serta para macan hitam penunggu yang ada di villa ini. Dewa Erlang menghisap semua energi kegelapan mereka, sebelum mereka termurnikan.

Kami terus-menerus memancarkan Cinta Kasih. Mereka yang sesungguhnya bekerja. Terima Kasih aku ucapkan dari lubuk hati yang terdalam untuk para makhluk langit yang berbudi luhur.
Lalu kami mengakhiri samadhi kami. Tugas penyeberangan arwah malam itu selesai.

Kami bercerita banyak hal. Terutama aku dan Tyrex memiliki penglihatan yang sama mengenai apa yang terjadi barusan.

"Tapi gila, banyak makhluk dari atas main tubruk badanku aja. Sampai ini badan sedikit tersentak maju ke depan. Siapa tuh. Parah," celoteh Tyrex.

Ups, bisa jadi itu adalah para malaikat anak buah Zamael yang [memang] agak kasar.

Aku langsung bergumam, "Zamael, tolong ya bilangin anak buahmu lain kali lebih hati-hati lagi, supaya nggak sembarang tubruk badan orang. Emangnya dikira batu apa?"

"Oke Cherry. Bilang saja, maaf. Lain kali nggak akan terulangi deh," katanya membisiki telingaku dengan gaya genitnya.

"Hahaha," aku hanya tertawa. Sampai hari ini aku belum memberi tahunya. Biar sajalah pikirku. "Maafin aja ya Rex, nggak sengaja barangkali karena buru-buru. Hahaha," sahutku pada Tyrex.

Kami pun mengobrol santai. Banyak yang kami bicarakan di meja makan. Baik Red maupun Xy, mereka bertanya banyak hal pada Tyrex. Tyrex usianya lebih tua dari kami semua. Kami menganggapnya seperti sesepuh kami.

Pada hari ketiga, pada pagi harinya sebelum hendak pulang, aku mencoba sembahyang pada Dewa Bumi, memohon kelancaran dalam perjalanan pulang kami ke Jakarta. Setelah itu dilanjutkan dengan Meditasi Cinta Kasih. Biasanya bila sembahyang Dewa Bumi di altar sana, aku banyak diberikan wejangan tentang Cinta Kasih dan wejangan tentang mendoakan arwah para makhluk menderita oleh Dewa Bumi.

Tapi kali ini sedikit berbeda. Tidak ada wejangan. Yang ada Dewa Erlang di ruang tamu sana terus mengamatiku, dan Beliau pun menghampiriku.

Dengan sopan, dia meminta izin pada kedua Malaikat Pelindungku, "Maaf, boleh bertemu dengan Cherry?" tanyanya pada Zamael dan Gre.

"Ada urusan apa Tuan?" tanya Zamael santai sebagai sesama Panglima Perang sekaligus Anak Angkat Kaisar Langit di tingkatan surga yang tidak berbeda jauh dan sama-sama mengemban tugas yang sama, alam neraka, dan alam surga.

Mereka nampak berbincang dalam bahasa setingkat dewa yang tidak kumengerti.
Tiba-tiba Dewa Erlang mendekatiku. Entah mengapa jantungku jadi berdegup kencang. Dia mirip seperti Zamael. Pesonanya... kharismanya... maskulinnya... terlalu memikat hati seorang gadis kecil polos sepertiku. Membuatku sedikit gugup.

"Cherry, omong-omong terima kasih karena telah membantu tugas penyeberangan arwah kemarin bersama teman-temanmu. Terima kasih karena telah membantu meringankan tugas Dewa Bumi," katanya penuh sopan sembari tersenyum.

"Ya...no problem," sahutku membatin.

"Cherry...maukah saya ajak jalan-jalan ke khayangan langit sebentar saja sebelum Anda pulang dari tempat ini?" tanyanya. Senyumnya membuat jantungku berdegup kencang.

Aku melirik ke arah Archangel Zamael yang dari tadi mengawasiku. Takut dia cemburu. Eh, apa dia bisa cemburu ya? Aku juga belum tanya perasaannya terhadapku di kehidupan ini.

Ah sudahlah, lupakan tentang Zamael sesaat. Boleh kan? Hehehe...

Zamael memberiku izin agar aku bisa pergi ke khayangan langit bersama Dewa Erlang.

Dewa Erlang membawaku pergi ke khayangan langit tempatnya tinggal. "Saya hanya ingin mengenalkan Anda ke rekan-rekan langit disana. Supaya suatu saat mereka juga mengenal Anda, Cherry."

Aku hanya mengangguk tersenyum padanya.

Aku melihat suatu alam yang dipenuhi oleh awan putih, dengan istana yang berdiri kokoh di atasnya. Banyak dewi yang sangat cantik jelita di sekitar istana langit. Mereka sedang menyirami tanaman dan bunga langit. Pakaian mereka indah sekali, dan agak transparan.

"Hai teman-teman. Kenalkan, ini Cherry teman baru saya dari bumi," kenal Dewa Erlang pada teman-teman khayangan langitnya.

Mereka berkumpul seperti keheranan kala itu. Sahabat-sahabatnya adalah para dewa dan dewi pengurus Istana Kerajaan Langit.

"Salam kenal. Senang bertemu dengan kalian," sapaku membatin sedikit menunduk pada mereka semua.
Mereka tersenyum dengan kehadiranku. Sepertinya mereka menyukaiku.

Setelah itu kami berpisah. Hanya sebentar saja, mengingat waktu sudah menunjukkan siang hari. Dan saatnya untuk pulang rumah, ke Jakarta.

Dewa Erlang mengembalikanku ke bumi. "Bagaimana Cherry?" tanyanya lembut.

