Liburan Tahun Baru selesai, Bella harus memulai kembali rutinitasnya yang sudah mulai penuh dengan jadwal kuliahnya di ISBJ (Institut Science Bintoro Jayakarta). Karena begitu banyaknya jadwal perkuliahan, dia memilih untuk kerja part time di Perusahaan PT. Mulya Jaya dan meminta izin kepada Bapak Steve untuk mendapatkan tempat tinggal di mess (apartement khusus untuk para pekerja kantor Mulya Jaya) agar dapat memudahkannya bekerja sekaligus kuliah sore, dikarenakan jarak rumahnya hampir 50km lebih dari Kampusnya di ISBJ.
Terkadang saat di kantor pun, Bella sering membawa tugas kuliahnya karena masih berhubungan dengan bidang pekerjaannya menggambar design interior. Bella juga sering meminta pertolongan teman-teman kantornya di saat waktu sengang untuk mengajarinya menggambar prespektif ruangan, konstruksi bangunan dan gambar potongan dengan detailnya.
Sesekali Steve datang ke kantor, apabila setiap ada rapat penting yang berhubungan dengan proyek dan laporan keuangan, dan setiap Steve datang ke kantor, dia selalu memperhatikan Bella yang bekerja di pojokan kanan ruangan kantor, terlihat dari jendela dalam ruang kerja direktur khusus Steve yang terpisah dari ruangan kerja karyawan biasa di luar.
Terkadang Steve merasa bosan berlama-lama di ruangan kerjanya, dia berkeliling melihat karyawan-karyawannya yang sedang asik menggambar dan terakhir dia beralih ke meja kerja Bella, dilihatnya Bella sedang kesulitan menggambar Prespektif ruangan dengan dua titik hilang. “Eeh, Pak, maaf saya sedang kebingungan dengan tugas kuliah saya, mengambar prespektif dua titik untuk ruang tamu (sambil tersenyum malu)”, melihat Suseno datang menghampiri mejanya. Tanpa banyak berbicara, Suseno mengambil pensil yang masih melekat di tangan kanan Bella. “Pertama, kamu ambil garis horizon kurang lebih ¾ dari bawah kertas bila kamu mau membuat kesan terlihat semua furniture dalam ruangan, karena jarak horizon menentukan hasil ruangannya sesuai dengan jarak mata memandang dengan tinggi manusia normal berdiri dalam ruangan, Kemudian yang kedua, barulah kamu ambil kertas tambahan yang kamu tempelkan di samping kiri dan kanan kertas gambar, semakin jauh titik hilang akan semakin membuat ruangan terlihat lebih jelas, semakin pendek titik hilang, ruangan semakin terlihat sempit dan besar. Kalau gak percaya, ini lihat yah, saya buatkan contohnya.” Tangan kanan Suseno yang sudah terbiasa menggambar dan melukis, dengan mudah menarik garis-garis prespektif dengan cepat tanpa menggunakan penggaris, dalam hitungan menit ruangan berkotak-kotak persegi sudah terlihat jelas dalam kertas gambar di meja Bella. “Nah, kotak-kotak persegi ini nanti kamu bisa buat furniturenya, misalkan dibentuk jadi sofa, meja tamu, lemari buku, dll, sesuai dengan imajinasimu aja”, ucap Suseno sambil menyerahkan pensil kepada Bella untuk melanjutkan menggambar tugas kuliahnya. “Wah, hebat sekali Pak, saya belum bisa sehebat Bapak, makasih banyak Pak udah ngajarin saya, kalo gak ada Bapak, gak atau gimana tugas saya ini”, jawab Bella yang sedikit lega karena stress-nya telah hilang. “Hehehe…(tawa Suseno mendengar kegelisahan Bella), yah perlu latihan dan keberanian dalam menarik garis, nih latihan di kertas biasa dulu (sambil mengambil lembaran kertas kosong di meja Bella), latihan buat garis lurus vertical, horizontal, lingkaran dan elips, dengan berbagai ukuran dari lingkaran dan elips yang ukuran kecil hingga ke besar.” Tanpa banyak bicara, Bella menurut dan mulai belajar dari yang telah dicontohkan dan dijelaskan Suseno kepadanya.
Bella selain sebagai mahasiswi biasa di Kampusnya, dia juga seorang aktivis yang aktif bergerak dalam kegiatan kemahasiswaan yaitu menjadi anggota Majelis Badan Eksekutif Mahasiswa, yang selalu menentang kebijakan-kebijakan pemerintah yang korupsi, yang melanggar hukum, yang merusak alam, merusak cagar budaya dan merusak tatanan sejarah.
Ternyata perusahaan Ramon Corporation mengadakan kerjasama dengan Kampus ISBJ untuk mencari para arsitek muda, tenaga ahli konstruksi dan karyawan untuk bekerja di perusahaannya dengan gaji yang sangat menggiurkan. Banyak para mahasiswa/i yang berada dari kalangan keluarga yang berekonomi kelas menengah ke bawah terbujuk rayuan gaji besar dari perusahaan Ramon Corporation. Mereka yang ikut bergabung dengan Ramon Corporation terpaksa dikarenakan memerlukan uang untuk kuliah dan kelangsungan hidup keluarganya, mereka tidak memikirkan dampak yang akan terjadi selanjutnya.
Ramon corporation masih melanjutkan proyek besarnya, Waduk Madira yang kini bekerjasama dengan pihak asing (Asia, Amerika dan Eropa) demi meraih keuntungan bersama yang berlipat ganda. Para pengusaha dan tenaga asing yang berdatangan dari luar negeri banyak yang menetap di daerah Kamulyan, lokasi dimana Waduk Madira tersebut digarap untuk seterusnya akan dimanfaatkan sebagai Pembangkit Listrik dengan tenaga air, yang diperkirakan menjadi pusatnya yang terbesar di pulau Dwipa.
Karena banyaknya pekerja orang asing di daerah tersebut, secara otomatis banyak pula berjamur tempat-tempat hiburan “remang-remang” yang melayani jasa untuk kepuasan batin secara komersill, hingga didatangkan para wanita, para pria, maupun transgender sebagai penghibur dari berbagai daerah lokal maupun mancanegara, bahkan tidak jarang juga dari kampus-kampus dan sekolah-sekolah pun banyak yang terpaksa menjadi para pekerja yang menjual jasa tersebut, akibat sangat membutuhkan uang yang cepat, mudah dan banyak untuk membiayai kuliah dan membantu menghidupi keluarganya. Tidak heran apabila banyak penyakit menular (Herpes, HIV/AIDS, Sipilis, HPV, dll) pun mewabah di daerah tersebut, dikarenakan aktivitas “remang-remang” yang terjadi di sekitar tempat itu sudah dianggap biasa bagi para masyarakat di sana.
Para masyarakat yang masih perduli akan lingkungan, kesehatan dan juga kebudayaan mulai berkumpul untuk mengajukan protes pada pihak pemerintah daerah, tetapi banyak dari mereka yang gagal, karena politik uang jauh lebih kuat dibandingkan suara rakyat kecil yang ingin melindungi alam hijaunya. Hampir diperkirakan akan banyak situs sejarah, makam-makam keramat peninggalan Kerajaan kuno di daerah Kamulyan, maupun areal persawahan, hutan dan penghijauan di sana akan hancur diratakan untuk dijadikan Waduk besar. Keuntungan waduk sudah pasti dapat dinikmati para pejabat karena selain dapat dijadikan arena pariwisata (wisata permainan air dan pemancingan) juga pemandangan di sekiar waduk dapat dijual untuk dijadikan kawasan hotel dan apartement, selain itu juga omset keuntungan milyaran dapat diperoleh apabila berhasil dijadikan sebagai sumber pembangkit listrik, dapat diperkirakan keuntungannya berlipat ganda apabila setiap warga perumahan harus membayar listrik dengan tariff yang selalu naik setiap tahunnya.
Ramon tidak semudah itu menyerah, dia akan berusaha meluluhkan hati para masyarakat yang protes dengan berbagai macam cara dan upaya untuk melegalkan proyeknya yang akan meraup keuntungan milyaran bahkan trilyunan. Dia mencari informasi tentang semua orang yang mempunyai pengaruh untuknya agar tidak menghalangi usahanya untuk melanjutkan proyek bisnisnya. Melalui bantuan para intelegent dibawah pengaruh rekan bisnis Ramon yaitu Lukman dan Markus, mereka masih berusaha mencari informasi tentang PT. Mulya Jaya, yang dulu menjadi salah satu competitor utama perusahaan Ramon Corporation.
