Saturday, February 22, 2020

Gelap dan Terang - Chapter 7 -

Matahari selalu berganti dengan Bulan. Begitu pun dengan Bulan selalu berganti dengan Matahari. Semua yang ada di alam semesta ini menjadi seimbang karena adanya Gelap dan Terang. Hitam dan Putih. Yin dan Yang.

Beberapa hari ini entah mengapa aku menjadi mudah emosi. Setiap harinya ada saja hal-hal yang membuat emosiku bergejolak. Hanya hal sepele padahal. Begitu sadar, aku langsung menarik nafas panjang dan memusatkan diri pada ketenangan kembali.

Hingga suatu hari aku bersamadhi mendalam, aku baru mengetahui penyebabnya. Ringkas cerita, aku bertemu dengan Malaikat Pelindungku yang baru diutus oleh Bapa. Namanya Zamael. Dia adalah Malaikat Kematian. Gelap dan Terang ada di dalam dirinya. Dia memiliki tugas atas Neraka dan atas Surga.

Dia bisa menjadi sangat bengis dan kejam saat menghajar dan melenyapkan para iblis di neraka yang tidak bisa dibimbing lagi, tapi sekaligus juga sangat sopan, hormat, santun, lemah lembut dan tentunya mengerti bagaimana cara membuatku tenang ketika aku meneteskan air mata.

Zamael adalah salah satu dari tujuh Archangel yang memimpin jutaan para malaikat surgawi yang terkuat.

Gelap dan Terang. Sesungguhnya, jiwa seseorang hanya dapat dimurnikan dengan adanya Gelap dan Terang. Hitam dan Putih. Matahari selalu berganti dengan Bulan. Begitu pun dengan Bulan selalu berganti dengan Matahari. Semua yang ada di alam semesta ini menjadi seimbang karena adanya Gelap dan Terang. Hitam dan Putih. Yin dan Yang.

Archangel Zamael adalah satu-satunya Archangel yang diizinkan Bapa untuk mencabut nyawa makhluk yang hidup. Oleh sebab itu, Archangel Zamael adalah Archangel yang paling ditakuti semua makhluk yang hidup di alam semesta ini.

Karenanya, dia berpesan bahwa dia belum bisa tinggal bersama diriku, seperti Gregorious, Malaikat Pelindungku. Sebabnya, jiwa dan ragaku belum mampu menampung energi kegelapan yang dimilikinya. Dia berkata agar aku selalu memurnikan diriku. Agar kelak, Gelap dan Terang pun menyatu harmonis dan sempurna dalam diriku. Bila sudah memahami ini, aku akan benar-benar bertransformasi menjadi Cherry yang Bijaksana, seperti yang Gre harapkan...

Ya, saat ini aku masih menjadi Cherry Kecil, yang masih bisa menangis melihat penderitaan para makhluk di alam neraka. Batinku masih bisa bergejolak. Batinku belum cukup tenang seimbang untuk melihat semua fenomena yang ada di alam semesta ini. Terutama, soal cinta...cinta adalah ujian terberat sepanjang kelahiran demi kelahiranku menjadi manusia.

Aku memutuskan untuk mengambil waktu dan berbincang dengan Bapa dalam doa. Aku pergi ke kapel doaNya. Berdiam diri disana. Merenung. Menikmati aura spiritual yang penuh dengan Cinta Kasih Bapa.

Doaku :

"Bapa di dalam surga...

Terima kasih atas nikmat hidup yang Kau beri
Terima kasih atas kebaikan yang aku terima
Terima kasih atas penolong yang Kau utus,

Archangel Zamael.

Mampukan aku, Bapa...
agar dapat memahaminya
agar dapat belajar kebijaksanaan darinya
agar jiwaku semakin termurnikan lagi karenanya

Aku tahu...
Zamael yang Kau utus adalah penolong
Tapi sekaligus rintangan hidupku, Bapa.
Oleh sebab itu, Bapa...

Jadikanku semakin sabar
...semakin welas asih
...semakin tenang seimbang
dalam kondisi apapun...

Terima Kasih ya Bapa...
Terima Kasih...

Semua doa dan permohonan ini,
Aku serahkan ke dalam tanganMu
Melalui perantara Yesus Kristus, PuteraMu.

Amen."

Kini hatiku diliputi oleh kedamaian yang amat sangat.

Gregorious dan Zamael, Malaikat Pelindungku pun ada bersamaku saat ini. Mereka mendengarkan doa yang baru saja aku daraskan kepada Bapa. Gregorious mendampingiku berdoa di samping kiriku. Dan Zamael berdiri di belakang kapel menjagaku...oh tidak, tepatnya menjaga semua umat yang datang dan pergi berdoa di kapel doa itu.

Aku masih dalam posisi berdoa. Mataku masih terpejam. Aku hanya ingin menikmati suasana kedamaian ini.