"Terima kasih Panglima. Saya sangat senang bisa jalan-jalan dengan Anda tadi," kataku menunduk.

"Baiklah. Saya harap Anda sering-sering main kemari ya, Cherry. Saya akan sangat senang dengan kehadiran Anda disini," katanya.

"Baik, Panglima," sahutku membatin. "Terima kasih sudah menjaga kami selama kami disini."

Erlang pun tersenyum.

Written by : Yanti Kumalasari, S.Ds.
Editing by : Kepik Romantis / PVA

Wednesday, June 17, 2020

Cinta Kasih, Kekuatan Tertinggi di Alam Semesta

Alkisah 3 Tiga Raja sedang menentukan siapa yang patut menjadi Raja paling tinggi dari mereka.

Ketiga Raja tersebut meminta petunjuk dari Dewa Matahari (Amun-Ra) untuk menentukan siapa yang pantas untuk menjadi pemimpin tertinggi di antara mereka bertiga. Dengan masing-masing Raja memberikan persembahannya disertai doa memohon berkah kepada Amun-Ra.

Raja Pertama dengan perawakan fisik/badan sangat kuat, gagah dan pemberani, terlihat seperti seorang petarung tinju yang kekar dan berotot-otot besar layaknya seorang Hercules berjalan. Setelah selesai memberikan persembahan/sesajinya, seraya meminta doa agar diberikan kekuatan/power yang paling hebat. Maka Amun-Ra pun memberikan berkah kepadanya : "Kamu akan berumur panjang 120 tahun untuk menjadi Raja dan berkuasa di bumi."

Raja Kedua dengan fisik/badan yang kurang lebih sama dengan Raja Pertama, tetapi jauh lebih menyeramkan, ditakuti, disegani dan memiliki kesaktian yang luar biasa hebat, sehingga dapat memiliki Kepala Emas yang bersinar berkilauan seperti 24karat. Bahkan semua makhluk yang melihatnya pun tertunduk takut kepadanya. Setelah selesai memberikan persembahan/sesaji seraya memanjatkan doa agar diperolehnya kesaktian yang paling hebat kepadanya. Amun-Ra pun memberikan berkahnya kepada Raja Kedua : "Kamu akan berumur panjang 150 tahun untuk menjadi Raja dan berkuasa di Alam Neraka (alam bawah, para makhluk halus, para hantu, siluman, dll)." Seketika itu pula berkah kekuatan Amun-Ra mengubah Kepala Raja ini, menjadi Kepala Raksasa Naga Emas dengan disertai tubuh raksasa besar luar biasa.

Raja Ketiga, terakhir ini, seolah-olah hanya dipandang sebelah mata, dicibir, dihina dan ditertawakan oleh Kedua Raja lainnya, karena tidak terlihat/tampak seperti tampang seorang Raja. Perawakan Fisiknya pun biasa-biasa saja, layaknya orang biasa saja dari kelas masyarakat yang biasa saja, bahkan seperti seorang yang tidak punya wibawa apa-apa, diremehkan karena tidak ada tampak ciri-ciri yang dapat membuat semua orang terkagum kepadanya. Pikir orang-orang yang melihatnya pun, "Gak mungkinlah orang kayak gitu, orang biasa kok." Selesai memberikan persembahan/sesaji, lalu memohon doa, agar diberikannya Cinta yang Abadi. Amun-Ra pun menjawab doa : "Tiada ilmu yang paling tinggi dan paling hebat di seluruh alam semesta ini, yang dapat menandingi kekuatan Cinta Kasih Sejati.."

Kedua Raja lainnya pun setelah mendengarkan penjelasan Amun-Ra tersebut, langsung merasa tertunduk malu, kaget, dan mengakui kesalahannya mereka dengan sujud dan menghormat kepada Raja ke Tiga, karena kebijaksanaannya yang sangat tinggi dan luar biasa hebat, melebihi mereka berdua.

Kesimpulan kisah ini adalah Tidak perlu merasa ataupun berpikir rendah diri, tak perlu juga berputus asa dan berkecil hati, sebaik-baiknya menjadi manusia biasa-biasa saja, tidak perlu berambisi, iri, cemburu, kecewa, malu dan bersedih, melihat kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh orang lain, karena setiap manusia telah diberikan hak yang sama adilnya di setiap anugrah, berkah dan karunia dari sejak lahir oleh Allah/Tuhan Yang Maha Kuasa. Tiap-tiap manusia sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, jadikanlah setiap kelebihan kita sebagai penyemangat dalam menghadapi dan menyelesaikan setiap masalah di kehidupan kita. Asahlah, pergunakanlah dan manfaatkanlah kelebihan-kelebihan (kemampuan) kita agar menjadi modal untuk melakukan kebajikan-kebajikan menolong sesama. Sedangkan kelemahan atau kekurangan kita jadikanlah sebagai landasan kesadaran kita untuk mengintrospeksi diri (bercermin diri/renungan) agar kita menjadi manusia yang penuh pengertian, sabar, ikhlas, rendah hati dan tidak sombong.

040520Written by : Kepik Romantis/PVA

Picture Source : 
https://imgur.com/gallery/BBhkQ
https://www.figuren-shop.de/en/amun-ra-figurine-black-gold-derek-frost
https://www.pinterest.com/pin/502432902171531594/
https://aminoapps.com/c/mythology/page/item/amun-ra/Xm6j_mNcXIRNJeGB57benXrmxBpd1b1Neo
https://www.artstation.com/artwork/gLxQL

Lucid Dream -Chapter 11-

Namaku Cherry. Setelah perbincangan dengan Gregorious Malaikat Pelindungku, aku jadi lumayan tahu banyak hal mengenai Archangel Zamael, Malaikat Pelindungku yang baru. Terutama, aku mendengar langsung dari Malaikat Gregorious, bahwa manusia yang dicintai oleh Gre adalah aku.