Kampus ISBJ yang sedang mengadakan kerjasama dengan Ramon Corporation dan perusahaan asing mancanegara seperti Amerika, Eropa dan Asia membuka Acara Lomba Design Poster Bertema Politik “Jangan Golput”, Design Interior Gambar Perspektif Sketsa Kamar Mandi dan Arsitektur Denah 3D Rumah Tinggal Sementara (Mess) untuk di kawasan industry. Kristina dan Bella adalah dua orang mahasiswi ISBJ yang sama-sama masih bekerja part time di perusahaan PT. Mulya Jaya. Mereka berdua berniat mengikuti lomba dikarenakan dengan hadiah yang cukup menggiurkan bagi para mahasiwa/i yang terbiasa hidup jauh dari orang tua merasa ingin mencoba kereativitas dan keberuntungannya bermimpi mendapatkan uang tambahan untuk keperluan sehari-hari di ibukota Jayakarta, berikut daftar hadiah bagi para pemenang :
- Kategori Poster Bertema Politik “Jangan Golput”
1. Juara I Poster mendapat Uang Tunai Rp. 3.500.000,-
2. Juara II Poster mendapat Uang Tunai Rp. 2.500.000,-
3. Juara III Poster mendapat Uang Tunai Rp. 2.000.000,-
- Kategori Gambar Perspektif Sketsa Design Interior Kamar Mandi
1. Juara I mendapat Uang Tunai Rp. 5.500.000,-
2. Juara II mendapat Uang Tunai Rp. 4.500.000,-
3. Juara III mendapat Uang Tunai Rp. 4.000.000,-
- Kategori Denah 3D Arsitektur Rumah Tinggal Sementara (Mess)
1. Juara I mendapat Uang Tunai Rp. 10.000.000,-
2. Juara II mendapat Uang Tunai Rp. 8.000.000,-
3. Juara III mendapat Uang Tunai Rp. 7.000.000,-
Ternyata Bella berhasil masuk menjadi pemenang Juara I dalam Kategori Poster Bertema Politik “Jangan Golput”, sementara Kristina hanya berhasil meraih Juara ke III dengan kategori yang sama dengan Bella. Pada saat penyerahan hadiah, Ramon sendiri yang datang untuk menyerahkan hadiah langsung kepada para mahasiswa/i yang manjadi Pemenang dalam Lomba tersebut.
Pertama kalinya Ramon melihat Bella, sudah sangat tertarik kepada Bella selain karena fisik Bella yang terlihat sangat seksi mengagumkan seperti gitar dan kecantikan Bella yang disukai banyak pria di Kampus dan Bella juga dikenal memiliki kepandaian, kreativitas dan keuletan yang banyak dikenal para dosen-dosennya. Ramon langsung menawarkan kepada Bella dihadapan dosen-dosennya akan memberikan beasiswa (gratis biaya kuliah) untuk Bella apabila Bella bersedia bekerja di perusahaannya dengan gaji yang sangat menggiurkan 2x lipat dari gajinya sekarang yang bekerja part time di PT. Mulya Jaya, mendengar Bella mengaku bahwa dia masih bekerja part time di PT. Mulya Jaya, Ramon langsung kesal dalam hatinya dan menawarkan Gaji Rp. 2.500.000,- dan dengan uang tambahan apabila Bella harus lembur selama bekerja di perusahaan Ramon nantinya, jadi total gaji yang didapatkan Bela dapat mencapai Rp. 3.000.000,-/bulan.
Bagaimana Bella tidak tergiur dengan gaji yang begitu besar, Bella juga langsung diinterview oleh Ramon sendiri dan menanyakan keadaan pekerjaan kedua orang tuanya, karena kepolosan dan kejujuran Bella yang menyayangi kedua orang tuanya, Bella mengaku Ayahnya, Martin adalah kuli bangunan musiman dan Ibunya, Jenny sebagai pedagang asongan membuka warung kecil-kecilan di depan rumahnya. Tidak segan-segan Ramon pun langsung menawarkan Ayah Bella, Martin untuk bekerja menjadi mandor untuk proyek-proyek bangunan industry Perusahaan Ramon, itupun ditawarkan Ramon dengan gaji pokok yang hampir sama besarnya dengan Bella. Tentu saja Bella sangat senang karena merasa dapat menolong Ayahnya juga. Bella dengan senang hati berjanji akan membicarakannya kepada kedua orang tuanya untuk pindah kerja ke perusahaan Ramon.
Bella yang sedang senang hati itu langsung menceritakan semuanya kepada Kristina, sahabat baiknya, tapi Kristina merasa sangat aneh dan berusaha menasehati Bella agar tidak mudah tergiur dengan bujukan Ramon, yang mungkin punya maksud tidak baik. Bella yang berusaha berfikir positif dan baik merasa kesal karena Kristina tidak mau menemaninya pindah ke perusahaan Ramon. Kristina menolak untuk ikut pindah ke perusahaan Ramon, karena hatinya sudah mulai tertarik dengan Cokro yang begitu perhatian dan peduli di perusahaan PT. Mulya Jaya, sedangkan dia tidak kenal siapapun di perusahaan Ramon.
Sesampainya pulang di rumah, Bella menceritakan semuanya kepada kedua orang tuanya, tentu saja Ayah Bella langsung ikut senang dan bersedia bergabung bersama Bella ke perusahaan Ramon di daerah Jatiraga, Jayakarta Timur. Bella yang telah tergiur oleh kekayaan semata demi kesejahteraan ekonomi orang tuanya, melupakan kebaikan hati teman-temannya di PT. Mulya Jaya, Bella pun membuat surat memundurkan diri yang langsung dia berikan keesokan harinya kepada Bapak Herman Suseno di kantornya.
“Selamat Pagi Pak Suseno, saya ingin menyerahkan surat ini kepada Bapak, sekaligus, mengucapkan terima kasih dan mohon maaf apabila saya tidak dapat melanjutkan bekerja di perusahaan ini”, ucap Bella kepada Suseno. “Apa maksudmu, Surat apa ini?”, jawab Suseno yang pura-pura acuh. “Mohon maaf Pak, saya memundurkan diri…” dengan wajah Bella yang merasa tidak enak hati.
“Oh, jadi begitu, yah sudah…”, jawab Suseno sambil beranjak dari tempat duduknya dan berjalan meninggalkan Bella tanpa melihat ke arah Bella sedikitpun dan ataupun membuka suratnya itu, Suseno melangkah keluar kantor sambil membanting pintu, hingga terasa sesak dada Bella rasanya begitu menyakitkan seperti sudah menusuk hati direkturnya itu.
Bella hanya dapat menghela nafas, beranjak keluar dari kantornya Suseno, mengemasi semua barang-barangnya yang ada di meja tempatnya biasa bekerja. Dia pun juga pergi ke mess (apartemen khusus untuk para pekerja kantor Mulya Jaya) yang lokasinya bersebelahan, tidak jauh dari kantor untuk berkemas semua barang-barangnya dibawa pulang ke rumahnya di Komplek Pekarangan Timur, Blok E/77, Desa Rogong, hanya sekitar 30km dari Perusahaan Ramon di Jatiraga, Jayakarta Timur, jadi Bella hanya perlu naik kendaraan umum bus kota dari rumahnya sekitar 45 menit sudah sampai ke lokasi Perusahaan Ramon Corporation.
Di tempat lain, Suseno yang kesal, jengkel dan marah karena melihat kenyataan Bella meninggalkannya, dia hanya ingin mengunci diri dalam ruang baca di rumahnya BSP, Tulungagung. Suseno melampiaskan kekesalannya, melempar lukisan dan buku-buku di dalam ruang baca, sambil merasa sedih dan sakit di hatinya. Semenjak kejadian hari itu, Bella memundurkan diri dari perusahaannya, Suseno pun sudah tidak pernah datang ke kantornya lagi, lebih banyak menggambar dan melukis di rumahnya sambil merokok dan terkadang minum anggur (“Wine” atau “Brandy”) sendirian untuk melupakan rasa kesepiannya, sehingga cukup merepotkan Lukas dan Cokro yang harus hampir setiap minggu/akhir pekan datang ke rumah direkturnya itu untuk membawa semua berkas laporan perusahaan PT. Mulya Jaya selama seminggu hingga akhir bulan.