Zamael datang berlutut di sebelah kananku dengan bersimpuh pada salah satu kakinya. Dia di sampingku kini.

"Cherry, suatu saat engkau pasti akan mengenalku dengan baik," katanya membisikkanku dibalik jirah penutup wajahnya.

Aku menatapnya, cukup lama. "Bagaimana aku bisa mulai mengenalmu, jika jirah itu selalu menutupi wajahmu?" aku membatin.

"Apakah sebuah penampilan penting untukmu?" tanyanya.

Aku terdiam. Seakan suaraku tertelan di kerongkonganku sendiri. Ingin marah. Tapi masa kah marah pada Archangel? Kurang sopan rasanya. Tapi dia benar-benar membuatku sedikit kesal.

Ah...lupakanlah amarah ini. Anggap saja ini sebuah cobaan. Ini kedua kalinya kehadirannya justru menghancurkan keheninganku. Selalu begitu. Saatku sudah merasa hening dan damai, lalu timbul amarah dalam batinku sejak dia hadir menjadi Malaikat Pelindungku yang baru.

Ya. Aku tersadar. Aku belum benar-benar menghancurkan kekotoran batin di dalam diriku. Kedamaian yang kurasakan barulah mengendapkan kekotoran batin yang aku miliki.

Justru kehadirannya adalah pengasah batinku agar semua kekotoran batinku dapat lenyap sempurna...kelak.

Aku mencoba untuk menenangkan diriku kembali. Aku menarik nafas mendalam.

"Kau ingin mengetahui seperti apa rupaku?" tanyanya memecah keheningan ini.

"Ya...jika kau mengijinkan..." jawabku. Tidak tahu mengapa, aku merasa harus melihat wajahnya. Terutama kedua bola matanya. Aku dapat melihat masa lalu serta karakter suatu makhluk hanya dari tatapan matanya. Untuk itulah aku sangat penasaran sekali.

Kami terdiam.

Pertanyaanku membuatnya sedikit berpikir. Perlahan ia mulai membuka jirah penutup wajahnya, membuka setengah wajahnya, dimulai dari dagu dan bibirnya. Membuatku semakin penasaran...

Namun tiba-tiba datang umat yang mendaraskan doa kepada Bapa di kapel itu, di depanku. Aku mendengar isak tangisnya. Empatiku tidak dapat bersembunyi dari relung batinku. Hatiku ikut teriris mendengar isak tangisnya. Ada energi kesedihan yang amat sangat dari tangisannya. Aku pun meneteskan air mataku.

Lalu aku berdoa lagi kepada Bapa :

"Bapa...

Aku mohon supaya Engkau memberi jalan keluar, ketenangan, damai sejahtera dan kebahagiaan bagi para umat yang berdoa disini.

Kasihanilah mereka, ampunilah mereka ya Bapa.

Meski aku tidak tahu apa masalah yang sedang dihadapi para umat disini, tapi aku yakin Engkau pasti turut campur dalam setiap mujizat yang datang dalam hidup mereka kelak, ya Bapa.
Terima Kasih, Bapa.

Amen."

Dalam doaku, aku melihat para malaikat melayang di sekitar kapel dan menebarkan benih-benih kasih sayang kepada mereka semua yang mendaraskan doa di tempat itu.

Gregorious dan Zamael turun tangan memberantas kegelapan yang ada dalam diri mereka saat itu. Kegelapan yang ada dalam diri mereka seolah dicabut melalui atas kepala mereka. Semua roh ketakutan, kegelisahan, kecemasan, dan segala roh kegelapan yang tidak baik dalam diri mereka dicabut saat itu juga. Sehingga membuat hati mereka lebih nyaman. Seharusnya. Imanku.

Aku pun menyudahi doa malam hari di kapel itu. Ketika aku membuka mata, tiba-tiba aku melihat secarik kertas kecil yang bertuliskan,

"Ziarah Maria Fatima
Gereja “Konstantine” Jayakerta"

Entah darimana datangnya. Tiba-tiba tertinggal secarik kertas bertuliskan demikian.

Aku pun bertanya pada kedua malaikat pelindungku. Mereka tidak menjawabnya. Mungkin ini hanya Rahasia Tuhan yang belum saatnya untukku tahu. It's Ok. All is Well.

Pasti ada makna dibalik kata-kata. Dan aku menyimpannya dalam tasku. Suatu saat aku pasti membutuhkannya. Pasti. Dengan imanku.

Hanya saja, malam ini aku belum dapat memecahkan teka-teki tulisan itu. Tidak apa.

Akupun turut bahagia.
Harapku, semoga mereka semua berbahagia.

Amen.

Written by : Yanti Kumalasari, S.Ds.
Fan-page Writer :  https://www.facebook.com/thesoulreader.jkt/
Editing by : Kepik Romantis / PVA