Notes : Memecahkan makna dalam lagu Chandelier milik Sia
Kalau Anda sudah mendengar sekaligus melihat video klip Chandelier milik Sia, mungkin Anda tidak akan begitu saja bisa melupakannya. Bingung dan bertanya-tanya. Maddie Ziegler, 12 tahun, dalam video klip Chandelier milik Sia. Sia merilis Chandelier tahun 2014 lalu. Dan video klip yang diunggah di akun YouTube resmi miliknya itu telah mencapai 500 juta lebih pengunjung hingga saat ini. Sebagian besar dari Anda mungkin tidak begitu mengerti dengan apa yang dimaksudkan oleh penyanyi yang telah menciptakan lagu untuk Rihanna, Beyonce, dan Britney Spears ini. Sebagian lainnya mungkin berpendapat kalau Maddie Ziegler, penari dalam klip tersebut, harus segera didampingi orang tuanya untuk pergi ke psikiater. Tetapi bukan itu maksudnya. Ada makna yang lebih dalam tersembunyi dalam lagu dan video klipnya. Kecanduan terhadap alkohol yang berujung pada kesepian dan depresi.
Kalau Anda sudah mendengar sekaligus melihat video klip Chandelier milik Sia, mungkin Anda tidak akan begitu saja bisa melupakannya. Bingung dan bertanya-tanya. Maddie Ziegler, 12 tahun, dalam video klip Chandelier milik Sia. Sia merilis Chandelier tahun 2014 lalu. Dan video klip yang diunggah di akun YouTube resmi miliknya itu telah mencapai 500 juta lebih pengunjung hingga saat ini. Sebagian besar dari Anda mungkin tidak begitu mengerti dengan apa yang dimaksudkan oleh penyanyi yang telah menciptakan lagu untuk Rihanna, Beyonce, dan Britney Spears ini. Sebagian lainnya mungkin berpendapat kalau Maddie Ziegler, penari dalam klip tersebut, harus segera didampingi orang tuanya untuk pergi ke psikiater. Tetapi bukan itu maksudnya. Ada makna yang lebih dalam tersembunyi dalam lagu dan video klipnya. Kecanduan terhadap alkohol yang berujung pada kesepian dan depresi.
Secara tersurat lagu Chandelier milik Sia memiliki makna tentang seorang perempuan yang tergantung pada minum-minuman beralkohol. Di mana si perempuan secara sadar memahami kalau masalah yang dialaminya harus segera diakhiri. Ia bertekad untuk keluar dari lingkaran setan yang menerkamnya dengan kejam tapi manis. Namun, ketika apa yang menjadi kebiasaan itu sulit untuk dihilangkan, tekad tersebut kerap berakhir menjadi sesuatu yang mustahil.
Saat pertama kali Chandelier dirilis, sebagian orang mungkin menginterpretasikan lagu ini dengan sebuah video klip yang akan bernuansa gemerlap di klub mahal. Tapi berubah menjadi kejutan saat klip Chandelier hanya menampilkan rumah yang tak menarik, tak terurus, dengan cuma satu orang penghuni. Ketika penonton dibawa untuk menelusuri setiap ruangan kosong pada awal klip, suara bising yang menganggu telinga (white noise) menemani.
Ruangan-ruangan kosong, perabot-perabot yang usang dan dinding dengan cat yang mengelupas bisa mewakili perasaan setiap orang yang mengalami hangover dalam lagu ini : kesepian setelah semalaman dikelilingi oleh keramaian, merasa sendirian, kalut tak karuan tentang apa yang telah ia alami malam tadi. Rasa tak menyenangkan setelah bergelas-gelas alkohol ia telan. Perasaan yang berujung pada penyesalan.
Lagu/klip Chandelier dibuka dengan deretan lirik berbunyi, “Party girls don’t get hurt / Can’t feel anything, when will I learn? / I push it down, push it down..“ Kehidupan “party girls” yang menyebut kalau mereka “don’t get hurt” hanyalah imitasi semata. Tidak merasakan apa-apa dari apa yang seharusnya dialami membuatnya bertanya, kapan ia akan belajar dari kesalahan? Berulang-ulang terjadi, ia hanya bisa menekan perasaan tersebut. Lalu, kenapa ia tidak sadar juga? “I’m the one for a good time call / Phone’s blowin’ up, they’re ringin’ my doorbell / Gotta get out now, gotta run from this..”Sia - Chandelier (Official Video) - Setiap orang hanya menginginkan para gadis pesta “for a good time call.” Mereka berteman dengan orang-orang yang hanya ada di masa-masa menyenangkan. Di balik tembok kamarnya, mereka adalah makhluk yang kesepian. Sendirian sama seperti si penari dalam klip Chandelier yang asyik menari di sebuah pesta tak kasat mata miliknya. Vokal Sia yang serak tetapi kuat mengisyaratkan kalau si perempuan mengalami epifani yang bisa saja mengubah keseluruhan jalan hidupnya. Keluar dari rasa malu.
