Thursday, July 4, 2019

Guardian Angel - Prologue -

 "Aku hanyalah Cherry Kecil yang sedang belajar menjadi Cherry Bijaksana agar bisa mendapatkan kembali keempat sayapku dan pulang ke surga."
 
Sepasang sayap putih...
Jubah putih...
Wajah yang memancarkan sinar...
  

Itu namanya Malaikat, Sayang,” Mom memberitahu.

Malaikat itu apa sih, Mom?” aku mencoba bertanya pada Mom.

Malaikat adalah sesosok makhluk yang sangaaat suci. Dia nggak pernah nakal, bandel, berbohong atau pun membantah orang tua.”

Malaikat punya orang tua ya? Apa orang tua Malaikat punya sepasang sayap juga, Mom?” aku terus bertanya untuk menghilangkan rasa penasaranku.

Nggak, Sayang. Malaikat itu sebatang kara, ia nggak mempunyai orang tua,” Mom mencoba menjawab pertanyaanku. “Lalu…” Mom menyelimuti tubuhku.

Lalu…?”

Malaikat hanya bisa dilihat oleh anak yang baik hati dan suka rajin belajar,” Mom mengukir dalam senyumnya, lalu mencium dahiku.

Ooo… Kalo gitu, wajah Malaikat itu seperti apa ya?”

Yang pasti, Malaikat itu sempurna karena ia nggak pernah berbuat jahat,” Mom membelai rambutku dengan lembut.

Di sebelah tempatku berbaring nampak sebuah lampu meja kecil berbentuk kotak persegi panjang dengan sebuah jam alarm berbentuk panda berwarna cokelat muda. Aku menatap wajah Mom.

Mom, apa Cherry anak yang aneh?”

...Kenapa tanya itu, Sayang?” Mom mengangkat kedua alisnya.

Hmm...Cherry merasa beberapa orang menganggap Cherry adalah anak yang aneh."

Ah, nggak kok Sayang. Nggak ada yang aneh. Cherry kan punya sepasang mata, sepasang tangan, dan sepasang kaki. Kita sama kan?” Mom meyakinkan sambil menunjukkan bagian-bagian tubuhku.

Tapi, Cherry ingin punya sepasang sayap juga, seperti Malaikat. Biar bisa terbang, Mom.”

Hush, anak nakal! Kamu mau terbang ke mana memangnya?” tanyanya penasaran dengan kerutan di antara kedua alisnya.

Cherry mau ke surga,” jawabku sambil menatap dalam kedua mata Mom.

Mom terenyuh setelah mendengar jawaban yang baru saja kulontarkan. Rasa penasaran menyelimuti dada Mom sepertinya, “Memangnya, Cherry tahu apa tentang surga?” sorot mata Mom lunglai dan berkaca-kaca.

Surga itu luaaaas lho, Mom,” Jelasku sambil merentangkan kedua tanganku lebar-lebar penuh semangat. “Bumi ini kecil sekali kalau dibanding surga. Surga beda sama bumi. Bumi beda sama surga. Dan di surga banyak sekali makhluk yang mempunyai sepasang sayap putih. Seperti...Malaikat yang Mom bilang itu. Jumlahnya ada ratusan juta lho, Mom! ” jelasku bersemangat.

Mom terus menyimak dalam tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Mungkin ia menunggu sampai aku selesai berbicara.

Tapi...ada empat makhluk yang masing-masing mempunyai tiga pasang sayap ditubuhnya. Sepasang sayap menutupi dada sampai kakinya, dan dua pasang sayap lagi ada di punggungnya. Wajah keempatnya berbeda-beda. Ada yang seperti manusia. Dan keempat-empatnya mengelilingi cahaya yang sangaaaat terang. Terang sekali,” lanjutku.

Mom mendengarkan celotehku dengan seksama.

Mom tahu nggak, sebelum Cherry ada di sini kan, Cherry tinggal bersama cahaya itu dan cahaya itu pernah mengatakan sesuatu untuk Cherry. Tapi Cherry nggak ingat. Kira-kira apa ya Mom?”