Aku, Cherry adalah memang gadis kecil biasa dari bumi. Tapi aku memiliki satu kekuatan rahasia yaitu kekuatan Cinta. Aku sangat mahir bermain Cinta. Siapapun manusia yang mendekatiku pasti jatuh cinta kepadaku, tak terkecuali malaikat pelindungku sendiri.

Tapi memang aku sayang kepada semua orang yang mencintaiku. Jadinya, mungkin rasa cinta yang ada di dalam diri orang-orang untukku adalah pantulan dari hatiku sendiri. Aku mencintai mereka yang mencintaiku. Tapi ya hanya cinta, tidak ada keinginan yang lebih dari itu.

Aku senang menyimpan rasa cinta di dalam dadaku. Cinta membuat hari-hariku menjadi bahagia dan berarti...

Malam ini aku tertidur di pangkuan Malaikat Gregorious sambil memeluk boneka beruang seukuran tubuh mungilku.
Gregorious nampak menyelimuti tubuhku dengan sehelai selimut tebal, agar aku tak kedinginan. Ia terus membelai lembut rambutku.

Dia nampak sangat bahagia sekali sudah mengutarakan perasaannya kepadaku. Yah, meski dia pun juga tak berharap aku akan membalas perasaannya. Karena, Archangel Zamael sudah memperingatinya untuk tidak jatuh cinta kepada manusia sepertiku.

Aku juga tak ingin membuat Gregorious menderita karena mencintaiku. Karena itu akan menyakiti dirinya. Membuatnya kehilangan kedua sayapnya dan kekuatan malaikatnya.

Aku pernah merasakan sakitnya jatuh cinta pada orang yang salah karena berbeda alam. Dan itu membuatku menjadi hampir gila. Aku tak ingin Gregorious mengalami rasa sakit yang sama seperti yang kurasakan di kehidupan lampauku, jauh sebelum kehidupanku saat ini, sebelum bumi dulu pernah hancur dan terbentuk kembali. Entah berapa masa...

Dulu, sewaktu aku masih menjadi sesosok malaikat pelindung, aku pernah mencintai seorang pria manusia...sangat mencintainya... hingga aku berbuat kesalahan fatal. Kami melakukan hubungan terlarang, antara malaikat dan manusia.

Lalu setelah sadar, aku menghilang dan pergi menyendiri meninggalkan pria manusia itu. Aku tak tahu lagi bagaimana kelanjutan ceritaku dengannya. Aku juga tak tahu lagi bagaimana takdir kehidupan pria itu di masa ini. Dan aku tak berharap juga bisa bertemu dengannya...sungguh.

Malam itu aku tertidur lelap.
Sangat terlelap sekali.
Hingga bermimpi...

Aku melihat sesosok malaikat dengan keempat sayapnya dari kejauhan, di sebuah kebun belakang rumahku. Dia adalah Archangel Zamael, sang Malaikat Kematian itu, sekaligus Malaikat Pelindungku yang baru.

Dia nampak mengenakan pakaian serba putih dengan aksen keemasan, seperti seorang bangsawan...atau raja...ah, aku tak tahu. Yang aku tahu, saat ini ia tersenyum hangat kepadaku.

Dia mengulurkan tangannya menyambutku, "Cherry, kemarilah..." katanya dalam mimpiku.

Aku menghampirinya.

"Maukah kau terbang bersamaku, Cherry?" katanya sangat lembut sambil tersenyum menatapku yang mungil, mungkin tinggiku hanya setinggi dadanya saja.

Dalam mimpiku, aku mengenakan daster tidurku yang berwarna putih tanpa lengan. Aku menjawab pertanyaannya dengan sumringah, "Mau. Tapi..."

"Tapi apa...?" tanyanya masih lembut sedikit menunduk dan membelai pipi mungilku.

"Tapi bagaimana caranya? Aku tak punya sayap," jawabku polos.

Zamael pun tersenyum, "Jangan khawatir. Aku akan mengajarimu memunculkan sayapmu sendiri dan terbang bersamaku."

"Baiklah," jawabku singkat dan sumringah.

"Pertama-tama, kamu harus konsentrasi penuh. Niatkan agar kedua sayapmu mengembang sempurna dari balik punggungmu. Jangan berpikir apapun. Ringan saja..." pandunya padaku.

Aku pun mengikuti instruksinya. Sehingga aku berhasil memunculkan kedua sayap putihku perlahan-lahan, dan melayang perlahan-lahan. "Aku bisa terbang...aku bisa terbang..." teriakku kegirangan.

"Nah, sekarang kamu harus kendalikan dirimu supaya kamu dapat mengendalikan kedua sayapmu, Cherry," pandunya lagi.

Aku pun mengikuti instruksinya dengan persis. Aku berusaha menenangkan diri untuk bisa mengendalikan kedua sayapku.

Akhirnya aku berhasil melayang lebih tinggi lagi.

Zamael melayang menghampiriku dengan keempat sayap archangelnya. Begitu aku sedikit menguasai pelajaran terbang dengan kedua sayapku, Zamael langsung meraih salah satu telapak tangan mungilku. Dia mengajakku terbang bersamanya...

Aku pun berteriak kaget. Karena dia menarik tanganku untuk terbang bersamanya dalam kecepatan yang sangat tinggi. "Zamael...hentikan!"