Apakah berhasil? Anda mungkin berpikir keluar dari siklus yang tak menyenangkan sangatlah mudah untuk dilaksanakan. Tidak. Sama seperti banyak orang, bertekad kadang jauh lebih gampang untuk dilakukan daripada merealisasikannya sendiri. “Here comes the shame, here comes the shame / One, two, three, one, two, three, drink / Throwing back ’till I lose count. “Manusia memerlukan teman hidup, sahabat, keluarga untuk menemaninya di malam-malam dingin yang mengerikan. Terlebih lagi seorang perempuan yang membutuhkan pria di sampingnya di saat-saat terburuk yang bisa ia hadapi.
Lewat Chandelier, Sia juga mengungkapkan kesepian seorang perempuan yang hanya bisa dihilangkan selama beberapa jam di malam melalui bergelas-gelas minuman. Ia mungkin sanggup menyewa (bahkan membeli) satu lantai dansa dengan orang-orang di atasnya, tetapi kemewahan tidak membuatnya mendapatkan orang yang benar-benar peduli padanya.
I was really unhappy being an artist. I was always a drinker but I didn’t know I was an alcoholic. Then I got seriously addicted to Vicodin and Oxycodone. – Sia Furler, Billboard Magazine. Ketika popularitas meninggi, kekangan semakin menjadi-jadi. Untuk para party girls berwajah cantik dengan tubuh semampai idaman kaum Adam serta dilapisi pakaian bermerek, hal lain yang mendekati mereka adalah popularitas. Di sinilah “teman bertopeng” beraksi di sosial media. Unggahan foto selfie miliknya akan dicintai oleh ratusan orang di Instagram, dua baris tweet di akun Twitter-nya akan di-RT oleh puluhan pengikut, dan satu kalimat status terbaru di halaman Facebook miliknya akan dijempoli sebanyak ribuan kali. Ia seolah magnet yang menarik banyak orang. Seolah Bumi yang memberikan daya gravitasinya pada benda-benda yang condong jatuh padanya. Tetapi apakah mereka benar-benar peduli? Tidak!
Maddie menari sembari duduk di meja makan sendirian. Melihat ke depan seakan ia dikerumuni banyak orang. Lalu memalingkan mukanya ke samping dan menyeringai: ia sendirian. Kepedulian yang ingin ia dapatkan membuatnya berpegang pada harapan palsu seolah-olah popularitasnya bisa memberikan apa yang ia inginkan. Kemampuannya menenggak sepuluh gelas Vodka yang membuat sekelilingnya berdecak kagum dirasa cukup. Meski kosong, ia tidak peduli. ”I’m gonna swing from the chandelier, from the chandelier / I’m gonna live like tomorrow doesn’t exist / Like it doesn’t exist / I’m gonna fly like a bird through the night, feel my tears as they dry.“Mengayunkan diri di atas sebuah lampu gantung menuntut posisi yang tak biasa. Hanya orang-orang tertentu yang bisa (berani) melakukannya. Dan salah satunya adalah orang yang tengah berada di bawah pengaruh alkohol. Di mana setelah berayun jadi-jadian, like tomorrow doesn’t exist, ia kembali menyesal. Siklus yang tak pernah berhenti berputar.
Ekspresi Maddie dalam Chandelier yang mewakili sejumlah ekspektasi seorang manusia terhadap kesendirian. Ada banyak hal yang bisa membuat klip Chandelier terasa begitu menyedihkan: seorang gadis yang menari sendirian tidak peduli dengan apa yang ada di sekitarnya. Ketika ia terjatuh, ia berharap ada orang di sana yang akan mengulurkan tangan. Dan seperti yang mungkin juga Anda pikirkan, rumah di dalam klip ini bukanlah rumah yang membuat kita ingin mengunjunginya. Bukan rumah yang nyaman untuk ditinggali.
Dalam video klip Chandelier, menit 03.02, pada tangan kanan Maddie terdapat tulisan yang berbunyi, ‘Whatever Dude’, sedangkan pada tangan kirinya tertulis, ‘Don’t Think’.
