Di
zaman serba modern kekinian, mungkin ungkapan pribahasa-pribahasa
kuno sudah banyak yang melupakannya, apalagi karena rutinitas
kesibukan sehari-hari. Terbiasa dengan lingkungan sehari-hari yang
cuek, biasa, umum dan terlalu sering “menyepelekan/masa bodo”
yang semakin lama sudah mulai melupakan larangan-larangan nenek-kakek
moyang kita terdahulu yang bisanya mereka selalu terus-menerus sibuk
menasehati kita agar selalu waspada, ingat-ingat dan hati-hati.
Seberapa
sering kita dengar nenek-kakek moyang kita dulu selalu bilang,
“Hati-hati di jalan yah…”, biasanya sebelum kita pergi ke suatu
tempat, saat berpamitan dengan mereka. Mungkin kalimat itu terkesan
“sepele” atau tidak terlalu penting buat kita yang terbiasa
mendengarnya, hingga kedua orang tua kita pun kadang mengulang-ulang
juga dan sering mengucapkan kalimat yang sama.
Terkadang
kalimat yang singkat dan terdengar “sepele” itu, malah memiliki
banyak makna yang mendalam. Apabila kita mau merenung sejenak,
nenek-kakek moyang kita mengingatkan agar kita dimanapun berada agar
selalu mawas diri, sadar diri, ingat diri dan berhati-hati dalam
setiap tindakan prilaku kita agar selalu dijaga/dipelihara dan
diperhatikan sebaik-baiknya.
Melihat
Peliharakanlah Mata, artinya kedua mata yang melihat, bukan berarti
boleh melihat apa yang dilihat semuanya, sebagai sumber penglihatan
kita, wajiblah kita menjaga dan memelihara kedua mata kita, karena
apa yang kita lihat, itulah yang menjadi awal munculnya alam pikiran
kita juga. Pikiran kita senantiasa harus dijaga dengan melihat yang
layak/haknya kita untuk melihat, janganlah ingin melihat hal-hal yang
bukan menjadi hak milik kita, Kecuali kita telah mendapatkan Izin
yang resmi untuk menjadi hak kita yang melihatnya. Misalkan/contoh :
melihat/mengintip/mencontek jawaban milik orang lain, di saat
ujian/ulangan di sekolah/kuliah ; atau juga meniru/mencontek/plagiat
hasil karya milik orang lain sama saja dengan mencuri hasil karya,
yang jelas menunjukkan bukan mental pribadi jiwa watak yang baik,
karena merasa iri, merasa cemburu dan merasa ingin memiliki yang
bukan menjadi hak milik kita.
Berjalan
Peliharakanlah Kaki, artinya saat kita bertindak melakukan sesuatu
hendaknya diperhatikan setiap gerakan/tindakan tersebut, agar tidak
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti kecelakaan ataupun
musibah lainnya. Misalkan/Contoh: Seberapa sering kita saat berjalan
terkadang tiba-tiba keseleo, terjatuh, terjerembab, terpeleset,
tersenggol, tertabrak, bahkan yang lebih buruk lagi kesasar/tersesat
hingga malah salah jalan ke jalan buntu.
Berkata/Berbicara
Peliharakanlah Mulut/Lidah, ada pepatah terkenal “Tajam Lidah dari
pada Pedang” atau “Lidah Tak Bertulang Tapi Bisa Lebih Tajam dari
pada Pedang, Tetapi Pedang Bermata Dua”, maksudnya berhati-hatilah
bericara/berucap/berkata sesuatu, karena selain dapat menyakiti
perasaan orang lain juga dapat menyakiti/mencelakai diri kita
sendiri. Misalkan/Contoh : Ucapan kasar mencaci memaki bahkan
menghina dan merendahkan, selain menyakiti hati perasaan orang lain,
juga membawa masalah bagi kita karena suatu saat mungkin orang lain
bisa marah dan dendam akhirnya bukan membawa kebaikan melainkan malah
malapetaka, bahaya, kerugian dan bahkan kesusahan bagi kita. Atau
juga berbohong, berjanji-janji palsu, banyak kita sering mendengar
orang yang hobi membual, berbicara “tinggi / besar” tapi ternyata
malah “Tong Kosong Nyaring Bunyinya”, hobinya mengumbar
janji-janji manis, rayuan busuk, mulutnya manis tetapi ternyata penuh
kepalsuan/bohong/dusta dan “beracun” yakni saat ditanya kembali
prihal pembuktian dari janji-janjinya, dia malah berkilah marah dan
mengalihkan pembicaraan dengan mencari-cari alasan lain dengan
memojokkan menunjukkan semua kekurangan kesalahan-kesalahan kita
terlebih dulu. Para “manusia palsu” pembual ini hanya akan
membuatmu terbang melayang dengan ribuan ucapan manisnya yang penuh
dusta, tetapi setelah keinginannya terpenuhi, kita hanya akan
dibuang, dilupakan, ditinggalkan, diinjak-injak, dihina, direndahkan
dan difitnah dengan berbagai tuduhan palsu menyakitkan karangannya
untuk menunjukkan semua kelemahan, kesalahan dan kekurangan diri
kita. Belum lagi manusia “kepo” yang hobinya “Ember Bocor”,
alias hobi kesukaannya yang membuka-buka/menceritakan segala rahasia
curhatan masalah kesulitan/kesusahan/penderitaan dari pribadi
seseorang ke banyak orang apalagi yang diceritakan adalah tentang
“aib/keburukan/kejelekan/kekurangan” seseorang kepada banyak
orang, sehingga menjadi gunjingan/gossip, bahkan menjadi bahan
cemoohan/hinaan dan fitnahan yang menyebar dimana-mana. Selain
menghancurkan hidup orang lain juga membuat malu sangat menyakitkan
bagi seseorang apalagi bila masalah itu adalah masalah perasaan cinta
seseorang, yang terkadang beritanya belum tentu benar terbukti adanya
malah sudah ditambahkan dengan cerita bohong/palsu lainnya. Adalagi
manusia keji lainnya yang hobinya “Mengadu domba” alias “Lidahnya
Bercabang Dua” seperti Ular beracun, setiap ucapannya bertujuan
untuk menyulut pertikaian, permusuhan, keributan dan pertentangan,
sehingga terjadi putus hubungan silaturahmi, sampai yang terburuk
bahkan bisa terjadi perang saudara, semua hanya karena kejahatan
lidah/mulut.