Sementara itu, Bella dan ayahnya, Martin yang mulai bekerja di perusahaan Ramon Corporation, tidak pernah mengetahui bahwa Waduk Madira di daerah Kamulyan adalah salah satu asset terbesar Ramon Corporation yang masih terus dikerjakan tanpa sepengetahuan mereka. Ramon sengaja tidak mempekerjakan mereka di daerah Kamulyan, agar mereka tidak mengetahui kebenarannya.
Sungguh tidak terbayangkan seperti apa yang diharapkan oleh Bella sebelumnya, suasana di kantor baru, Ramon Corporation, sepertinya Bella merasa dibenci dan tidak dibutuhkan dalam kantor Ramon Corporation, seolah-olah kehadiran Bella seperti pegawai yang tidak dibutuhkan sama sekali, begitu banyak tatapan sinis dan penuh kebencian menatapnya dengan bengis dan sindiran-sindiran yang menyakitkan yang didapatkan dari para rekan-rekan kerjanya, menganggap Bella seperti pengganggu, anak bodoh yang tidak tahu apa-apa dan karyawan yang diangkat karena Pimpinan mereka diketahui sangat suka perempuan, mulut mencibir dan kesan merendahkan derajat Bella, terlukis jelas dari tatapan mata-mata mereka yang sinis melihat kehadirannya di kantor Ramon Corporation.
Dalam perasaan bersalah yang menyelimuti seluruh pikiran dan perasaan Bella, teringat nasehat teman baiknya, Kristina, membuatnya merasa menyesal atas segala tindakannya yang ceroboh karena tergiur oleh besarnya jumlah uang gaji yang didapatkan ternyata tidak sebanding dengan rasa nyaman suasana kantor yang penuh jiwa kekeluargaan dan persahabatan yang dia dapatkan dulu sebelumnya, selama masih bekerja di PT. Mulya Jaya. Renungan dan penyesalannya dalam hati ini, yang akhirnya membuat merasa dirinya seperti orang asing di kantor Ramon Corporation. Ramon yang melihat wajah Bella semakin murung dan pendiam, membuatnya merasa beruntung, dalam hatinya berpikir, justru saat-saat seperti inilah yang memudahkan baginya untuk dapat mendekati dan memanfaatkan kepolosan dan keluguan dari seorang Bella.
Ramon pun tidak akan melewatkan kesempatan emas ini, dia langsung menelepon Bella dan memintanya untuk ikut meeting bersama dengan Markus (CEO dari “Ramon Corporation”) dan Lukman (Direktur Keuangan dari “Ramon Corporation”) bertemu dengan Baron (Wakil dari Instansi BUMN Atlantis) dan Doni (Gubernur wilayah Kamulyan) sambil makan siang di sebuah restoran cukup terkenal “Sari Rasa” di Padangasih daerah Jayakarta Timur, dan sekaligus kesempatan emas bagi Ramon sendiri yang akan mengantarkannya pulang ke rumah Bella dengan Mobil Toyota Vellfire miliknya berwarna Silver.
Bella yang dianggap polos, dilihat oleh Markus, Lukman, Baron dan Doni, dianggap seperti salah satu calon wanita idaman Ramon. Mereka sudah mengetahui bagaimana selera Ramon memilih wanita-wanita cantik yang selalu didapatkannya dengan mudah dengan uang dan kekuasaannya, juga termasuk istrinya yang dikenal sebagai artis penyanyi sekaligus pemain film terkenal di negara Atlantis. Ramon yang mudah bosan dan suka berganti-ganti wanita cantik yang selalu ada di sampingnya, dikenal sebagai seorang pecinta dan pengoleksi banyak wanita cantik. Mereka melihat bagaimana sorotan mata pimpinannya itu bila sedang jatuh cinta pada seorang wanita cantik, akan berupaya untuk mendapatkan hati dan jiwanya dengan menggunakan berbagai macam cara tipu daya dan rayuan manisnya.
Fisik Ramon yang tampan dan gagah, dengan kesombongan dan kelebihannya itu sudah mengalahkan banyak pria, belum lagi rayuan manisnya, suka bermain-main(player) dengan banyak wanita, uang, jabatan dan kekuasaan menjadi kekuatannya untuk mendapatkan seluruh ambisi yang dia inginkan dan wujudkan, seolah-olah dari “tangannya” itu apapun harus tercapai dengan segala cara, sekalipun itu harus dengan cara yang licik dan culas.
Biasanya kesombongan itu adalah awal dari titik-titik kegagalan dan kehancuran seseorang, begitulah pepatah yang sering kita dengar, ibarat “Sepandai-pandainya tupai melompat akhirnya jatuh juga”, tidak akan dapat disangka dan dipikirkan oleh Ramon, yang sudah terlanjur nafsu dan berambisi bahwa seorang perempuan lugu seperti Bella dapat menjadi senjata yang akan membawanya pada keberhasilan ataukah malah sebaliknya, sebagai titik awal jurang kehancurannya.
Kesalahan dan kecerobohan Ramon yang terlalu menggebu-gebu mencintai Bella, tidak memikirkan bahwa Bella yang tadinya tidak mengetahui apapun tentang Ramon Corporation, akhirnya Bella pun mendengar langsung tentang kelanjutan proyek Waduk Madira di Kamulyan adalah asset utama Ramon Corporation, akibat diajak makan siang bersama Markus (CEO Ramon Corporation), Lukman (Direktur Keuangan), Baron (Wakil pemerintah yang bekerja di Instansi BUMN Atlantis) dan Doni (Gubernur Kamulyan).
Sepanjang perjalanan pulang, Bella dibawa dalam mobil Toyota Vellfire diantarkan oleh Ramon, selama itu pula Bella terus memikirkan tentang proyek Waduk Madira di daerah Kamulyan, dia tidak pernah mengetahui proyek tersebut karena selama dia bekerja di “Ramon Corporation” tidak ada seorangpun yang menceritakan ataupun menjelaskan proyek tersebut kepadanya, kemurungannya dilihat oleh Ramon, “Kenapa kamu murung aja sich dari tadi, senyum dong…, karena senyummu itu manis loh…, hehehe…”,ucap Ramon yang merayu Bella. “Ah.., gak apa-apa cuma bingung ajah karena selama saya kerja baru pernah kali ini ketemu orang-orang penting…”, jawab Bella. “Kan itu sebabnya saya gak salah pilih kamu, karena saya dari awal ketemu kamu, saya udah tau kamu itu menarik dan beda dari siapapun (tangan Ramon langsung memegang tangan Bella yang sedang murung), saya suka sama kamu, makanya kamu tenang aja, kalo dekat saya pasti terkenal, hehehe..”, rayuan Ramon tersebut malah membuat Bella merasa muak dan tidak nyaman. “Tapi…Pak, apa kata orang nanti, kan pasti banyak yang iri, gak akan senang melihatnya, karena saya ini kan hanya sebagai karyawan baru..”, Bella menjelaskan ketidaknyamanannya selama bekerja selama ini. “Acch…, perduli amat, ngapain kamu pikirin mereka, toh saya yang gaji mereka semua, siapa yang berani ganggu kamu, bilang aja ke saya, akan saya pecat dia, siapa orangnya yang bikin kamu gak senang, bilang aja..”, tegas Ramon dengan gayanya yang menunjukkan dia dengan kekuasaannya. “Ennngh.. gak ada kok Pak, mungkin saya aja yang belum bisa menyesuaikan diri dengan mereka…di kantor..”, ucap Bella menyembunyikan perasaan sedih merasa terkucilkan di kantor Ramon Corporation dan rasa bersalahnya karena kehilangan sahabat baiknya, Kristina, selama dulu bekerja di PT. Mulya Jaya. “Kamu jangan bohong, saya liat kamu murung aja, kenapa sayang… (tangan Ramon langsung meraih tangan Bella yang sedang dirundung rasa sedih dan rasa bersalah), kamu jangan begitu, kerja harus semangat, ngapain pikirin orang lain, perduli amat mereka, kan saya tetap belain kamu, apapun yang kamu mau pasti saya kasih, tapi kamu harus nuruti semua kata saya ini, ingat itu yah…”, memperjelas ketegasan Ramon yang bersikap seolah bagai pahlawan yang pamrih untuk Bella.