Tetapi ruangan-ruangan kosong ini ada dalam hati setiap manusia. Kesepian ada dalam diri mereka yang kerap “berdansa” di banyak ruangan yang berbeda. Dalam diri mereka yang selalu tertawa saat dikelilingi oleh jutaan pasang mata. Namun kita kerap lupa kalau Chandelier milik Sia adalah lagu anti-pesta. Lirik-liriknya yang dalam diteriakan dengan indah oleh Sia Furler. Mungkin lagu ini akan terdengar tidak begitu menggugah jika dinyanyikan oleh orang lain. Bait-baitnya yang menyembunyikan makna seolah-olah "a wake up call" bagi siapapun yang mendengarnya. Tidak memedulikan apa pun, ‘cos I’m just holding on for tonight.
Video klip Chandelier disutradarai oleh Sia dan Daniel Askill.
“But I’m holding on for dear life / won’t look down won’t open my eyes / Keep my glass full until morning light / ‘cos I’m just holding on for tonight.” Perempuan itu berharap malam yang menyenangkan akan berlangsung untuk selama-lamanya sehingga ia bisa kembali “mengayunkan” dirinya dalam satu lampu gantung yang menjadi sorotan, sekaligus menyoroti ruangan. Chandelier mewakili kita semua yang pernah merasakan keramaian yang akhirnya harus berujung pada kesepian.
I was really unhappy being an artist. I was always a drinker but I didn’t know I was an alcoholic. Then I got seriously addicted to Vicodin and Oxycodone. – Sia Furler, Billboard Magazine. Ketika popularitas meninggi, kekangan semakin menjadi-jadi. Untuk para party girls berwajah cantik dengan tubuh semampai idaman kaum Adam serta dilapisi pakaian bermerek, hal lain yang mendekati mereka adalah popularitas. Di sinilah “teman bertopeng” beraksi di sosial media. Unggahan foto selfie miliknya akan dicintai oleh ratusan orang di Instagram, dua baris tweet di akun Twitter-nya akan di-RT oleh puluhan pengikut, dan satu kalimat status terbaru di halaman Facebook miliknya akan dijempoli sebanyak ribuan kali. Ia seolah magnet yang menarik banyak orang. Seolah Bumi yang memberikan daya gravitasinya pada benda-benda yang condong jatuh padanya. Tetapi apakah mereka benar-benar peduli? Tidak!
Maddie menari sembari duduk di meja makan sendirian. Melihat ke depan seakan ia dikerumuni banyak orang. Lalu memalingkan mukanya ke samping dan menyeringai: ia sendirian. Kepedulian yang ingin ia dapatkan membuatnya berpegang pada harapan palsu seolah-olah popularitasnya bisa memberikan apa yang ia inginkan. Kemampuannya menenggak sepuluh gelas Vodka yang membuat sekelilingnya berdecak kagum dirasa cukup. Meski kosong, ia tidak peduli. ”I’m gonna swing from the chandelier, from the chandelier / I’m gonna live like tomorrow doesn’t exist / Like it doesn’t exist / I’m gonna fly like a bird through the night, feel my tears as they dry.“Mengayunkan diri di atas sebuah lampu gantung menuntut posisi yang tak biasa. Hanya orang-orang tertentu yang bisa (berani) melakukannya. Dan salah satunya adalah orang yang tengah berada di bawah pengaruh alkohol. Di mana setelah berayun jadi-jadian, like tomorrow doesn’t exist, ia kembali menyesal. Siklus yang tak pernah berhenti berputar.
Ekspresi Maddie dalam Chandelier yang mewakili sejumlah ekspektasi seorang manusia terhadap kesendirian. Ada banyak hal yang bisa membuat klip Chandelier terasa begitu menyedihkan: seorang gadis yang menari sendirian tidak peduli dengan apa yang ada di sekitarnya. Ketika ia terjatuh, ia berharap ada orang di sana yang akan mengulurkan tangan. Dan seperti yang mungkin juga Anda pikirkan, rumah di dalam klip ini bukanlah rumah yang membuat kita ingin mengunjunginya. Bukan rumah yang nyaman untuk ditinggali.
Dalam video klip Chandelier, menit 03.02, pada tangan kanan Maddie terdapat tulisan yang berbunyi, ‘Whatever Dude’, sedangkan pada tangan kirinya tertulis, ‘Don’t Think’.
