Tuesday, March 24, 2020

Archangel Zamael & Archangel Jophiel -Chapter 8-

"Cinta hanyalah ilusi. Ia datang dan pergi. Tidak kekal adanya. Terlalu menggenggam cinta maka akan menimbulkan penderitaan...yang amat sangat. Pahamilah ini, Gregorious," pesannya lagi kepada Gre seraya meletakkan sekuntum mawar merah di tangan mungil Cherry yang tengah tertidur lelap.

Hi, namaku Cherry. Saat ini aku adalah seorang gadis biasa, dengan kisah yang sedikit unik. Aku memiliki sedikit kemampuan batin. Banyak orang ingin menjadi sepertiku, memiliki kemampuan diluar natural manusia. Tapi tidak denganku.

Karena, seiring datangnya kekuatan besar, semakin banyak juga datangnya tugas dan tanggung jawab untuk menolong semua makhluk. Cobaannya justru lebih hebat dari manusia yang memiliki takdir terlahir biasa-biasa saja.

Jika boleh memilih takdir, aku lebih memilih menjadi gadis rumahan biasa yang suka bermain boneka, mengerjakan tugas rumah, memasak, merawat bunga di dalam pot, melukis, menuliskan puisi-puisi indah dan santai membaca majalah Vogue sambil asyik mendengarkan satu album K-Pop "BTS" yang sedang kekinian zaman now.

Tapi kenyataan sebaliknya. Takdir membawaku dengan segala urusan yang berbau dengan iblis, hantu, setan gentayangan dan orang-orang yang sedang dirudung masalah serta kesedihan. Kok kelihatannya seram sekali mainanku ya? Iya, sudah takdir mau bagaimana lagi...aku seperti tidak punya pilihan.

Dari kecil, aku sudah dapat melihat dan berkomunikasi dengan Gregorious, Malaikat Pelindungku. Kemanapun aku berada, Gre selalu ada disampingku, menjagaku, menemaniku kala aku sedih, dan membimbingku ke jalan spiritual ini.

Lalu belakangan seiring perjalanan waktu, Bapa menambah kekuatanku dengan mengutus Archangel Zamael untuk menjaga dan membantu misi pelayanan Bapa di dunia ini melaluiku. Waktu serasa cepat sekali berputarnya.

Dan sangat cepat.

Ketika malam tiba, aku pun tertidur lelap di kamar tidurku. Seperti biasa, Gre Malaikat Pelindungku selalu berjaga menemaniku hingga aku tertidur dengan lelapnya. Sangat terlelap malam itu.

Kali ini aku tidak menceritakan tentang diriku sebagai sudut pandang orang pertama. Aku akan bercerita sebagai penulis, sudut pandang orang ketiga. Karena, ini adalah kisah rahasia Archangel Zamael dan Malaikat Pelindung Gregorious yang belum boleh untuk aku ketahui.

Malam itu juga, Archangel Zamael sengaja datang untuk bertemu dengan Gregorius Malaikat Pelindung Cherry. Dia menampakkan dirinya pada Gre di samping jendela kamar Cherry.

"Gregorious...bisa temani aku bicara sebentar?" kata Archangel Zamael sambil menunjuk ke arah luar dengan jari jempolnya.

"Baik, Tuanku," jawabnya seraya sedikit membungkuk dan menaruh telapak tangan kanannya pada tengah dadanya, bersikap hormat.

Mereka berjalan di sekitar kebun halaman rumahku menghadap sebuah danau. Mereka duduk bersama disana.

Zamael dengan pakaian formalnya, dengan jirah penutup wajahnya itu mencoba melempar sebuah kerikil kecil ke arah danau. Jatuh dan menimbulkan gemericik riakan. Memecah keheningan.

Zamael adalah salah satu Archangel yang paling ditakuti di seluruh alam semesta ini. Karena tugasnya adalah mencabut nyawa makhluk yang hidup, baik di surga maupun di neraka. Di samping sisi kegelapan yang dimilikinya, ada banyak sisi menarik dari dalam dirinya. Zamael merupakan Archangel yang paling santai, misterius, lembut, juga seksi dari caranya memperlakukan gadis mungil seperti Cherry.

Zamael memulai pembicaraan dengan Gregorious, "Gregorious, bagaimana keseharian perkembangan spiritual Cherry semenjak bertemu denganku?"

"Lumayan, Tuanku. Banyak simpul kesadaran yang mulai terbuka satu per satu. Tapi dia masih belum dapat mengendalikan emosinya. Semenjak kehadiran Tuanku dalam kehidupannya, emosinya terus bergejolak," lapor Gregorious pada Zamael sebagai Tuannya di surga sebelum turun ke bumi menjaga gadis mungil bernama Cherry dan menjadi Malaikat Pelindungnya.

"Oh, begitu ya."

"Benar, Tuanku," jawabnya menunduk penuh hormat.

"Kau tahu, apa tujuanku datang kemari?"

"Tidak tahu, Tuanku."