Sesampainya Mobil yang dikendarai Ramon di depan rumahnya Bella, Ramon langsung dengan cepat memberikan kecupan di pipi Bella, betapa kagetnya Bella, langsung menarik diri, karena merasa tidak nyaman, “Duuh…jangan gitu Pak…, udah saya pulang dulu.., terima kasih ya Pak..”,ucap Bella dengan bergegas secepatnya melepaskan seat belt (sabuk) mobil, langsung bergegas keluar dari Mobil Toyota Vellfire milik Ramon. “Sial… sedikit lagi..”, kesal Ramon di dalam mobil menggerutu karena tidak berhasil mencium bibir Bella. Ramon langsung membuka kaca mobilnya, “Dadah…sayangku…, muach..”, ucap Ramon, sambil melambaikan kecupan di tangannya untuk Bella. Sedangkan Bella yang melihatnya malah merasa jadi sangat tidak nyaman, merasa sangat takut karena sikap agresif Ramon.
Di rumah, Bella menjelaskan kepada ayah dan ibunya bahwa dia merasa tidak nyaman bekerja di kantor Ramon Corporation, namun ternyata penjelasannya itu tidak sesuai dengan yang dia harapkan, Bella malah mendapat kekesalan yang dilontarkan ayahnya, yang juga bekerja di Ramon Corporation sebagai mandor bangunan, “Kamu ini…., belum juga kerja tiga bulan udah menyerah.., gimana sih, papa gak suka kamu jadi anak yang suka mengeluh dan gampang putus asa…, udah enak-enak kerja di kantor Ramon Corporation dikasih gajinya juga besar, coba kalo orang lain mana bisa seperti kamu, harusnya kamu bersyukur karena udah dapat kesempatan emas, dapat kerjaan dengan gaji yang besar, kalo kamu kerja di PT. Mulya Jaya gak akan naik gajinya sebelum kamu lulus kuliah kan? Coba kamu pikirin yang bener, jangan kayak anak kecil terus…, yang dewasa pikiranmu sebagai mahasiswa, harus bisa mandiri, berusaha…, berjuang untuk jadi sukses, bukannya malah menyerah di tengah jalan!!”, tegas ayahnya Bella menasehatinya dengan cukup keras. “Udah..udah Pa, kasihan anak kita, jangan keras gitu.., keterlaluan papa ini.., dia kan udah dewasa, punya pilihan dan jalan hidupnya sendiri, biarkan dia berpikir, merenungkannya dengan tenang..”, pembelaan ibunya, Jenny karena melihat kesedihan Bella yang hampir menangis setelah mendapat teguran keras dari Martin, ayah Bella. “Kamu juga samanya…, malah ngebelain, udah jelas anak salah tuh harus diajarin, dikasih tau yang bener…”, tegas Martin yang masih emosi dan kesal melihat kelakuan Bella, anaknya yang bersikap mudah menyerah dan sedang putus asa.
Bella langsung berlari ke kamarnya, menangis sedih, bercampur aduk perasaannya yang hancur karena sifat tegas ayahnya, sekaligus kesal karena rasa penyesalan sudah meninggalkan teman baiknya, Kristina, serta merindukan kenyamanan berkerja dan berkawan dengan Lukas, Cokro dan Karina di PT. Mulya Jaya. Untuk menghibur dirinya, Bella suka membuka internet dengan Laptop Komputernya sambil mencari bahan-bahan untuk mengerjakan tugas-tugas laporan kuliahnya tentang estetika bangunan dan pengetahuan bahan bangunan. Perasaan penuh curiga dan bertanya-tanya, Bella pun mencari informasi tentang Ramon Corporation dan Waduk Madira di daerah Kamulyan. Ternyata apa yang dia curigai dan khawatirkan selama ini terbuka dengan jelas, bahwa Waduk Madira di Kamulyan memiliki masalah besar dengan lingkungan, sejarah budaya, sosial dan juga dampak ekonomi masyarakat di daerah tersebut.
Hampir 300 kali masyarakat melakukan aksi protes melalui media massa seperti surat kabar dan radio, hingga media social seperti facebook, twitter, bbm, whatshap dan blogger. Masyarakat protes bukan hanya akan merusak situs sejarah saja, namun juga akan berdampak krisis pangan di kemudian hari, akibat banyaknya lahan persawahan produktif ribuan hektar yang menghasilkan banyak beras berkualitas unggul di negeri Atlantis akan ditenggelamkan demi menunjang kebutuhan suplay air dan listrik ke daerah-daerah terpencil sepulau Dwipa dari wilayah barat hingga timur. Lalu apakah sudah cukup dengan ganti rugi sebesar ratusan milyar dapat membayar krisis pangan hingga anak cucu nantinya. Pertanyaannya mungkin sedikit aneh dan lucu dikarenakan bukan daerah yang gersang, tandus dan tidak produktif yang akan ditenggelamkan menjadi waduk, melainkan lahan subur dan produktif yang masih menghasilkan beras berkualitas unggul. Mungkin jawabannya adalah negara Atlantis masih kuat dan mampu untuk mengimpor beras dari mancanegara.
Modernisasi yang akan berdampak bagi kelangsungan hidup berkelanjutan, begitulah yang akan terjadi, entah akan menjadi baik ataukah menjadi buruk, semua keputusan tetap berada di tangan para pemimpin bangsa Atlantis ini. Bagaimana dengan reboisasi, penghijauan, melindungi hutan (paru-paru dunia), menjaga ketahanan pangan nasional, serta menunjang pertumbuhan ekonomi daerah yang beralih kerja dari para petani dan pedagang sembako menjadi para mucikari menjual anak gadisnya untuk dijadikan pekerja sex komersial. Lahan hijau menjadi hotel, losmen, apartment dan perumahan elite bagi para turis asing untuk beristirahat menjadi investasi yang besar, serta tidak kalah penting juga, lahan-lahan itu akan terbangun pula bangunan-bangunan besi bertingkat untuk kebutuhan industry dan pabrik perusahaan asing yang akan menjadi investor utama negara Atlantis. Jawabannya pasti devisa bertambah sehingga pemasukan negara pun bertambah tanpa membayangkan akan dampak dan akibat selanjutnya akan kepunahan bahan papan (kayu), tumbuhan-tumbuhan langka, tempat tinggal satwa (hewan) liar dan langka, krisis pangan beras, polusi udara, pemanasan global, gunung-gunung es mencair, bencana alam tanah longsor, gempa dan tsunami serta banjir hingga yang terburuk lapisan ozon menipis terus. Akibat dari ketidak seimbangan ekosistem dan ekologi.
Mungkin jutaan kubik air dalam waduk itu dapat dijadikan irigasi pertanian selanjutnya, tapi kemungkinan itu sangat kecil karena petani terbiasa menggunakan perhitungan musim dan curah hujan di daerah tropis. Jadi tetap akan menjadi pertanyaan besar kelangsungan waduk tersebut akankah dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat ataukah malah sebaliknya akan menyengsarakan rakyat hingga sampai ke anak cucu nantinya.
Membaca begitu banyak pro dan kontra mengenai Waduk Madira di daerah Kamulyan, Bella pun menjadi sangat ragu untuk melanjutkan bekerja di perusahaan “Ramon Corporation”, terlebih sikap Ramon semakin hari pasti akan berdampak bagi ketidaknyamanan hatinya. Keraguan hatinya itu pasti tidak akan didengar oleh kedua orang tuanya, khususnya ayah Bella, Martin akan marah besar terhadap Bella, apabila dia memundurkan diri dari perusahaan Ramon. Akhirnya Bella dengan berat hati membuat surat di dalam kamarnya, Bella berniat untuk pergi/minggat dari rumahnya, tidak lupa juga Bella membuat Surat Memundurkan diri untuk dikirimkan ke Ramon Corporation melalui Kantor Pos, karena Bella yakin sifat dan kelakuan Ramon tidak akan membiarkannya pergi dari perusahannya. Bella juga akan menonaktifkan semua nomor handphone selularnya selama dia pergi dari rumahnya.