Tetapi ruangan-ruangan kosong ini ada dalam hati setiap manusia. Kesepian ada dalam diri mereka yang kerap “berdansa” di banyak ruangan yang berbeda. Dalam diri mereka yang selalu tertawa saat dikelilingi oleh jutaan pasang mata. Namun kita kerap lupa kalau Chandelier milik Sia adalah lagu anti-pesta. Lirik-liriknya yang dalam diteriakan dengan indah oleh Sia Furler. Mungkin lagu ini akan terdengar tidak begitu menggugah jika dinyanyikan oleh orang lain. Bait-baitnya yang menyembunyikan makna seolah-olah "a wake up call" bagi siapapun yang mendengarnya. Tidak memedulikan apa pun, ‘cos I’m just holding on for tonight.
Video klip Chandelier disutradarai oleh Sia dan Daniel Askill.
“But I’m holding on for dear life / won’t look down won’t open my eyes / Keep my glass full until morning light / ‘cos I’m just holding on for tonight.” Perempuan itu berharap malam yang menyenangkan akan berlangsung untuk selama-lamanya sehingga ia bisa kembali “mengayunkan” dirinya dalam satu lampu gantung yang menjadi sorotan, sekaligus menyoroti ruangan. Chandelier mewakili kita semua yang pernah merasakan keramaian yang akhirnya harus berujung pada kesepian.
Sumber : http://feednik.com/memecahkan-makna-chandelier-milik-sia/ (Sagara Kawani) / Feb 15, 2015
Party girls don't get hurt
(Gadis-gadis penggila pesta tak bisa terluka)
Can't feel anything, when will I learn
(Tak dapat rasakan apa-apa, kapan saya 'kan belajar)
I push it down, push it down
(Kutekan/kutahan, kutekan/kutahan)
I'm the one "for a good time call"
(sayalah gadis "yang suka bersenang-senang")
Phone's blowin' up, ringin' my doorbell
(Telepon meraung, bel pintuku berdering)
I feel the love, feel the love
(Kurasakan cinta, kurasakan cinta)
(3x)
1, 2, 3 1, 2, 3 drink
(1, 2, 3 1, 2, 3 minum)
Throw 'em back, till I lose count
(Lemparkan lagi, hingga saya terlupa/tidak sadarkan lagi)
III
I'm gonna swing from the chandelier, from the chandelier
(saya 'kan berayun dari lampu gantung, dari lampu gantung)
I'm gonna live like tomorrow doesn't exist
(saya 'kan hidup seolah tidak pernah ada hari esok)
Like it doesn't exist
(Seolah tak ada hari esok)
I'm gonna fly like a bird through the night, feel my tears as they dry
(saya 'kan terbang seperti burung melintasi malam, merasakan airmataku telah mengering)
I'm gonna swing from the chandelier, from the chandelier
(saya kan berayun dari lampu gantung, dari lampu gantung)
IV
And I'm holding on for dear life, won't look down won't open my eyes
(Dan saya kan bertahan seumur hidupku, takkan melihat ke bawah, takkan membuka kedua mataku)
Keep my glass full until morning light, 'cause I'm just holding on for tonight
(Terus penuhi gelasku hingga pagi datang, karena saya 'kan bertahan malam ini)
Help me, I'm holding on for dear life, won't look down won't open my eyes
(Tolong saya, saya 'kan bertahan seumur hidupku, takkan melihat ke bawah, takkan membuka kedua mataku)
Keep my glass full until morning light, 'cause I'm just holding on for tonight
(Terus penuhi gelasku hingga pagi datang, karena saya 'kan bertahan malam ini)
On for tonight..
(Untuk malam ini..)
Sun is up, I'm a mess
(Mentari naik, saya kacau)
Gotta get out now, gotta run from this
(Harus keluar sekarang, harus lari dari semua ini)
Here comes the shame, here comes the shame
(Rasa malu pun datang, rasa malu pun datang)
(3x)
1, 2, 3 1, 2, 3 drink
(1, 2, 3 1, 2, 3 minum)
Throw 'em back, till I lose count
(Lemparkan lagi, hingga saya terlupa/tidak sadarkan lagi)
Back to III, IV
(2x)
'Cause I'm just holding on for tonight
(Karena saya 'kan bertahan malam ini)
Oh I'm just holding on for tonight
(Oh saya hanya kan bertahan untuk malam ini)
On for tonight..
(Untuk malam ini...)
On for tonight..
(Untuk malam ini...)
Sumber : http://terjemah-lirik-lagu-barat.blogspot.com/2014/07/chandelier-sia.html
terima kasih.
ReplyDeletedari artikel ini saya banyak tau tentang lagu pavorit saya serta penyanyi idola saya.
@imam syahbani : Sama-sama, terima kasih juga :) semoga bermanfaat..
Deletebagus sekali jadi bisa mengerti makna lagu ini sekarang
ReplyDeletemata air le minerale
Thank you
Delete