Zamael membuka jirah penutup wajahnya kepada Gregorious. Tidak buruk. Zamael memiliki rambut putih yang panjang. Garis rahangnya begitu tegas dan kuat. Begitu juga dengan matanya sangat tajam. Melalui tatapan matanya pun, ia mampu mencabut nyawa makhluk yang hidup. Luar biasa, sekaligus sangat mengerikan.

Zamael menatap Gregorious yang merupakan salah satu anak buahnya sewaktu mereka bersama di surga dahulu kala. Dia sedikit menundukkan kepalanya pada Gregorious, "Aku ingin mengucapkan terima kasih banyak karena telah menjaga Cherry...untukku."

Gregorious agak terkaget menyaksikan Tuannya begitu bersikap hormat padanya. "Sudah menjadi kewajibanku untuk melindungi Cherry yang Tuanku tugaskan," jawabnya menunduk penuh hormat seraya meletakkan tangan kanannya pada tengah dadanya.

Zamael merebahkan badannya pada rerumputan taman rumah Cherry. Dia menatap jutaan bintang di langit kelam malam itu. Dia menghembuskan nafasnya.

"Mengapa tidak Tuanku sendiri yang menjaganya selama kelahiran demi kelahirannya? Cherry pasti bahagia," tanyanya tersenyum pada Tuannya.

"Justru aku tidak mau. Jauh pada ribuan kelahiranku yang lampau, ketika aku masih menjadi manusia pada periode awal terbentuknya bumi ini, aku pernah bersumpah untuk tidak pernah menemuinya lagi," jawabnya.

"Cherry selalu mencari rumah spiritualnya. Ketika menatap bintang seperti Tuanku ini, dia bilang selalu rindu untuk pulang ke rumah. Tapi dia tidak tahu rumah yang mana. Terutama, hatinya selalu kosong. Dia selalu mencari belahan hatinya yang dulu pernah hilang dan amat dalam meninggalkan kesedihannya. Di kala senggang dia juga selalu menuliskan puisi kesedihan sekaligus kerinduannya pada belahan hatinya pada di setiap lembaran buku diarynya," lapor Gre pada Tuannya.

Mata Zamael sedikit berkaca mendengar laporan Gregorious tentang buku kehidupan milik Cherry.

Sesungguhnya, apakah hubungan Cherry dengan Archangel Zamael, Sang Malaikat Kematian itu pada masa yang lampau, sebelum bumi ini hancur, terbentuk, hancur sampai terbentuknya bumi kembali?...

"Apakah itu sebabnya Tuanku belum bisa membuka jirah penutup wajah kepada Cherry?" tanya Gre kepada Zamael.
"Benar. Aku tidak tahan ketika melihat air matanya menetes ketika melihat wajahku nanti. Sebab aku punya keyakinan bahwa dia masih mengenalku dengan sangat baik, ketika dia menatap masuk ke dalam kedua bola mataku. Cherry masih menyimpan rasa rindu padaku," jawabnya.

"Bagaimana dengan perasaan Tuan?" tanya Gregorious kepada Zamael, Tuannya, seperti sahabat.

"Bagaimana rasanya kesedihanku, tak perlu ditanyakan lagi. Bagaimana rasanya kecewaku, tak perlu ditanyakan lagi. Bagaimana rasanya kehilanganku, tak perlu ditanyakan lagi. Bagaimana rasanya kebencianku padanya, tak perlu ditanyakan lagi. Bagaimana rasa kacaunya perasaanku waktu itu, juga tak perlu ditanyakan lagi...

Aku benar-benar menjadi gila.

Dia meninggalkanku begitu saja tanpa sepatah kata, dan tanpa alasan yang pasti.

Buatku, kepastian adalah justru sebuah ketidakpastian itu sendiri.

Saat itu aku benar-benar jatuh ke dalam gelapnya kegelapan yang paling gelap. Berkali-kali aku terlahir menjadi iblis. Memimpin jutaan pasukan disana untuk menghancurkan semua makhluk yang hidup di neraka.

Dengan rasa frustasiku, setiap hari aku mengasah berbagai kekuatan, cara berperang, pengetahuan akan senjata, dan segala macam kesaktian. Sehingga aku menjadi iblis terkuat di neraka," kisahnya kepada Gregorious seperti seorang sahabat, bukan seperti tuan dengan anak buahnya.

Gregorious Malaikat Pelindung Cherry menyimak kisah Tuannya itu dengan perhatian mendalam.

"Maaf, aku jadi bercerita banyak padamu, Gregorious. Tidak seharusnya aku menceritakan masa-masa kelamku kembali. Aku sudah menguburnya dalam...sangat dalam. Setelah ribuan kelahiran dan jutaan tahun kehidupan, malam ini aku baru berani menghadapi masa laluku kembali, Gre," katanya menatap Gregorious.

"Tidak apa, Tuanku. Dulu saya dengan Tuanku juga sering bercerita panjang lebar, hingga menghabiskan berbotol-botol anggur setelah peperangan tiga masa itu," jawab Gre lembut mengingatkan Tuannya akan masa-masa indah di surga bersama kala itu.