Malam itu juga, Bella berkemas-kemas seadanya, agar tidak dicurigai oleh kedua orang tuanya esok pagi, bila bertemu mereka di saat sarapan pagi. Dia berencana untuk mencari Kristina di Kampus ISBJ sepulang kegiatan perkuliahan, Bella akan tinggal di rumah Kristina untuk meminta pertolongannya selama beberapa hari atau mungkin lebih dari berhari-hari, Bella belum memperkirakan berapa lama dia akan pergi dari rumah, tapi tekad dan niat hati Bella sudah bulat karena kegelisahan, ketakutan dan ketidaknyamanannya itu sudah menghantui pikiran dan jiwa Bella setiap malam hingga kesulitan untuk tidur nyenyak. –
Keesokan harinya, Bella pun melakukan semua rencananya, Bella menaruh sepucuk surat pada tempat tidurnya, lalu Bella pun membawa tas ransel yang biasanya dia bawa untuk kuliah, kedua orang tua Bella tampak tidak mencurigai Bella sama sekali, Bella pun lega setelah berhasil pamit kepada kedua orang tuanya, keluar dari rumah untuk pergi kuliah.
Di Kampus ISBJ, Bella langsung mencari Kristina, pertama-tama Bella memohon maaf karena tidak mendengarkan nasehatnya Kristina, kemudian Bella pun menjelaskan semua pengalamannya selama berkerja di perusahaan Ramon Corporation, yang berbeda sangat jauh suasananya dari PT. Mulya Jaya, Bella juga menceritakan prihal dia pergi/minggat dari rumahnya dan berharap Kristina mau menolongnya untuk mencari tempat tinggal sementara. Mendengar penjelasan Bella, Kristina tidak marah sedikitpun karena kesalahan/kekhilafan Bella, malah Kristina merasa iba/kasihan dengan kejadian yang telah menimpa sahabat baiknya itu.
Kristina pun mendapat ide, agar sementara waktu Bella harus bersembunyi di ruang BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) di Kampus ISBJ (Institut Science Bintoro Jayakarta) karena kemungkinan besar Ramon dan ataupun kedua orang tuanya, pasti akan mencari Bella ke Kampus, apabila mengetahui semua no. handphone Bella tidak aktif serta membaca surat prihal kepergian Bella dari rumahnya. Tidak lama mereka sedang asik berbicara, Kristina di telepon oleh Cokro, Bella yang mendengar percakapan mereka, sudah dapat menduga hubungan Kristina dan Cokro telah semakin akrab, setelah selesai Kristina bertelepon dengan Cokro, Bella langsung menebak Kristina, “Hayo, udah jadian yah…hahaha.., cinlok (cinta lokasi) nih yeee.., ketahuan ya…”, ucap Bella sambil tertawa-tawa dengan Kristina yang tersipu-sipu malu mengakuinya, “Eeehehe…, iya habis dia tuh orangnya lucu banget, trus perhatian gituh..hehehe…”, jawab Kristina. “Deeuuwwh…, iyah udah, jangan lupa ajah traktirannya yah…, hahaha..”, canda Bella kepada Kristina. “Oh, jadi mau ditraktir, bilang ajah…, gampang itu mah… kecil…, bentar yah..”, Kristina langsung dengan cepat mengangkat handphonenya menghubungi kekasihnya itu, Cokro. “Hallo.., Yang…, kamu pulang jam berapa? hehehe…”, ucap Kristina. “Eh, emang kenapa Yang..,ah biasa kan jam 5an sore udah pulang kok, kamu mau dijemput bukan?”, tebak Cokro menjawab Kristina. “Hehehe… iyah gitu deh, sambil makan malem yuk, saya ngajakin satu penumpang boleh kan?, jawab Kristina. “Boleh ajah, asal penumpangnya cewe masih oke, kalo cowok, awas yah!!”, tegas Cokro menjawab Kristina. “Iiiiih, siapa juga ngajak cowok, udah mikir yang jelek-jelek aja nih, asal nuduh orang, reseh..”, kesel Kristina menggerutu di telepon. “Hehehe maaf, yah siapa tau aja, cemburu kan boleh dong, ya udah tunggu aja sekitar jam 6 sore, nanti saya telepon kamu lagi kalo sudah sampai kampus ya?”,ucap Cokro. “Oke deh, byee..”, jawab Kristina mengakhiri pembicaraan teleponnya. Akhirnya mereka pun berhasil merencanakan makan malam bersama Cokro, sambil melanjutkan pembicaraan, mereka bermain kartu remi di dalam ruang BEM di Kampus ISBJ, menunggu waktu hingga pukul enam sore.
Tepat pukul enam lebih sepuluh menit, Cokro menelpon Kristina, bahwa dia telah tiba di Kampus ISBJ. Cokro membawa mobil Suzuki Swift warna merah marun, memarkirkan mobilnya di kampus ISBJ. Cokro pun terkaget setelah melihat Kristina datang bersama Bella berjalan menuju mobilnya. Kristina langsung masuk ke mobil Cokro duduk di samping Cokro, sementara Bella duduk di kursi belakang mobil Cokro.
“Pasti kaget yah..”, ucap Bella langsung mengarah pada Cokro. “Ah, enggak kok, cuma heran aja, udah lama gak ketemu, dengar kamu resign dari Kristina yang cerita padaku semua”, jawab Cokro. “Udah..udah.. nanti ajah bahasnya, mending kita makan dulu deh.., udah laper nih…, kan pas makan juga bisa lanjut ngobrol lagi..”, ujar Kristina langsung mengalihkan pembicaraan agar suasana tidak menjadi kaku. Cokro tanpa banyak berbicara lagi, dia langsung menjalankan mobilnya, membawa mereka bersantap malam daging steak ayam dan sapi, Restoran “Waroeng Steak Sedap” di daerah Cikupa, Jayakarta Selatan.
Saat makan malam, akhirnya Bella menceritakan kembali hal yang sama persis seperti pada waktu dia menceritakan semua kepada Kristina tadi siang di Kampus ISBJ, yaitu prihal kepergiannya dari rumah kepada Cokro, tak lupa Bella juga menceritakan mengenai proyek Waduk Madira di daerah Kamulyan, yang menjadi asset terbesar di perusahaan Ramon Corporation.
Mendengar cerita Bella, Cokro pun teringat kembali tentang kejadian “Ramon Corporation”, yang dulunya pernah sempat bekerjasama dengan perusahaan PT. Mulya Jaya. Akhirnya Cokro juga “membuka kartu” dan menceritakan kejadian dulu saat PT. Mulya Jaya masih join dengan perusahaan Ramon Corporation. Di mana pada waktu itu, presiden direktur dari PT. Mulya Jaya, Drs. Herman Suseno, M.Hum masih bersahabat baik dengan Dr. Ir. Ramon Prasongko Wardoyo, M.Sci (nama lengkapnya), namun perselisihan terjadi setelah mereka mulai membahas mengenai keinginan “Ramon Corporation” untuk menjadi vendor penerus proyek Waduk Madira di daerah Kamulyan. Keduanya bertengkar hebat dalam rapat dengan para investor mancanegara (Asia, Uni Eropa dan Amerika).
Semenjak kejadian pertengkaran dalam rapat itu, mereka sudah mengakhiri persahabatan dan memutuskan hubungan kerjasama, serta seluruh proyek Waduk Madira di daerah Kamulyan langsung diambil alih oleh perusahaan “Ramon Corporation” hingga kini. Kecurigaan Jono dan Nita (adik-adik kandung Suseno) terhadap Ramon semakin kuat atas tragedy musibah kebakaran di rumah Herman Suseno karena musibah tersebut terjadi hanya berselang waktu beberapa minggu setelah perselisihan mereka, tetapi Jono dan Nita belum mendapatkan bukti yang kuat untuk menjebak dan menangkap Ramon.
Bella pun semakin merasa bersalah kepada Suseno, setelah mendengarkan semua penjelasan Cokro mengenai masa lalu kelam yang terjadi pada direkturnya itu. Ingin hati Bella untuk dapat bertemu dan memohon maaf pada Suseno, berharap Bella dapat kembali bekerja di PT. Mulya Jaya, namun penyesalan memang selalu datang di akhir, apalah kata yang mampu diucapkan, mungkin direkturnya itu sudah membencinya saat ini.
Kegelisahan hati kecil Bella itu, terlihat dimata temannya, Kristina. Tak lama Kristina pun berpikir, “Bell, saya ada ide, karena sekarang kamu gak bekerja, pasti biaya kuliahmu juga akan terganggu, bagaimana kalo kita (saya dan Cokro) akan mecarikan kamu tempat kerja baru lagi, dan sementara kamu tinggal di rumah saya dulu aja.”