Mendadak ia pun menangkap tubuh mungilku ke dalam pelukannya sambil melayang di atas awan-awan putih. "Ups, maaf..." katanya.

Kami melayang perlahan dengan mengibaskan sayap-sayap malaikat kami. Aku...aku tak biasa memiliki sayap lagi, setelah kejadian di masa lampau itu...

"Cherry, kau suka?" tanya Zamael perlahan.

"Iya, aku suka...sangat suka..." jawabku tersenyum padanya.

"Syukurlah, Cherry..." pintanya.

Kami pun terdiam sambil masih menikmati pemandangan di bawah awan itu. Sangat indah. Kami dapat melihat seluruh negeri dari atas awan-awan.

Archangel Zamael memang malaikat yang tahu apa yang aku sukai. Dia hampir membuat emosiku bergejolak...termasuk cinta.

Eh, apakah aku benar-benar mencintainya? Mengapa bisa secepat ini? Dia baru hadir beberapa kali dalam hidupku, masakah aku sudah memiliki rasa cinta terhadapnya?
Tapi, rasa cinta yang aku miliki agak berbeda dengan rasa cintaku terhadap Gregorious, Malaikat Pelindungku yang satunya. Kalau kepada Zamael, aku merasakan perasaan cinta yang begitu besar...begitu dalam...dan sangat mencintainya. Aku seperti sudah mengenalnya dengan baik.

Lagi-lagi sebuah tanda tanya besar itu muncul kembali dalam benakku : Siapakah Archangel Zamael di kehidupan masa laluku?

Aku menatapnya begitu lama, sehingga melewatkan berbagai pemandangan indah di bawahku. Bagiku, menatapnya adalah suatu keindahan tersendiri. Ada rasa rindu...sedih...dan cinta bercampur jadi satu.

Tiba-tiba aku meneteskan air mataku perlahan. Dan ia selalu tahu ketika aku meneteskan air mataku. Dia mengusap air mataku dengan tangan kirinya. Tangan kanannya masih merengkuh tubuhku dalam pelukannya sambil kami terbang bersama.

"Kamu tidak apa-apa, Cherry?" tanyanya.

"T...tidak apa," jawabku sembari mengusapkan air mataku sendiri yang sudah menetes di kedua pipiku.

Kini kami tiba di sebuah gereja tua. Tidak ada seorang pun malam itu. Gereja itu penuh debu dimana-mana, dan sarang laba-laba yang banyak. Hanya ada sedikit cahaya bulan yang masuk melalui ventilasi jendelanya.

Kami berdiri di depan altarnya. Altarnya pun sangat kotor dan berdebu. Hanya ada meja altar dan tabut suci dibelakangnya yang sudah usang dan dihinggapi sarang laba-laba di sekitarnya.

Kini kami saling berhadapan dan saling memandang satu sama lain. Aku dapat merasakan nafasnya. Begitu lembut.

Dia membelai rambutku dengan penuh kasih sayang. Mendekapku semakin erat, dan mencium bibir mungilku dengan sangat hati-hati. Sehingga membuatku sedikit berjinjit agar aku dapat menyambut ciuman kasih sayangnya.

Lagi-lagi kami melakukannya, sudah yang kedua kalinya. Tapi aku belum yakin, apakah dia benar-benar memiliki perasaan yang sama seperti perasaan yang aku rasakan. Aku pun juga tidak tahu pasti perasaan macam apakah yang aku rasakan kepadanya. Sangat berbeda...

Gereja tua...
Ciuman...
Malaikat...
Dan manusia...

Aku seperti de javu. Aku seperti pernah mengalami hal ini persis. Tapi dimana?

Semakin lama dia menciumku, semakin membuatku mengingat semua masa laluku. Seperti sebuah video yang diputar mundur. Hingga aku menemukan suatu kehidupan lampau dimana dulu aku pernah menjadi seorang malaikat wanita yang sangat cantik. Lebih cantik dan anggun dari saat ini, bahkan...

Masakah dia adalah...??

"Apa kau sudah bisa mengingatnya, Cherry?" tanyanya sedikit berbisik di depan bibirku.

Aku terdiam. Terkaku.

"Dulu kita pernah melakukan ini...disini..." katanya hampir berbisik di telingaku.

Aku pun terkaget setengah mati. Aku termundur selangkah menjauhi dekapannya. "Tidak mungkin...kau...adalah manusia yang pernah aku cintai di kehidupan masa laluku, sebelum ini..." aku pun tak kuasa meneteskan air mataku.

Archangel Zamael terdiam. Dan ia hanya menatap wajahku yang basah karena air mata. Dia berusaha mengusap air mataku perlahan, dengan sangat hati-hati. Tapi air mataku terus menetes, lebih deras lagi...

Bagaikan sebuah ingatan mundur yang menghantuiku. Rasa kesedihan yang amat dalam dari masa laluku. Cinta yang membuat kedua sayapku lenyap waktu itu...

"Bukan kedua sayap, Cherry..." Zamael memulai percakapan ini, membuka memori kehidupan masa lampau kami. "Tapi keempat sayap...kau adalah seorang archangel, dahulu kala, sama sepertiku saat ini."

Mataku membelalak lebar. Seakan tidak mempercayainya. Air mataku masih deras mengalir.

"Archangel Jophiel, Malaikat Pelindung yang sangat aku cintai...dulu," lanjutnya tak melepaskan pandangannya pada kedua mataku.

Aku masih terdiam kaku. Dia melengkapi semua memoriku yang dulu pernah hilang. Aku memang tak begitu mengingat jelas kehidupan lampauku, karena keterbatasanku sebagai manusia.

"Dan...keempat sayapmu tidak lenyap waktu itu ketika menciumku, Jophiel. Seandainya..."

