I can see an angel...
Pada suatu Purnama, aku terjaga dari tidurku dan menatap ke arah
jendela, dimana di luarnya terdapat hamparan kebun bunga yang cukup
luas. Aku melihat sesosok makhluk bersayap dengan cahayanya yang
sering menjaga kemanapun aku pergi. Gregorious namanya, yang artinya
adalah Penjaga yang Dipercaya.
"Malam, Gre..." sapaku penuh kehangatan.
"Malam, Cherry. Kenapa kamu masih terjaga tengah malam seperti
ini?" tanyanya lembut seakan membisikkanku seperti desiran
angin.
"Aku melihatmu seperti sedang berpikir sesuatu dan sedih. Ada
apa?"
Gre diam sejenak sambil menghembuskan panjang nafasnya. Lalu ia
menatap Purnama dengan sangat dalam. "Aku sedang bertanya-tanya
di dalam hatiku: Kapan waktunya Cherry Kecil menjadi Bijaksana dan
akhirnya selesailah tugasku untuk menjagamu di dunia, sehingga aku
bisa kembali ke surga?"
Aku menghembuskan nafas lega. Aku mengira ada sesuatu masalah
sehingga membuat Gre, malaikat penjaga yang kusayangi itu begitu
cemas. "Jika kau mencemaskanku, aku berjanji akan cepat menjadi
Cherry yang Dewasa dan Bijaksana...mulai sekarang," timpalku
dengan sebuah senyuman. Senyuman yang manis seperti manisnya buah
Cherry, seperti biasanya.
"Ya." Dia menatapku seperti tanpa ekspresi apapun. Aku
kira, pernyataanku dapat membuatnya sedikit terhibur dan gembira.
Ternyata masih ada hal lain yang ada di dalam hatinya. Aku tidak tahu
apa yang dipikirkannya. Sebab aku tidak dapat membaca pikiran seorang
malaikat.
"Mengapa kau tidak gembira? Apakah masih ada hal lain yang kau
pikirkan, Gre? Ceritakanlah...malam ini, aku adalah pendengar baikmu.
Hitung-hitung, balas budiku karena selama ini aku telah banyak
merepotkanmu, Gre," aku menyentuh bahunya yang keras itu,
bagaikan memegang sebuah besi baja yang kokoh. Dan tak lupa, aku
selalu memberinya senyuman yang indah. Biasanya, senyumanku selalu
bisa membuatnya tenang dan mempercayaiku.
"Che...begini. Kau tahu, kita sudah lama bersama. Aku sudah
berada di sampingmu, menjagamu, dari kau masih kecil hingga kau
sebesar ini, tumbuh menjadi Cherry yang cantik. Sejujurnya, aku
bahagia bila tugasku di dunia ini selesai untuk menjagamu, dan
membantumu menjadi Seorang yang Bijaksana kelak. Tapi..."
suaranya terhenti dengan tiba-tiba dan dia terdiam.
"Tapi apa?" tanyaku lembut, seperti hembusan angin yang
membuat helaian daun bergeming kecil.
"Tapi...di lain sisi aku merindukanmu..."
Aku terperangah menatapnya. Mataku membelalak lebar. Bibirku terkunci
rapat. Hanya terdengar nyanyian jangkrik dan tarian rerumputan yang
harmoni di bawah Purnama malam ini. Sebentar saja. Lalu aku tersadar
kembali. "Kalau begitu, aku tetap menjadi Cherry Kecil saja,
dengan begitu kita akan tetap selalu bersama seperti saat ini, dan
kau tak perlu kembali ke surga," ceplosku tanpa berpikir.
"Tidak. Tidak bisa begitu. Saat itu akan tiba...dan harus tiba.
Takdirmu adalah Menjadi Seorang yang Bijaksana kelak. Dan aku hanya
ditugaskan untuk menjaga dan membantu sampai pada jalan itu..."
pintanya tegas sambil menatapku, dan memegang erat kedua bahu
mungilku.
Aku menatap dan menyimak setiap ekspresinya saat ini. Aku dapat
merasakan hatinya. Aku dapat merasakan desahan nafasnya. Baru kali
ini aku melihatnya cemas seperti itu. Gre yang kukenal biasanya
selalu tenang, bahkan tanpa ekspresi. Tapi kali ini berbeda. Kedua
bola matanya menatapku sangat mendalam. Wajah kami hampir berdekatan. Pikiranku
terhenti untuk sesaat. Aku tak dapat berpikir apapun...baik
tentangku, maupun tentangnya.
Hidungnya yang kokoh itu menyentuh hidung mungilku. Dia menghela
nafas kecil. Terdiam. Dan melepaskan genggaman tangannya pada kedua
bahuku yang mungil ini. "Maaf..." katanya hampir berbisik.
"Jika kita berciuman, kedua sayapku...dan juga kekuatanku akan
lenyap, aku tak bisa kembali ke surga dan tak akan memiliki kekuatan untuk
melindungimu."
"Aku mengerti. Kalau begitu, aku berjanji akan menjadi Seorang
yang Bijaksana kelak, sehingga aku dapat memiliki kedua sayapku
kembali dan pulang ke surga..", jawabku padanya dengan tersenyum
gembira. "Di sana aku akan mencarimu kembali...dan kita bisa
bersama lagi," ucapku tanpa berpikir.
Mendengar kata-kataku yang tidak dipikirkan itu, membuatnya tersenyum
gemas dan tertawa. "Ha ha ha...Cherry...Cherry...kamu tetaplah
Cherry Kecil. Apakah kamu tahu, ketika kamu pulang ke surga nanti,
bahkan kamu tidak sempat berpikir untuk memikirkan aku lagi. Hatimu
akan dipenuhi oleh tarian dan nyanyian kedamaian surgawi."
"Benarkah?" tanyaku.
"Apakah seorang Malaikat pernah berbohong?" tanyanya
tersenyum.
"Tidak. Aku percaya Gre."
"Cherry...apakah kamu pernah berpikir kenapa kamu bisa sampai
turun ke dunia dan menjadi manusia?"
"Iya, aku dulunya adalah seorang Malaikat yang nakal. Aku
melanggar aturan surga. Karena itu kedua sayapku lenyap dan aku
berkali-kali terlahir menjadi manusia," aku mencoba mengingat-ingat
kembali.
"Iya benar. Nafsu Cintalah yang menyebabkanmu terlahir
berkali-kali menjadi manusia dan harus menjalani beberapa kisah cinta
manusia di dunia. Maka dari itu, perjalanan spiritualmu saat ini
membawamu kepada ajaran Cinta Kasih. Dimana, kamu harus belajar
meluaskan Cintamu kepada banyak orang, semua makhluk, bahkan kepada
mereka yang menyakitimu. Cinta Kasih memampukanmu untuk memahami
seluruh penderitaan ini dan menjadikanmu Seorang yang Bijaksana kelak."
"Iya Gre. Terima kasih sudah mengingatkanku kembali. Aku
berjanji padamu, aku pasti menjadi Cherry yang Bijaksana...dan pulang
ke surga."
"Janganlah berjanji padaku. Tapi berjanjilah pada Bapa yang
bersemayam di dalam sana," pintanya lembut sambil menyentuh
tepat di tengah-tengah antara kedua dadaku dengan jari telunjuknya.
Written by : Yanti Kumalasari,
S.Ds.
Editing by : Kepik Romantis / PVA