“Trims ya, saya udah gak bisa berpikir apapun saat ini, jujur saya merasa sangat bersalah dengan Bapak Suseno, Bapak Cokro dan Ibu Nita, andai saja saya bisa diberikan kesempatan sekali lagi untuk bekerja di sana.., saya merasa bodoh dan khilaf karena diri saya ini sudah dibutakan oleh uang, yang ternyata tidak membuat saya bahagia, malah menderita”, penyesalan Bella hingga meneteskan air matanya, membuat iba Kristina dan Cokro yang mendengarkan pengakuan Bella. “Sudahlah Bella, semua orang pasti punya salah dan pernah melakukan salah, saya akan coba bantu kamu, beberapa hari yang lalu saya dapat berita ada lowongan kerja di restaurant Hotel “Cosmic Core”, semoga aja ada harapan yang baik untukmu, kita berdoa aja, semoga dengan doa mendapatkan jalan dan berita yang baik..”, ucap Cokro membesarkan hati Bella. “Wah, iya itu kesempatan bagus, siapa tau saja dengan kebijakan hati Pa Jono mau menerima kamu bekerja di Hotel “Cosmic Core”, kita pasti bantu kamu dan pasti Lukas dan Karina juga akan bantu kamu kok, tenang aja, jangan sedih gitu…, saya kan juga ikut prihatin sama kamu”, jawab Kristina ikut menyemangati Bella agar tetap tegar dan tabah. Akhirnya mereka sepakat untuk membantu Bella. Cokro dan Kristina akan meminta bantuan kepada Lukas dan Karina, untuk berbicara dengan Bapak Jono di Hotel “Cosmic Core”, dan mereka berharap mendapat kebijaksanaan dari Bapak Jono.
Keesokan harinya di lobby Hotel “Cosmic Core”, mereka (Cokro, Karina, Lukas, Kristina dan Bella) berbincang sambil menunggu Bapak Jono tiba ke kantornya di ruang direksi Hotel “Cosmic Core”. Lukas dan Karina pun ikut merasa iba, setelah mendengar kisah Bella dan tidak menyalahkan atas kekhilafannya, karena mereka mengerti bahwa setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan dan sebagai sahabat akan mencoba membantu Bella, mungkin dengan kebijaksanaan seorang Bapak Jono dapat memberikan solusi yang baik untuk Bella.
Setibanya Bapak Jono ke Hotel “Cosmic Core”, pandangan matanya langsung mengarah pada Bella, dia sudah mengetahui pasti akan ada sesuatu yang penting untuk dibicarakan dengannya. Jono yang bersifat dingin, bijak dan sabar, tidak akan langsung berfikiran negative dalam menghadapi situasi apapun, terbiasa terlatih dalam Angkatan Laut untuk tetap tenang meskipun dalam keadaan badai ombak pasang sekalipun menerjang kapal laut yang dikemudikannya, dengan pangkat seorang Letnan Jenderal mampu mengorganisir seluruh awak kapal agar tidak panik dan tetap menjalankan tugas dan kewajibannya menjaga posisi kapal tetap tangguh menghadapi segala badai pasang ombak di lautan sebesar apapun itu resikonya.
Jono tetap melangkah menuju ke ruang kantornya di lantai 7 (tujuh) Hotel “Cosmic Core” diikuti Cokro, Karina, Lukas, Kristina dan Bella. Setelah naik Lift bersama, mereka berjalan bersama menuju ruang kantornya, di depan pintu kantornya, kedua sekertarisnya langsung menyambut kedatangan Bapak Jono dan meminta agar Cokro, Karina, Lukas, Kristina dan Bella untuk tetap menunggu di ruang tamu, mereka belum diperbolehkan masuk ke ruang khusus direksi tanpa persetujuan dari Bapak Jono untuk mempersilahkan mereka masuk ke dalam ruangannya.
Kira-kira sekitar sepuluh menit mereka menunggu, Bapak Jono akhirnya mempersilahkan mereka masuk ke dalam ruangannya. Pertama-tama Cokro, Karina, Lukas, Kristina dan Bella memohon maaf kepada Bapak Jono karena telah mengganggu kesibukannya di pagi hari, kemudian Cokro, Karina, Lukas dan Kristina mulai menceritakan apa yang dialami oleh Bella, karena mereka melihat Bella sangat merasa takut dan bersalah atas kekhilafannya itu, mereka berusaha menutupi kekurangan Bella agar Bapak Jono dapat memberikan kesempatan kepada Bella untuk dapat kembali bekerja. Dalam hal ini mereka benar-benar sudah putus asa dan memohon kebijaksanaan Bapak Jono agar dapat mempertimbangkan kembali untuk menolong keadaan Bella.
“Hmmmmph… (Jono mulai berfikir dan menghela nafasnya dalam-dalam sambil mengingat keadaan Kakaknya sekarang ini), karena kalian bersikeras ingin menolong Bella, yah.. saya akan coba pertimbangkan kembali, namun saya minta kali ini dengan serius kepada Bella khususnya, apabila nanti saya menerimanya kembali bekerja, dia harus benar-benar serius, jangan membuat saya kecewa untuk yang kedua kalinya, itu saja. Anggap ini kesempatan terakhir untuk Bella, oke? saya akan memberikan kabar secepatnya..”, ucap Jono dengan tegas kepada Cokro, Karina, Lukas, Kristina dan Bella.
“Terima kasih banyak Pa Jono, kami akan menunggu kabar baik dari Bapak secepatnya…”, jawab Cokro, Karina, Lukas, Kristina dan Bella. Bella pun langsung menangis terharu karena kebaikan hati Bapak Jono, Kristina langsung mengusap air mata Bella yang sedih sekaligus setengah gembira. “Oke…, nanti siang akan saya kabari lagi, kalian tunggu aja di sini, kalo mau makan di lantai dua (2) ada café dan restoran, sekarang saya berangkat dulu, nanti saya balik lagi ke sini, doa aja yah, semoga aja beritanya baik”, isyarat Jono akan mengunjungi rumah kakaknya, Suseno.
Di lain tempat, situasi berbeda dalam rumah Bella, ibunya, Jenny terkaget setelah membaca surat Bella yang ada di ranjang kamarnya. Ibunya langsung menangis tersedu-sedu karena merasa sedih tidak mampu berbuat apa-apa, hanya dapat berdoa dalam hatinya agar anaknya dalam keadaan baik-baik saja di luar sana. Sementara ayahnya, Martin, malah kebalikannya merasa jengkel dan semakin marah, malah menyalahkan istrinya, “Ini gara-gara kamu ngedidik anak gak becus, terlalu dimanjain, jadinya yah gini, bikin malu ajah, sekarang musti gimana ngadepin Pa Ramon di kantornya nanti kalo ditanyain, musti bilang apa? bener-bener anak yang gak tau diri, bikin kacau semuanya.” Namun penjelasan Martin itu langsung dibantah Jenny, “Terus aja nyalahin orang lain, coba pikir sendiri dulu, kalo bukan gara-gara papa yang terlalu keras dan maksain dia, gak akan begini jadinya”, kesal Jenny langsung pergi meninggalkan Martin di rumah. Jenny langsung pergi mencari informasi ke kakaknya Bella (anak laki-lakinya), Philip, kemudian ke kampusnya Bella untuk menanyakan kepada para dosen maupun teman-teman sekelasnya, dan tak lupa menghubungi dr. Budi Hartono, berharap ada berita tentang anak perempuannya, Bella.
Jono tiba di rumah Suseno, menurut keterangan pembantu rumahnya, Poniyem dan Wulan, Bapak Suseno lebih banyak mengurung diri untuk melukis di dalam ruang bacanya, jarang turun untuk sarapan, bahkan terkadang jarang sarapan pagi maupun siang. Parman (suami Wulan) dan Warsino (suami Poniyem) juga menjelaskan, setiap mereka masuk ke ruang bacanya membawakan sarapan, jarang disentuh, malah menyuruh mereka menemaninya merokok cerutu dan mengajak minum bir, anggur (“Wine” atau “Brandy”) ataupun minuman beralkohol lainnya (“Whisky”, “Jack Daniels” dan “Jhonny Walker”) hingga larut malam, setelah itu dia tertidur sampai dengan tengah hari. Mereka sangat mengkhawatirkan kesehatan Bapak Suseno bila keadaan ini masih terus-menerus berlanjut.