"Cukup...cukup, Zamael...aku tidak mau dengar lagi," pintaku sambil menutup erat kedua telingaku. Aku benar-benar tak ingin dia melanjutkan ceritanya. Karena sangat sakit rasanya.

Kedua lututku lunglai, lemas. Aku terjatuh di lantai depan altar gereja itu. Aku hanya bisa menangis.

Zamael terus menenangkanku dengan mengusap kepalaku dan membelai rambutku dengan lembut.

"Mengapa...mengapa kita bertemu kembali? Padahal, aku sudah mengubur masa-masa itu sangat dalam...dalam sekali," tanyaku pada Zamael masih terisak.

"Karena kemurahan hati Bapa, Cherry... untuk memperbaiki semuanya... yang dulu pernah rusak," jawab Zamael kepadaku. "Kehilanganmu waktu itu,membuatku cukup terpukul, sakit, dan membencimu. Tapi sekaligus masih mencintaimu."

Aku berhenti terisak dan menatap wajahnya yang sedih...amat sedih...

"Karena kebencian yang amat sangat dalam diriku, aku dilahirkan menjadi iblis di neraka...terus-menerus..." kisahnya.

"Aku juga menderita, Zamael...aku benci jatuh cinta pada pria manusia. Aku selalu dilahirkan menjadi manusia dengan banyak kisah cinta memilukan sepanjang kelahiranku. Aku pernah terlahir berkali-kali menjadi seorang wanita pemuas dalam banyak peperangan. Lalu setelah kesadaranku bertumbuh, aku terlahir menjadi seorang pertapa wanita. Dan lagi-lagi aku mencintai pria yang salah, sesama pertapa waktu itu. Seakan kisah cintaku tak ada yang abadi, selalu berakhir dengan kisah yang tragis, Zamael...".

"Ya...aku tahu semuanya...semuanya..." Zamael berbisik, suaranya pilu. "Untuk itulah aku mengirimkan malaikat pelindung untuk menjagamu, dari satu kelahiran ke kelahiran berikutnya...termasuk Gregorious anak buahku..."

"Apa...? Ternyata, kau masih memperdulikan aku?" tanyaku. "Kalau kau masih memperdulikan aku, mengapa tidak kau sendiri yang menjagaku, sepanjang kelahiranku?" tanyaku agak meninggi.

"Karena..." suaranya terhenti.

"Karena apa?..." tanyaku.

"Karena aku pernah bersumpah pada diriku sendiri, untuk tidak pernah lagi menemuimu..." jawabnya sembari meneteskan air mata pada salah satu pelupuk matanya.

Hatiku menjadi semakin sakit melihat air matanya mengalir. Baru kali ini aku melihatnya meneteskan air mata kesedihan, yang amat teramat dalam. Malaikat Kematian pun bisa menangis juga...

Mengapa Bapa membuat semua skenario ini?
Mengapa Bapa mempertemukan kita kembali?
Pertanyaan itu terus-menerus membuatku sedih sembari menatap tabut suci usang pada altar di depan kami.

Tiba-tiba Bapa bersuara dalam hatiku :
"Aku tahu yang terbaik untuk kalian, anak-anakKu. Semua akan indah pada waktunya..."

Air mataku mengalir deras.

Zamael membuat tanda salib dalam tangisannya. Atas nama Bapa, Putra dan Roh Kudus. Amen. Dan berakhir dengan mencium jari jempolnya, "Thank you, Father...I love You, so much..." bisiknya.

Lalu Archangel Zamael berdiri di depanku yang masih terduduk lemas. "Cherry..." seraya mengulurkan tangannya untuk membantuku berdiri.

Aku meraih tangannya. Dan berdiri kembali.

"Masa lalu biarlah menjadi masa lalu yang berlalu. Kita memang tidak bisa menguburnya dalam-dalam. Karena masa lalu adalah bagian dari diri kita sendiri, Cherry. Sekarang kita harus menatap masa depan dan melanjutkan perjalanan kehidupan ini," katanya sambil membelai pipiku lembut.

Aku mengangguk perlahan dan mengusap air mataku, "Maafkan aku..." Lalu aku menatapnya penuh penyesalan akan masa lalu, "Maafkan aku karena telah meninggalkanmu di masa lalu..."

Zamael segera memeluk tubuhku erat...sangat erat. Seakan tak ingin melepaskanku, "Ssshhtt..." kami hening bersama. "Aku sudah memaafkanmu, Jophiel..." katanya berbisik di telingaku.

Air mataku menetes kembali dalam pelukannya.

"Bapa mempertemukan kita kembali saat ini supaya kita bisa saling memurnikan diri lebih sempurna, Cherry...aku membutuhkanmu..." katanya masih membelai pipi mungilku seraya mengusapkan air mataku.

"Aku tak mengerti, Zamael..."

"Kamulah satu-satunya manusia, yang bisa memurnikan kegelapan di dalam diriku...Cherry Light..." jawabnya dengan menyebut nama panjangku, Light...

Tiba-tiba ia menghilang perlahan bersama cahaya bulan yang masuk melalui ventilasi jendela gereja.

Dan aku pun terbangun dari tidurku.
Hanya mimpi ternyata...

Ah, langit masih gelap ternyata. Dan Gre tertidur duduk di kursi sampingku, menggenggam tangan mungilku.

Aku pun tersenyum atas mimpi yang baru saja hadir. Seperti bukan mimpi rasanya. Mimpi itu terasa nyata. Mataku sedikit basah karena terbawa oleh mimpi barusan.

Aku mengusap air mataku.
Dan kembali tertidur...