Mom menghela nafas panjang, “Mungkin, cahaya itu mengatakan jika Cherry lahir nanti, Cherry harus menjadi anak yang baik,” Mom membelai kedua pipiku.

Mom, apa Cherry bisa seperti mereka?”

Cherry Sayang, ke surga itu nggak harus punya sepasang sayap. Lagipula, di surga itu kan nggak ada lolipop kesukaan Cherry...dan nggak ada buah ceri yang merah dan manis,” pintanya lembut.

Masa sih??” tanyaku penasaran. Aku sangat suka buah ceri.

Hmm...” jawab Mom sambil mengangguk.
Kenapa Mom?”

Karena...semua makhluk yang Cherry bilang barusan itu, nggak punya darah dan daging seperti kita,” Mom menyubit pelan lenganku. “Makanya, mereka nggak bisa dilihat.”

"Tapi Mom, Cherry bisa melihat salah satu makhluk bersayap putih itu kok,” aku meyakinkan.

Sorot mata Mom berubah dan menatapku dalam, “Cherry yakin?”

Iya kok. Belakangan ini, tiga kali Cherry melihatnya. Ada di sana,” menunjuk ke arah taman belakang.

Mom bersamaku menengok ke arah taman belakang arah jendela kamar yang kutunjukkan. Namun, ia tidak menjawab sepatah kata pun.

Dan terakhir, malaikat itu menoleh ke arah Cherry beberapa hari yang lalu. Kenapa Cherry bisa melihatnya, Mom?” aku heran penasaran.

"Karena Cherry anak yang baik. Iya, Cherry anak yang baik,” kedua bola mata Mom berputar membentuk seperti sebuah putaran.

Kenapa harus anak yang baik?” alisku sedikit mengangkat.

Karena malaikat adalah makhluk yang baik. Nah, makanya Cherry jangan berteman sama anak nakal ya, ” Mom menjelaskan.

Kenapa, Mom?” aku tampak bingung mendengar pernyataan Mom.

Karena nanti nakalnya bisa ketularan dong.”

Hihihi... Kayak penyakit aja ya Mom,” aku geli. “Tapi, apa anak nakal itu akan selamanya nakal ya Mom?” aku bingung lagi.

Nggak juga,” Mom tersenyum.

Kalau begitu, suatu saat Cherry ingin semua anak nakal menjadi anak yang baik, biar bisa melihat malaikat, Mom,” kataku mantab.

Bagaimana caranya, Sayang?”

"Semua anak baik berteman aja sama anak nakal biar baiknya bisa ketularan. Hahahaha...”

Kalau yang ketularan nakalnya gimana dong?”
Mana mungkin, kan anak baik berteman sama malaikat. Malaikat itu kuat. Pasti malaikat membantu anak baik supaya anak-anak nakal menjadi anak-anak yang baik juga.”

Mom tertegun mendengar jawabanku yang masuk akal entah tidak itu. Padahal aku juga baru mengetahui tentang Malaikat dari Mom. Tapi itulah yang ingin aku katakan, walau hanya spontan terlintas dalam benakku. “Cherry memang anak yang pintar. Jadi, Cherry bukan anak yang aneh. Cherry jangan pernah untuk berpikir seperti itu lagi ya,” Mom membelai rambutku dan menatapku prihatin. Lalu ia memelukku lembut, “Mom bangga mempunyai Cherry. Cherry tahu tidak, Cherry adalah harta Mom yang paling berharga di dunia ini,” bola mata Mom nampak mulai basah.

Terima kasih, Mom. Cherry juga senang sekali lho mempunyai Mom yang menyayangi dan mengerti Cherry,” kedua tangan mungilku langsung merengkuh tubuh Mom. “Saat ini Cherry seperti di surga, Mom,” aku menarik nafas panjang dan mencoba merasakan suasana ini dengan menutup kedua mataku.