Jono yang merasa khawatir dengan keadaan kakaknya, langsung mencari Suseno, dilihatnya Suseno sedang tertidur lelap di kursi dalam ruang bacanya yang berbau asap rokok dan cerutu, serta banyak gelas pecah berhamburan dengan minuman beralkohol yang menyengat, sekilas melihat lukisan-lukisan yang dibuatnya dulu di lemparkan ke sisi ruangan, sementara nampak sebuah lukisan setengah jadi berupa bentuk sketsa wajah perempuan yang tampak murung tergambar dari sisi samping kiri si pelukis sambil matanya menatap kosong ke depan arah cahaya temaram.
Tanpa banyak berbuat apa-apa, Jono hanya mengambil foto beberapa kali ke arah Suseno dan beberapa sudut di dalam ruangan itu, dia akan menunjukkan kepada saudara-saudaranya yang lain saat diperlukan apabila mereka menanyakan keadaan kakaknya itu. Kemudian dia pun pergi kembali ke kantornya di Hotel “Cosmic Core”, sepanjang perjalanan menuju kantornya, Jono pun berfikir untuk meminta tolong kepada Cokro, Karina, Lukas, Kristina dan Bella, karena beberapa hari lagi menjelang bulan puasa dan seminggu sebelum hari raya Idul Fitri biasanya banyak karyawan yang bergantian mengambil libur selama hampir sepuluh hari untuk pulang ke kampung halamannya masing-masing. Apabila keadaan kakaknya seperti itu terus, bagaimana nanti jika para pembantunya bergantian berlibur pulang kampung, siapa yang akan menjaga, merawat dan memperhatikan keadaan kakaknya, Suseno. Sementara Jono sendiri pasti mengalami kesibukan karena kebanjiran tamu yang akan datang membuat acara “buka bersama” ataupun “ngabuburit” di restoran Hotelnya, maupun yang ingin menginap di Hotelnya untuk membuat acara reuni bersama keluarga, sahabat maupun kerabat saat menjelang bulan puasa dan libur panjang Idul Fitri.
Sekembalinya Jono ke kantornya di lantai 7 (tujuh) Hotel “Cosmic Core”, dilihatnya Cokro, Karina, Lukas, Kristina dan Bella masih menunggu di ruangan kantornya. Tanpa banyak berbicara, Jono menunjukkan keadaan Bapak Suseno dari foto-foto yang ada di dalam smartphone miliknya dan menjelaskan keadaannya saat dia baru saja datang tadi, Jono pun meminta tolong kepada mereka untuk sementara waktu selama bulan puasa hingga menjelang Idul Fitri untuk mengatur para pembantunya sebelum mereka berlibur panjang untuk tetap menjaga, merawat dan memperhatikan kakaknya, Suseno. Bella yang mendengar dan melihat keadaan Bapak Suseno, langsung merasa semakin bersalah, ia pun memberanikan diri untuk berbicara pada Bapak Jono, “Pak Jono, biarlah saya yang coba tolong Bapak Suseno, saya merasa sangat bersalah padanya, saya sudah siap menanggung segala resikonya”, ucap Bella itu langsung disambut oleh teman-temannya Kristina, Cokro, Lukas dan Karina. “Iya Pa Jono, kami pun siap untuk membantu Bella, kami berharap Bapak Suseno dapat kembali memimpin dan membimbing kami di perusahaan PT. Mulya Jaya dengan semangat dan ide-ide cemerlangnya, karena tanpa kehadiran beliau, kami kehilangan arahan, petunjuk dan figurnya, harus bagaimana melanjutkan perusahaan PT. Mulya Jaya nantinya..”, tegas Lukas menjelaskan kekhawatirannya juga, yang disambut persetujuan dari yang lainnya (Cokro, Kristina dan Karina). Jono hanya dapat mengucapkan terima kasih kepada Bella, Kristina, Cokro, Lukas dan Karina, berharap mereka dapat menolong keadaan kakaknya, Suseno.
Hari itu juga mereka langsung berangkat menuju rumah Suseno, setelah mendapat izin dari Jono. Bella juga telah diizinkan kembali oleh Jono untuk tinggal di mess (apartemen khusus untuk para pekerja kantor Mulya Jaya) bersama Kristina, tetapi dengan syarat Bella harus menulis surat kontrak kerja di atas materai dengan sangsi bila keluar atau memundurkan diri dari perusahaan tidak akan mendapat uang gaji dan tidak akan diperkenankan untuk kembali lagi ke PT. Mulya Jaya maupun perusahaan lainnya yang corporate dengan perusahaan induk PT. Mulya Jaya. Dan untuk sementara waktu, Bella menjadi pegawai tidak tetap di Hotel “Cosmic Core”, karena belum mendapat izin langsung dari Bapak Suseno untuk dapat kembali ke PT. Mulya Jaya.
Sesampainya di rumah Suseno, mereka (Bella, Kristina, Cokro, Lukas dan Karina) langsung mencari direkturnya itu. “Bapak sudah bangun, tapi masih di lantai dua, ruang bacanya..”, ujar Warsino (sopirnya Suseno). Mereka bergegas menuju lantai dua rumah Suseno, setelah mengetuk pintu, mereka pun perlahan-lahan masuk ke dalam ruang baca yang sudah penuh dengan aroma asap rokok dan minuman beralkohol.
“Mau apa kalian ke sini?, ngapain kamu datang?(menoleh ke arah Bella), bukannya kamu udah gak mau kerja lagi? Ooh, mungkin untuk mencari saya yah disuruh Bos-mu, Si Ramon itu?!!!!”,ucapannya Suseno yang mengetahui prihal kepergiannya dari desas-desus (gossip) pembicaraan para karyawan kantor di PT. Mulya Jaya, begitu terdengar sangat tajam dan menusuk ke dalam hati Bella.
Sebelum Kristina, Cokro, Lukas dan Karina menjawab perkataan Suseno, Bella sudah langsung menjawab dengan rasa sakitnya, “Iya, saya salah…, sudah puaskah Bapak menyindir saya!!! saya datang ke sini karena diminta tolong oleh Bapak Jono”, tegas Bella menjawab cibiran Suseno.
“Keluaaarr!!! Saya gak butuh pertolongan siapapun!!!”, suara Suseno yang menggelegar, membuat Kristina, Cokro, Lukas dan Karina menjadi mundur perlahan-lahan menarik paksa Bella untuk keluar dari ruangan itu. Tapi Bella bersikukuh tetap berdiam di ruangan itu, sementara yang lainnya sudah mulai menyingkir keluar dari ruang baca Suseno.
“Berani yah kamu?! Mau nantang saya yah!!!”, ucap Suseno melihat Bella yang masih berdiam di dalam ruangannya. “Silahkan, saya siap!!! Mau dihukum, dicaci-maki, dimarahi, dipukul sekalipun oleh Bapak, saya tidak akan membalas!!!”, jawab Bella tetap menahan diri meskipun dia sadar sebenarnya dia sangat takut dan stress.
Tidak segan-segan Suseno langsung menarik tangannya, melemparnya ke sudut tembok ruangan yang dilihatnya penuh gambar-gambar sketsa mirip wajahnya, “Kenapa? Bukannya kamu sudah pernah memuaskan Ramon? Seharusnya kamu tau gimana rasanya!!”, Suseno memaksa menciumnya, namun “Plaaaak!!!!”, tamparan Bella memukul pipi kanan Suseno, “Hentikan!!! Ternyata Bapak gak lebih dari seorang Bajingan!!! Bahkan lebih Bajingan dari seorang Ramon, tak disangka ternyata Bapak yang saya hormati dan saya kagumi selama ini lebih hina dan buruk dari apa yang saya bayangkan!!!”, ucap Bella seusai menampar Suseno, dia langsung berlari keluar dari ruang baca Suseno, Karina dan Kristina mengejar Bella yang tengah berlari turun dari tangga sambil menangis menuju pintu keluar rumah Suseno. Bella sudah tidak sanggup lagi apabila menghadapi tekanan yang mengerikan seperti itu lagi, membuatnya teringat akan trauma pemerkosaan yang terburuk dalam hidupnya.