Written by : Yanti Kumalasari, S.Ds.
Fan-page Writer :  https://www.facebook.com/thesoulreader.jkt/
Editing by : Kepik Romantis / PVA

Tuesday, May 26, 2020

Sabar dan Ikhlas

Picture Source : https://me.me/i/sebab-ikhlas-itu-tak-terucap-sedang-sabar-itu-tak-berujung-5629426

Ciuman Pertama -Chapter 10-

Namaku Cherry. Aku adalah gadis kecil, biasa, lugu dan mudah berempati dengan lingkungan sekitar. Kini, karena kebaikan Bapa, aku memiliki dua Malaikat Pelindung yang baik hati. Archangel Zamael dan Malaikat Gregorious. Mereka diutus Bapa untuk membantu tugas pelayanan Bapa di dunia ini.

Tugasku sederhana, yaitu membawa Kebahagiaan bagi Semua Makhluk dengan kekuatan Cinta KasihNya.

Archangel Zamael beserta pasukannya belakangan ini sangat giat melaksanakan tugas pemurnian para makhluk kegelapan di alam menderita yang berusaha menghasut pikiran manusia di negeri ini. Mereka melakukan tugasnya dengan sangat baik. Berhari-hari dalam perhitungan waktu manusia. Tanpa tidur maupun beristirahat.

Namun suatu ketika, aku melihat Zamael dan segelintir pasukannya sedang beristirahat di kebun rumahku. Mereka nampak kelelahan di balik jirah perang yang mereka kenakan.

Akupun mendekati mereka. Beranjali, mengatupkan kedua telapak tanganku di depan dadaku kepada mereka sebagai tanda 'terima kasih'.

Lalu aku menghampiri Zamael. Ia nampak sedang tertidur di sana, dalam posisi duduk bersandarkan pada sebuah pohon yang rindang di kebun tamanku. Dia tidak bergerak.

Aku mencoba membuka jirah penutup wajahnya itu. Supaya ia bisa beristirahat dengan nyaman, pikirku. Ditambah rasa penasarananku yang cukup besar tentang dirinya.

Bagiku, Zamael adalah Sang Malaikat Kematian yang mengerikan, sekaligus lembut hatinya. Buktinya, ia memberikanku sekuntum bunga mawar merah yang indah ketika aku sedang tertidur lelap. Entah apa maksudnya. Katanya, sebagai penyemangat tugasku.

Aku berhasil membuka jirah penutup wajahnya. Kini aku bisa melihat setiap lekuk wajahnya yang tegas. Matanya terpejam. Nafasnya sangat tenang dalam tidurnya.

Tanpa sadar, aku melihatnya sangat dekat...terlalu dekat. Tiba-tiba saja ia terbangun, dan...oh, dia mencium bibirku, dengan cepat. Aku tak sempat untuk berpikir dan menghindar. Tidak, nanti keempat sayapnya akan...ah, aku tak dapat berpikir apapun saat ini. Aku terhanyut ke dalam momen saat ini. Pikiranku terhenti. Aku hanya menikmati bibirnya yang lembut menyentuh bibir mungilku.

Saat itu juga, aku merasakan kedua energi murni kami menyatu, dan memancar ke seluruh penjuru alam semesta. Seperti sebuah pilar energi yang besar di atas kami, dan menyebar ke seluruh penjuru bagaikan serpihan dandelion yang terbang tertiup angin. Aku tidak tahu bagaimana prosesnya. Sangat cepat. Tidak sempat membuatku berpikir.

Baru kali ini aku merasakan berciuman. Aku tidak tahu, apakah berciuman dengan manusia akan sama seperti hal yang kurasakan saat ini.

Cukup lama momen itu. Membuat rekan-rekannya yang ada disana memperhatikan kami berdua, karena energi kasih yang memancar ke seluruh penjuru semesta ini sangat hebat. Membuat tengah dada semua makhluk bergetar, untuk sesaat.

Gregorious, Malaikat Pelindungku pun juga ada disana, memperhatikan kami. Aku tak tahu apa yang ada di dalam pikiran Gregorious saat ini...

"Zamael..." desahku.

"Ya...?" jawabnya, sambil masih melumat bibir mungilku dengan sempurna.

"Cu...kup..." pintaku padanya berbisik sembari sedikit mendorong tubuhnya perlahan.

Dia menghentikannya sesuai pintaku. Dia menatap ke dalam kedua bola mataku. Aku pun demikian. Rasa ini, ah...rasanya pernah terjadi. Bukan saat ini saja. Tapi entah kapan...

Dia membelai rambut panjangku dengan lembut. Masih menatap mataku dengan lembut. Baru kali ini aku merasakan sisi kelembutannya yang paling lembut.

"Sudah kan...kau tidak penasaran lagi tentang diriku?" tanyanya.

Ah...dia bisa membaca pikiranku. Rasa penasaranku memang hilang. Tapi saat ini justru menimbulkan suatu tanda tanya besar yang baru di dalam benakku : Siapakah dia di kehidupan masa laluku? Rasanya, aku mengenalnya dengan sangat baik...sangat...

Sudahlah, nanti saja aku mencari tahunya sendiri. Atau, aku bisa bertanya pada Gre, Malaikat Pelindungku satunya. Mungkin dia tahu sesuatu. Yah, itupun jika dia mau memberitahukannya padaku. Sebab, tidak semua rahasia bisa dia beritahukan padaku.

"Rasanya, aku pernah mengenalmu...jauh sebelum ini, Zamael..." jawabku.

Dia terdiam sesaat, dan terus memandangku.

"Ya," hanya itu jawabannya, tanpa melepaskan pandangannya dariku.

