Thursday, August 8, 2019

Termenung Sejenak Senja

Senja merah merona...,
Mulai tenggelam dalam gelapnya dunia...,
Perjalanan cerita tiba di penghujung semesta...,
Mulai mengakhiri kisahnya di alam dosa,
Sesaat pun teringat akan roda samsara,
Menduri laksana derita dalam batin yang tersiksa,
Sambil terus berjalan menuju yang tiada...
Semoga tercapai di akhir pantai yang bahagia...


Written by : Kepik Romantis/PVA
Rewrite 301211 to 080819
Picture Source :  http://davidwstoner.net/obli-and-the-crow/crow-flying-into-sunset-3/

Gregorious, Guardian Angel -Chapter 1-

I can see an angel...
 
Pada suatu Purnama, aku terjaga dari tidurku dan menatap ke arah jendela, dimana di luarnya terdapat hamparan kebun bunga yang cukup luas. Aku melihat sesosok makhluk bersayap dengan cahayanya yang sering menjaga kemanapun aku pergi. Gregorious namanya, yang artinya adalah Penjaga yang Dipercaya.

"Malam, Gre..." sapaku penuh kehangatan.

"Malam, Cherry. Kenapa kamu masih terjaga tengah malam seperti ini?" tanyanya lembut seakan membisikkanku seperti desiran angin.

"Aku melihatmu seperti sedang berpikir sesuatu dan sedih. Ada apa?"

Gre diam sejenak sambil menghembuskan panjang nafasnya. Lalu ia menatap Purnama dengan sangat dalam. "Aku sedang bertanya-tanya di dalam hatiku: Kapan waktunya Cherry Kecil menjadi Bijaksana dan akhirnya selesailah tugasku untuk menjagamu di dunia, sehingga aku bisa kembali ke surga?"

Aku menghembuskan nafas lega. Aku mengira ada sesuatu masalah sehingga membuat Gre, malaikat penjaga yang kusayangi itu begitu cemas. "Jika kau mencemaskanku, aku berjanji akan cepat menjadi Cherry yang Dewasa dan Bijaksana...mulai sekarang," timpalku dengan sebuah senyuman. Senyuman yang manis seperti manisnya buah Cherry, seperti biasanya.

"Ya." Dia menatapku seperti tanpa ekspresi apapun. Aku kira, pernyataanku dapat membuatnya sedikit terhibur dan gembira. Ternyata masih ada hal lain yang ada di dalam hatinya. Aku tidak tahu apa yang dipikirkannya. Sebab aku tidak dapat membaca pikiran seorang malaikat.

"Mengapa kau tidak gembira? Apakah masih ada hal lain yang kau pikirkan, Gre? Ceritakanlah...malam ini, aku adalah pendengar baikmu. Hitung-hitung, balas budiku karena selama ini aku telah banyak merepotkanmu, Gre," aku menyentuh bahunya yang keras itu, bagaikan memegang sebuah besi baja yang kokoh. Dan tak lupa, aku selalu memberinya senyuman yang indah. Biasanya, senyumanku selalu bisa membuatnya tenang dan mempercayaiku.

"Che...begini. Kau tahu, kita sudah lama bersama. Aku sudah berada di sampingmu, menjagamu, dari kau masih kecil hingga kau sebesar ini, tumbuh menjadi Cherry yang cantik. Sejujurnya, aku bahagia bila tugasku di dunia ini selesai untuk menjagamu, dan membantumu menjadi Seorang yang Bijaksana kelak. Tapi..." suaranya terhenti dengan tiba-tiba dan dia terdiam.

"Tapi apa?" tanyaku lembut, seperti hembusan angin yang membuat helaian daun bergeming kecil.

"Tapi...di lain sisi aku merindukanmu..."

Aku terperangah menatapnya. Mataku membelalak lebar. Bibirku terkunci rapat. Hanya terdengar nyanyian jangkrik dan tarian rerumputan yang harmoni di bawah Purnama malam ini. Sebentar saja. Lalu aku tersadar kembali. "Kalau begitu, aku tetap menjadi Cherry Kecil saja, dengan begitu kita akan tetap selalu bersama seperti saat ini, dan kau tak perlu kembali ke surga," ceplosku tanpa berpikir.