"Anak baik juga nggak selamanya menjadi anak yang baik kan? Makanya, Cherry harus berjanji, Cherry harus menjadi anak baik selamanya. Jangan mengecewakan Mom. Ya?” Mom menunjukkan jari kelingkingnya.

Aku pun mengaitkan jari kelingkingku pada jari kelingking Mom. “Iya. Cherry janji, Mom,” aku tersenyum. Kami pun tertawa.

Kini jari kelingking kami bersatu, seolah tidak dapat dipisahkan. Oleh siapa pun... Aku sangat menyayangi Mom.

Mom memegangi kedua pipi mungilku. “Besok pagi Cherry sekolah kan?”

Aku menjawab pertanyaan Mom dengan mengangguk tanda “iya”.

"Ya sudah, sampai sini dulu ya dongengnya. Cherry harus bobo biar besok bisa bangun pagi,” Mom yang masih memegangi kedua pipiku mencium dahiku sekali lagi.

Oke, Mom. Nite, Mom.”

Lampu kamarku pun dimatikan oleh Mom. Kini hanya ada sedikit penerang dari lampu meja kamarku. Semuanya terlihat serba samar-samar.
Kupegangi pipiku yang sedikit menghangat. Entah mengapa, aku sangat bersemangat berbicara tentang malaikat pada Mom. Kuambil sebuah cermin kecil di atas meja di samping tempat tidurku. Kuperhatikan sekilas wajahku di cermin di bawah sinar redup pada lampu mejaku. Pipiku masih nampak kemerahan berbentuk hampir bulat diikuti bentuk rahang wajahku yang pendek.

Tiba-tiba saja angin yang tidak diketahui arah datangnya ini sudah menyibak pelan kain gorden jendela kamarku yang menghadap ke arah taman itu. Aku penasaran. Dan aku menantikan kehadirannya untuk yang ketiga kalinya. Segera kuletakkan kembali cermin kecilku pada tempat asalnya dan kusibak kain gorden jendela kamarku yang berada di samping tempat tidurku.

Meski di kejauhan, tetapi kedua mataku tetap bisa terfokus pada sesosok makhluk bersayap serba putih yang memancarkan cahaya itu. Disekeliling tubuhnya hanya terselubung oleh cahaya tipis berwarna putih kekekuningan. Yang paling terang adalah di bagian atas, yaitu wajah tepatnya. Sepasang sayapnya sangat indah dengan bulu-bulu seperti bulu angsa berwarna putih. Putihya seperti salju, dan lembutnya seperti permen Marshmallow yang pernah kumakan beberapa hari yang lalu. Begitu manis rasanya.

Lagi. Atau sebut saja “Malaikat” seperti Mom menyebutnya tadi. Kali ini ia menengok ke arahku. Tapi sayang, aku masih belum bisa melihat dengan jelas wajahnya karena sinar yang memancar dari wajahnya itu. Padahal aku ingin sekali melihat wajahnya. Seperti apa bentuk wajahnya... garis rahangnya... bentuk matanya... bentuk hidungnya... bentuk bibirnya dan... ah, sudahlah...

Apa dia sempurna? Jelek atau tampan ya wajahnya?? Tiba-tiba wajahku semakin menghangat dan memerah seperti...buah ceri, seperti kata Mom.

Aku sering memakan buah ceri dan aku tahu betul warna merahnya benar-benar merah dan terang. Meski kecil tak sebesar buah tomat, tapi rasanya manis. Aku sangat menyukainya, buah ceri, seperti namaku, Cherry Light...

Ups! Gara-gara memikirkan tentang buah ceri, sosok itu menghilang tanpa kusadari. Kedua mataku masih menjelajahi sekitar taman belakang rumahku, mencari sosok itu. Tapi aku tak menemukannya di sisi mana pun. -BERSAMBUNG-

Written by : Yanti Kumalasari, S.Ds.
Editing by : Kepik Romantis / PVA