"Ah, aku baru ingat, sayapmu..."

"Aku baik-baik saja," katanya tersenyum menatapku.

"Mengapa sayap malaikatmu tidak lenyap...sepertiku dulu...?" tanyaku.

"Dulu...?" dia tersentak. Aku dapat melihatnya dari raut wajahnya.

Lalu ia pun bangkit berdiri, dan mengambil jirah penutup wajahnya dengan salah satu tangannya.
Dia berbalik memalingkan wajahnya dariku, menuju rekan-rekan malaikatnya. Rekan-rekan malaikatnya juga bersiap, membereskan diri dan bangkit berdiri kembali.

Dia menengokkan kepalanya sedikit ke arahku, "Karena aku adalah Archangel Kematian. Nafsu dan Cinta memang adalah bagian dari dalam diriku. Dan keduanya tak bisa mempengaruhiku."

Aku hanya menatapnya berjalan bersama rekan-rekan malaikatnya, dan melayang, terbang...lalu menghilang, kembali ke surga tempat mereka tinggal. Meninggalkan aku dan Gregorious, Malaikat Pelindungku...

Hanya desiran angin yang kudengar kini.
Begitu sunyi...meninggalkan sebuah tanya.

Malam pun tiba.

Aku terdiam dan memeluk erat boneka beruang seukuran tubuhku di atas tempat tidurku. Tatapanku kosong. Pikiranku tak berhenti memikirkan Archangel Zamael. Dan ciuman tadi siang itu...

"Cherry..." Gregorious menghampiriku. Berusaha memecah keheningan ini. "Dari tadi siang kamu terdiam saja. Sampai tidak makan malam..."

Aku masih terdiam. Ingin berteriak, tapi tak tahu kemana. Salah-salah orang mengataiku "gila".

Aku terus berusaha mengingat kehidupan lampauku, mencari tahu siapa aku dan Zamael di kehidupan lampau. Tapi tak kunjung muncul ingatan itu.

Ingatan yang mana? Kehidupan masa lampau ke berapa ribu yang harus aku ingat? Banyak dan rumit sekali. Aku tidak bisa berkonsentrasi untuk mengingatnya...sama sekali.

"Cherry, apa kamu butuh teman bicara?" Gregorious membelai rambutku dengan lembut dan tersenyum hangat. Aku dapat merasakan Cinta Kasihnya sungguh memancar sempurna untukku.

Kepalaku pun jatuh rebah di pangkuan Gregorious, Malaikat Pelindungku. "Aku tak tahu harus memulainya dari mana, Gre..."

"Ceritakanlah..." pinta Gre sambil tersenyum masih membelai rambutku.

"Bolehkah, kau menceritakan tentang siapa Archangel Zamael, sebanyak yang kau tau... untukku, Gre...?" mintaku sambil memelas menatap matanya.

Gre nampak menarik nafas panjang. "Baik, Cherry. Aku akan menceritakan tentangnya, untukmu. Tapi, hanya yang boleh kuceritakan untukmu saja. Dan hanya ceritera yang tidak akan mempengaruhi takdirmu, Cherry..." jawabnya.

"Baiklah. Tidak apa. Aku siap mendengarkanmu, Gre. Ceritakanlah..."

"Dahulu kala, jauh sebelum terbentuknya bumi di masa yang sekarang, hiduplah seorang iblis yang paling ditakuti di seluruh alam menderita. Dia terkenal sangat keji, sadis, dan mengerikan di neraka. Bahkan, beritanya terdengar sampai ke alam surga.

...Zamael namanya.

Tapi ia hanya membunuh dan memakan makhluk yang memiliki dosa-dosa berat. Tanpa kenal ampun, dia mencabut nyawa para makhluk itu membabi buta. Hingga dia menjadi pemimpin para iblis terkuat di neraka.
Suatu hari, karena belas kasih Bapa, Bapa melihat keadilan dan kebijaksanaan di dalam hatinya. BagiNya, Zamael adalah iblis yang langka. Dia tidak membunuh makhluk-makhluk di alam neraka tanpa sebab. Dia membunuh bukan untuk kesenangan dirinya.

Lalu, berjuta kalpa kemudian, Bapa mengangkat Zamael menjadi pemimpin para malaikat terkuat di surga, menjadi salah satu dari tujuh Archangel terkuat di surga."

"Waaahhh...hebattt!!" Aku memperhatikan ceritera Gregorious tanpa berkedip sedetik pun. "Lalu, lalu???" ekspresiku penasaran mendengarkan ceritanya.

Gre tersenyum padaku yang tengah berbaring di pangkuannya. "Iya, iya, sabar ya, puteri kecil..." candanya menenangkan gairahku. "Dan aku termasuk menjadi pasukannya, Tuanku Archangel Zamael. Suatu hari, dia pun mengangkatku menjadi salah satu komandan perangnya di pertempuran berikutnya. Sejak saat itu, aku berteman baik dengannya. Dia adalah Tuan, sekaligus sahabatku ketika di sorga."

"Lalu, bagaimana denganku dalam kehidupan masa lalunya, Gre?"

Gregorious terdiam. Ia nampak tak bisa menceritakan pertanyaan sederhana yang kulontarkan itu.

"Apakah dulu aku pernah menjadi kekasihnya di neraka?" tanyaku polos.

Gre terkejut menatapku. "Tidak...tidak Cherry. Kamu tidak pernah dilahirkan di neraka. Tapi, justru kamu yang membuat ribuan malaikat pelidung yang melindungimu jatuh ke neraka, dari satu kelahiran ke kelahiran berikutnya. Hahaha..."

"Gre serius??" tanyaku mengernyitkan dahi.