"Tidak. Tidak bisa begitu. Saat itu akan tiba...dan harus tiba. Takdirmu adalah Menjadi Seorang yang Bijaksana kelak. Dan aku hanya ditugaskan untuk menjaga dan membantu sampai pada jalan itu..." pintanya tegas sambil menatapku, dan memegang erat kedua bahu mungilku.

Aku menatap dan menyimak setiap ekspresinya saat ini. Aku dapat merasakan hatinya. Aku dapat merasakan desahan nafasnya. Baru kali ini aku melihatnya cemas seperti itu. Gre yang kukenal biasanya selalu tenang, bahkan tanpa ekspresi. Tapi kali ini berbeda. Kedua bola matanya menatapku sangat mendalam. Wajah kami hampir berdekatan. Pikiranku terhenti untuk sesaat. Aku tak dapat berpikir apapun...baik tentangku, maupun tentangnya.

Hidungnya yang kokoh itu menyentuh hidung mungilku. Dia menghela nafas kecil. Terdiam. Dan melepaskan genggaman tangannya pada kedua bahuku yang mungil ini. "Maaf..." katanya hampir berbisik. "Jika kita berciuman, kedua sayapku...dan juga kekuatanku akan lenyap, aku tak bisa kembali ke surga dan tak akan memiliki kekuatan untuk melindungimu."

"Aku mengerti. Kalau begitu, aku berjanji akan menjadi Seorang yang Bijaksana kelak, sehingga aku dapat memiliki kedua sayapku kembali dan pulang ke surga..", jawabku padanya dengan tersenyum gembira. "Di sana aku akan mencarimu kembali...dan kita bisa bersama lagi," ucapku tanpa berpikir.

Mendengar kata-kataku yang tidak dipikirkan itu, membuatnya tersenyum gemas dan tertawa. "Ha ha ha...Cherry...Cherry...kamu tetaplah Cherry Kecil. Apakah kamu tahu, ketika kamu pulang ke surga nanti, bahkan kamu tidak sempat berpikir untuk memikirkan aku lagi. Hatimu akan dipenuhi oleh tarian dan nyanyian kedamaian surgawi."

"Benarkah?" tanyaku.

"Apakah seorang Malaikat pernah berbohong?" tanyanya tersenyum.

"Tidak. Aku percaya Gre."

"Cherry...apakah kamu pernah berpikir kenapa kamu bisa sampai turun ke dunia dan menjadi manusia?"

"Iya, aku dulunya adalah seorang Malaikat yang nakal. Aku melanggar aturan surga. Karena itu kedua sayapku lenyap dan aku berkali-kali terlahir menjadi manusia," aku mencoba mengingat-ingat kembali.

"Iya benar. Nafsu Cintalah yang menyebabkanmu terlahir berkali-kali menjadi manusia dan harus menjalani beberapa kisah cinta manusia di dunia. Maka dari itu, perjalanan spiritualmu saat ini membawamu kepada ajaran Cinta Kasih. Dimana, kamu harus belajar meluaskan Cintamu kepada banyak orang, semua makhluk, bahkan kepada mereka yang menyakitimu. Cinta Kasih memampukanmu untuk memahami seluruh penderitaan ini dan menjadikanmu Seorang yang Bijaksana kelak."


"Iya Gre. Terima kasih sudah mengingatkanku kembali. Aku berjanji padamu, aku pasti menjadi Cherry yang Bijaksana...dan pulang ke surga."
"Janganlah berjanji padaku. Tapi berjanjilah pada Bapa yang bersemayam di dalam sana," pintanya lembut sambil menyentuh tepat di tengah-tengah antara kedua dadaku dengan jari telunjuknya.


Written by : Yanti Kumalasari, S.Ds.
Editing by : Kepik Romantis / PVA