Cokro dan Lukas langsung menghampiri Suseno, “Bapak benar-benar keterlaluan!!! Ternyata benar yang dikatakan Bella, Anda sudah lebih buruk dari seorang Ramon!!!”, ucap Cokro dengan penuh kesal meninggalkan Suseno yang masih terdiam tanpa kata-kata. “Saya hanya bisa mengatakan, Taukah Bapak bahwa Bella adalah salah satu anak perempuan yang pernah menjadi korban trauma pemerkosaan tahun 98?! Dan seperti itu pula Bapak memperlakukannya dengan tanpa perasaan!!! Saya benar-benar kecewa dengan Bapak!!!”, Lukas pun keluar setelah memaki Suseno, berlari mengikuti Cokro dan meninggalkan Suseno agar merenung sendirian di ruang bacanya.
Ucapan Lukas yang terakhir, sudah cukup menghantam pikiran dan jiwa Suseno tanpa harus memukulnya dengan kekerasan, Suseno seolah tersadar dari kebodohannya, karena kerusakan alam bawah sadarnya, akibat pengaruh minuman beralkohol yang sudah terlalu banyak dia habiskan sendiri dalam rasa kebencian dan dendam di hatinya.
Bella yang masih terus berlari ke luar jalanan, dikejar oleh Karina, Kristina, Cokro dan Lukas, sampai mereka semua kewalahan, termasuk Bella sendiri berhenti berlari hanya dapat berlutut menangis di jalanan, orang-orang yang melihat mereka di jalanan hanya dapat berfikir dan menggelengkan kepala mereka, lalu berkata “Sedang stress…”, sambil terus berjalan dan mengacuhkan mereka. Karina, Cokro, Lukas dan Kristina tetap berusaha meraih Bella yang hampir pingsan, memapah Bella perlahan berjalan menuju tempat mess (apartment PT. Mulya Jaya), yang kira-kira berjarak 30 meter lagi di depan mata mereka.
Suseno yang merasa bersalah, tidak ingin berdiam diri begitu saja, dia pun langsung mengambil mobilnya, bergegas mencari kemana perginya Bella, Karina, Cokro, Lukas dan Kristina. Tidak begitu lama bagi Suseno untuk mencari mereka, dilihatnya mereka sudah berjalan masuk ke dalam mess (apartment PT. Mulya Jaya). Suseno pun membawa mobilnya, Mazda Biante Hitam class MPV dan memarkirkannya di mess PT. Mulya Jaya.
Sementara itu, Karina, Kristina, Cokro dan Lukas masih terus memapah Bella masuk ke dalam kamar yang biasa Bella tempati sewaktu masih bekerja di PT. Mulya Jaya. Setibanya di kamar Bella, Karina dan Kristina secepatnya mengambil air minum dan tissue di dalam kamarnya untuk menemani Bella yang masih terus menangis. Cokro dan Lukas menunggu di luar kamar Bella sambil beristirahat sejenak setelah berlari-lari mengejar Karina, Kristina dan Bella di jalanan.
Cokro dan Lukas melihat Suseno datang masuk ke dalam mess (apartment PT. Mulya Jaya), mereka langsung bergegas menahan Suseno agar tidak menemui Bella yang masih menangis. “Tunggu dulu Pak, mau apa Bapak datang ke sini..”, ucap Cokro yang sudah mulai emosi. “Saya masih pemilik dari gedung ini!! Mau apa kamu menghalangi saya!!!”, jawab Suseno. “Belum Puaskah Bapak menyakiti hati Bella?!!”, tegas Lukas yang ikut emosi mendengar ucapan Suseno. “Minggir kalian semua!!!”, tegas Suseno. “Tidak akan!!!”, jawab Lukas dan Cokro. Suseno yang terpancing emosi tetap berjalan dan mendorong Cokro dengan tangannya hingga jatuh ke lantai, sementara Lukas membalas menahan Suseno dengan mendorongnya juga hingga terjatuh. Kesal Suseno langsung bangun dan memukul Lukas, dibalas dengan pukulan lagi oleh Lukas, Cokro yang melihat Lukas dipukul Suseno, ikut membalas memukul, mereka terus mengepung Suseno dan memukulinya dengan kesal. Perkelahian di ruang tamu dalam mess menghancurkan benda-benda di sekelilingnya, meja kaca, gelas dan buku majalah berjatuhan kemana-mana. Karina yang mendengar barang-barang pecah langsung keluar dari kamar dan berteriak, “Hentikan!!! Hentikan!!!”, tetapi teriakan Karina tidak menggubris mereka yang masih terus berkelahi di dalam ruang tamu. Para petugas Satpam yang mendengar teriakan Karina langsung datang untuk melerai perkelahian, namun naas mereka malah ikut dipukuli oleh Suseno, Cokro dan Lukas karena mengganggu perkelahian mereka. Melihat para petugas Satpam yang kewalahan, Karina memanggil Kristina dan Bella untuk keluar dari kamar agar melihat dan mencoba melerai Cokro, Lukas dan Suseno.
“CUKUP!!! HENTIKAN!!!”, teriakan Bella menghentikan Suseno, sementara Lukas dan Cokro masih menghantam Suseno hingga terjatuh ke lantai. Bella langsung berlari menghampiri Suseno yang hampir pingsan karena hidung dan mulutnya mengeluarkan banyak darah akibat dipukuli Lukas dan Cokro. Suseno yang melihat kedua mata Bella menangis semakin merasa bersalah, “Ma..aaf, Maa..af.. kan saya, Bella…”, ucap Suseno sambil kedua tangannya berusaha menghapus air mata di pipi Bella. Para petugas Satpam, Karina dan Kristina langsung membantu Bella untuk memapah Suseno ke kursi sofa terdekat. Setelah kejadian itu, para petugas Satpam kembali ke pos tugas mereka masing-masing, Karina membawa Lukas pergi dan memarahinya karena sudah keterlaluan memukuli Suseno, begitu pula dengan Kristina terhadap Cokro. Mereka membiarkan Suseno dan Bella berdua dalam ruang tamu.
Bella masih menghapus bercak-bercak darah yang keluar dari memar di wajah Suseno. Mereka terdiam begitu lama, “Bell..a, maafkan saya..”, ucap Suseno masih memohon padanya. “Hmmph…”, hanya terdiam sambil menghela nafas dalam-dalam, Suseno memegang tangan Bella, menatapnya dengan serius, “Maafkan saya Bella…, saya berjanji tidak akan membuatmu menangis lagi…, saya sayang kamu…, saya sangat takut kehilanganmu…”, ucap Suseno memohon kepada Bella. Bella kembali menangis, Suseno langsung memeluknya dengan erat, “Maafkan saya…”.
Pria yang keras hati itu pun meleleh mencair hatinya, saat melihatnya menangis, ia pun ikut menangis lirih, seolah menunjukan kelemahan diri seorang pria tegar yang begitu mudah menangis di dalam pelukan kebodohan dan keakuannya yang selama ini sudah membutakan hatinya.
“Seharusnya saya yang memohon maaf, karena saya yang telah membuat Bapak jadi seperti ini…”, ucap Bella menjelaskan kesedihan hatinya. “Karena kesalahan saya, kebodohan dan kebutaan hati saya akan uang, telah merusak hidup saya sendiri dan bahkan menghancurkan hidup Bapak hingga seperti ini…”, sebelum Bella melanjutkan penjelasannya, Suseno langsung menjawab, “Sudah…sudah…, jangan diteruskan lagi, yang lalu biarlah berlalu, jangan diingat-ingat lagi yah…, mulai sekarang saya akan selalu menjaga dan melindungimu, kamu jangan nangis lagi, hati saya hancur melihatmu menangis…”, Suseno menenangkan hati Bella hingga berhenti menangis.
Setelah itu, Cokro dan Lukas pun datang memohon maaf telah memukul Suseno (direkturnya itu) karena emosi, namun Suseno tidak marah malah tertawa-tawa,”Hahahaha… sudahlah, lupakan saja, tapi ngomong-ngomong pukulannya lumayan juga dia(Lukas), hehe.., kalo Cokro masih perlu latihan dia…hahaha..”, semua pun ikut tertawa-tawa kembali ceria seperti biasanya karena direkturnya sudah kembali sadar dan waras. Suasana yang penuh emosi pun akhirnya mencair dengan rasa kasih sayang dan persahabatan.
Written by : Kepik Romantis / PVA
– BERSAMBUNG – Ke Sesion III –
No comments:
Post a Comment