"Benar, Gregorious. Sejak saat itu, kita menjadi teman baik dan aku mengangkatmu menjadi komandan dalam peperangan setelahnya. Kau adalah malaikat yang sangat berbakat dalam bertarung, dan juga dalam berteman. Untuk itulah aku mempercayakan tugas ini kepadamu, Gregorious," kenangnya sambil tersenyum.

"Terima kasih atas kepercayaan Tuanku," jawab Gregorious penuh hormat menunduk.

Mereka kembali hening.

Zamael kembali menatap bintang di langit. "Tapi Bapa sangat mengasihiku, Gre. Sama sepertimu di surga. Sewaktu aku masih tinggal di neraka, Bapa mengangkatku untuk memimpin pasukan malaikat terkuat di surga tingkat lima. Tempat kita dahulu kala. Bapa mengandalkan aku untuk tugas penyabutan nyawa makhluk hidup di alam semesta. Tidak hanya di neraka. Bapa terus memurnikan jiwaku, hingga aku bisa melakukan tugas pembunuhan dan pencabutan nyawa itu tanpa kehendakku sendiri. Melainkan atas kehendak Bapa yang bersemayam di dalam diriku.

Sebenarnya, Archangel Jophiel, wujud asli Cherry sebelum ini, sangat berjasa dalam hidupku. Jika bukan karena kesedihan dan keputusasaan yang aku rasakan dahulu kala, aku tak bisa menemukan kegelapan diriku yang paling gelap untuk termurnikan dengan cepat. Sesungguhnya, Kebijaksanaan yang aku miliki ini datangnya bukanlah dari Cahaya, melainkan dari Kegelapan. Archangel Zamael yang banyak dikenal ini datangnya dari Kegelapan yang melebihi Kegelapan. Itulah aku. Hanya sedikit Cinta yang masih teringat di dalam diriku, aku bisa mengendalikan Kegelapan yang aku miliki," jelasnya.

"Saya mengenal Tuanku dengan sangat baik," sahut Gregorious. "Lantas, mengapa saat ini Tuanku ditugaskan oleh Bapa untuk menjaga Cherry?" tanyanya.

"Sewaktu Bapa memberikanku tugas untuk melindungi manusia, akupun terheran. Sebab, sudah lama aku tak menjadi Malaikat Pelindung bagi siapapun. Tapi akhirnya aku mulai paham. Karena misi yang sama, kami dipertemukan kembali," jawabnya.

Gregorious menatap rerumputan yang bergoyang tertiup oleh angin. Hembusan angin malam itu menyibakkan rambut keemasannya. Matanya seperti menatap sesuatu, tapi sebenarnya tidak. Pikirannya sedang memikirkan sesuatu.

Zamael yang adalah Tuannya begitu mengenal baik anak buahnya, Gregorious Malaikat Pelindung Cherry. Dia terbangun dan mengangkat tubuhnya, melayang dengan keempat sayapnya yang berwarna putih keemasan sempurna itu. Jirah penutup wajahnya dipegangnya dengan satu tangan kirinya. Dia menghadap di depan Gregorious. Seolah ia membaca pikiran Gregorious.

"Gregorious...aku ingin berpesan, sebagai Tuanmu. Hati-hati dengan perasaanmu terhadap Cherry. Dia seorang pecinta yang pandai bermain perasaan. Siapapun Malaikat Pelindung selama kelahiran demi kelahirannya, pasti terkena jerat cintanya. Tidak ada satu malaikat pun yang lolos dari api neraka setelah menjadi pelindungnya. Aku berharap, kamu adalah Malaikat Pelindungnya yang ke 9.999 yang bisa lolos dari panasnya api neraka dan kembali pulang ke surga, berperang bersama denganku lagi," jelasnya sambil keduanya melayang terbang dengan kedua sayap mereka ke arah pintu jendela kamar Cherry tertidur. "Baik, Yang Mulia Tuanku," jawabnya penuh hormat.

Zamael mengubah pakaian perangnya menjadi setelan tuxedo ketika memasuki kamar Cherry, dengan sekejap, hanya dengan sebuah kedipan matanya. "Cinta hanyalah ilusi. Ia datang dan pergi. Tidak kekal adanya. Terlalu menggenggam cinta maka akan menimbulkan penderitaan...yang amat sangat. Pahamilah ini, Gregorious," pesannya lagi kepada Gre seraya meletakkan sekuntum mawar merah di tangan mungil Cherry yang tengah tertidur lelap.

"Baik, Yang Mulia Tuanku."

"Terima kasih, Gregorious. Mohon jaga Cherry dengan baik," Zamael berpesan seraya menghilang dari pandangan Gregorious.

Itulah percakapan rahasia antara Archangel Zamael dengan Malaikat Pelindung Gregorious.

Begitu bermakna.
Menimbulkan kesan yang dalam.
Untuk jadi pelajaran semua manusia di bumi.

Tentang manisnya buah cinta.
Sekaligus pahitnya racun cinta.

Written by : Yanti Kumalasari, S.Ds.
Fan-page Writer :  https://www.facebook.com/thesoulreader.jkt/
Editing by : Kepik Romantis / PVA