Ucapan
inilah yang terkadang sangat “sepele” dan banyak orang melupakan,
tidak sadar, padahal sebuah kalimat saja yang terucap, pastilah tidak
bisa ditarik kembali. Ibarat tidak mungkinlah ada orang mau mengaku
akan “Menjilat Ludahnya Sendiri”. Berhati-hatilah
berucap/berbicara, sebaiknya sebelum berbicara/berucap/berkata, kita
berpikir 10x (Sepuluh Kali) sebelum kita mengucapkan, mengatakan
sesuatu hal apapun, apalagi yang dapat menimbulkan polemik/masalah.
Memang
banyak waktu dan mudah dapat berkata Khilaf, Lupa ataupun mengatakan
“Maaf”, tetapi itu tidaklah cukup, apabila Tidak disertai
Tindakan/Prilaku/Watak yang mengalami perubahan nyata secara
signifikan menjadi lebih baik dan benar.
Berusaha
berBesar Hatilah apabila kita selalu menjadi korban yang dizolimi,
disakiti, dijahati, dihina, direndahkan, dibenci, dimarahi apalagi
jadi bulan-bulanan diinjak-injak dengan segala macam cemoohan. Sebab
Tuhan/Allah Tidak Tidur, pastilah segala sesuatu ada hikmahnya yang
dapat kita ambil, mungkin kita sedang diuji agar lebih tabah, sabar
dan ikhlas. Bukan berarti jika kita pernah menjadi korban, lalu kita
juga jadi ikut-ikutan “Lupa” dan ingin membalas dendam dengan
berwatak buruk juga, dengan membalas dendam, masalah tidak akan
selesai, lebih baik kita belajar mengalah dan “legowo” atau
melepaskan, merelakan dan biarkanlah berlalu, ibarat pepatah “Anjing
Menggonggong Kafilah Berlalu” dan Ingatlah bahwa “Mulut-mu
Harimau-mu”.
Pesan
Penulis, Tetaplah selalu menjaga dan memelihara pikiran, ucapan dan
perbuatan kita. Berhati-hatilah dalam setiap langkah kita, jagalah
selalu mata, jagalah peliharakan kaki kita saat berjalan dan
berhati-hatilah saat berbicara/berucap sesuatu hal apapun juga.
Belajar Berbicara/Berkata itu tidaklah semudah membalikkan telapak
tangan, karena perlu kepekaan, perhatian, serta kepedulian,
dan setiap ucapan itu, janganlah sampai menyakiti dan menyinggung
perasaan hati orang lain, dan janganlah berdusta apalagi berjanji
palsu/berbohong, terlebih lagi ingkar janji, dan janganlah juga membuat polemik
alias memperkeruh suasana, karena ucapan yang membawa berita
keributan, risau dan kekacauan yang meresahkan bagi banyak orang.
Sekalipun kita pernah menjadi korban “Sakit Hati”, cukuplah kita
simpan semua itu dan lepaskan lalu lupakanlah, tidak perlu membalas
dendam dengan hal yang sama kepada orang lain lagi, karena hanya akan
memperpanjang waktu yang menyakitkan tersebut. Cukup kita banyak
berdoa kepada Tuhan/Allah, serta tetap berikhtiar, berusaha lebih
baik lagi, terus mawas diri mengintrospeksi bercermin diri dan
tetaplah tegar, tabah, ikhlas dan sabar. Hasil Buah yang baik/manis
bukanlah berasal dari bibit pohon yang jelek, Tetapi perlu bibit
tanaman yang baik pula yang ditanam, perlu terus dijaga, dirawat,
diperhatikan dan dipelihara agar pohon tetap tumbuh dengan baik dan
berbuah yang manis.
23102018Written
by : Kepik Romantis / PVA