"Awalnya aku tidak tahu hal ini. Tapi Tuanku yang menceritakannya. Dia yang memperingatkanku agar aku tidak jatuh cinta padamu, Cherry," jawabnya sambil mencubit hidungku.

"Apa? Gre jatuh cinta sama Cherry ternyata? Hahahaha..." tawaku sambil memeluk boneka beruang seukuran tubuhku itu.

Gregorious tersipu malu, wajahnya memerah seperti kepiting rebus. Hahaha...tawaku. Sangat jahat ya aku ini. Menertawakan perasaan Gre, Malaikat Pelindungku. Haduh, perutku agak mules karena tertawa terbahak-bahak mendengar pengakuan darinya.

"Gre, mari berjanji..." aku mengangkat satu jari kelingkingku di depan wajahnya. "Kita akan selalu menjadi sahabat dalam seperjalanan ini, dan kita akan mencapai Pencerahan bersama-sama, ya?"

Gre pun menatap jari kelingkingku yang mungil di depan wajahnya sambil masih berbaring di pangkuannya. "Janji..." jawabnya sembari jari kelingkingnya yang besar dan kokoh itu dikaitkannya pada jari kelingkingku yang hanya sepertiga jari kelingkingnya.

"Cherry juga mencintai Gre...Cherry pasti sangat merindukan Gre jika Gre pergi nanti..." kataku sembari masih mengaitkan jari kelingkingku pada jari kelingkingnya dengan tatapan berkaca-kaca.

Gre tersenyum. "Aku berhutang budi pada Tuanku, Archangel Zamael. Dia membuatku memahami arti Cinta manusia yang fana. Kejadian tadi siang itu membuatku tersadar bahwa aku masih dipenuhi oleh hawa nafsu malaikatku...

Seandainya, siang tadi adalah aku yang menciummu, Cherry, kedua sayapku pasti lenyap saat itu juga. Dan aku tak memiliki kekuatan untuk melindungimu sampai kamu menjadi Cherry yang Bijaksana kelak."

"Tapi, kenapa keempat sayapnya tidak lenyap ketika menciumku tadi siang?" tanyaku penasaran.

"Karena dia adalah Archangel. Seorang Archangel setidaknya lebih murni dari seorang malaikat biasa, sepertiku. Dimana, ego dan nafsu tidak lagi bisa menguasai dirinya..." jelasnya.

"Apakah dia juga mencintaiku...?" tanyaku pada Gre.

Gre terdiam. "Kalau itu aku tidak tahu. Aku tidak memahami kondisi hati dan pikiran untuk setingkat Archangel sepertinya."

Aku terdiam...

"Kita harus belajar banyak darinya, Cherry..." kata Gregorious menatapku dengan serius.

Sementara di surga...

Archangel Zamael terduduk di kursi tahta kerajaannya di alam surga tingkat lima. Kali ini dia mengenakan pakaian seorang raja, berwarna putih dengan aksen keemasan. Dia juga mengenakan sebuah mahkota di kepalanya.

"Tuanku...apa yang membuat Tuanku terdiam semenjak Tuanku pulang berperang dari bumi?" tanya salah seorang malaikat penasehatnya.

"Banyak hal..." jawab Zamael singkat.

"Dengar-dengar Tuanku telah bertemu dengan seorang gadis kecil dari kehidupan masa lalu Tuanku di bumi?" tanya malaikat penasehat lainnya yang kedua.

"Ya, aku bertemu dengan gadis kecil itu. Dan sayangnya, kebijaksanaannya masih jauh..." Zamael yang tadinya tegang, kini merebahkan badannya pada sandaran kursi tahtanya. "Dia masih memiliki nafsu dan ego manusia yang cukup besar...entah berapa kelahiran lagi dia bisa menjadi bijaksana," lanjutnya.

"Hahaha...apakah Tuanku belum mengerti juga? Mengapa Tuanku dipertemukan dengan gadis kecil bumi itu?" tanya malaikat penasehatnya yang kedua. Zamael terdiam, sambil mengunyah buah-buahan yang lezat dan segar ala surgawi.

"Tuanku dipertemukan dengannya untuk tujuan percepatan pembelajaran spiritual gadis kecil itu. Tidak akan lama lagi gadis kecil itu akan menjadi Bijaksana..." jelas malaikat penasehatnya yang kedua.

"Ohya? Berapa lama lagi?" tanya Zamael sambil mengunyah buah apelnya.

Malaikat penasehatnya yang kedua itu mendekat ke kursi tahta Zamael, "Itu rahasia langit, Tuanku..." jawabnya sembari berbisik di telinga Zamael. "Tuanku juga harus menyempurnakan diri lagi. Hanya gadis kecil itu yang bisa memurnikan kegelapan yang ada di dalam diri Tuanku," lanjutnya lagi.

"Kau benar," sahutnya kepada malaikat penasehatnya seraya berjalan menuruni anak tangga tahtanya.

"Ah...Tuanku mau kemana?" tanya malaikat penasehat yang pertama.

"Ke bumi, ke tempat gadis itu," jawab Zamael.
"Ah...Tuanku jangan gegabah. Jangan mengikuti ego Tuanku. Apakah Bapa mengizinkan atau tidak pertemuan Tuanku dengannya malam ini di bumi?" tanya malaikat penasehatnya yang pertama dengan cemas.

Langkah Zamael terhenti. Dia berpikir. "Benar, aku tidak boleh gegabah. Aku akan masuk ke dalam mimpinya saja..." kata Archangel Zamael.

Written by : Yanti Kumalasari, S.Ds.
Editing by : Kepik Romantis / PVA