"Aku adalah salah satu dari tujuh Archangel. Akulah Malaikat Kematian. Gelap dan Terang ada dalam diriku. Dan aku ditugaskan Bapa atas Surga dan Neraka," dia memperkenalkan dirinya kepadaku. "Sama seperti tugas barumu saat ini, Cherry. Engkau memiliki tugas di dua alam, atas manusia di bumi, dan atas makhluk-makhluk di alam menderita," lanjutnya.
Hi, namaku Cherry. Aku adalah seorang gadis biasa dengan sedikit kisah yang unik.
Sebelum Bapa mengurapi, menumpangkan tanganNya ke atasku dan memberkahiku di sebuah Gereja tua bersama para avatar dan ribuan malaikat lainnya, aku hanya punya Gregorius, Guardian Angelku.
Gregorious adalah Malaikat Pelindung yang kuat namun lemah lembut. Dia sangat penuh kasih sayang, sepanjang yang aku kenal, dari aku masih kecil hingga saat ini. Kami saling menyayangi. Dia menyayangiku dan aku pun sangat menyayanginya...sebagai Malaikat Pelindung dan Manusia. Tidak lebih, memang tidak boleh lebih. Itulah aturan surga dan bumi.
Namun setelah pesta rohani itu, Bapa di surga memberiku kekuatan baru untuk menunaikan misiNya di bumi.
Siang itu, aku sedang senggang dan libur. Aku melakukan samadhi mendalam yang berfokus pada kebahagiaan di tengah dada yang sedang aku rasakan ini. Sangat nyaman dan bahagia rasanya. Sepanjang samadhi, tanpa tersadar aku tersenyum tipis pada kedua bibirku, bertahan dalam kondisi itu kurang lebih sekitar 60 menit.
Melalui samadhi, dalam sebuah cahaya samar-samar aku melihat sesosok malaikat lagi. Dia berpostur sedikit lebih tinggi dan sedikit lebih besar dari Gre, Malaikat Pelindungku. Dia mengenakan baju jirah, nampak tebal dan berat. Wajahnya pun tertutup jirah penutup wajah juga. Tak seperti Gre yang mengenakan pakaian serba putih dan keemasan yang sederhana. Dia juga nampak menggenggam sebilah pedang yang sedikit lebih besar dari Gre.
Dan...oh tidak. Aku melihat sayapnya berjumlah empat, dua sayap pada masing-masing sisinya. Malaikat jenis apakah itu?
Tak lama kemudian, Gre Malaikat Pelindungku pun berlutut dengan bersimpuh pada satu dengkulnya di atas tanah. Gre memberi hormat pada malaikat tersebut, yang sedang berdiri di depanku.
"Hei..." sapaku.
Dia pun memberi salam hormat kepadaku, berlutut dan sedikit menunduk, "Salam, Puteri Bapa."
"Ah, berdirilah..." Aku pun kaget. Tidak biasa melihat pemandangan tersebut. Gre tidak begitu padaku. Cepat-cepat aku menyuruhnya berdiri kembali. "Aku tidak biasa seperti itu."
"Baiklah," sahutnya sambil berdiri.
"Aku ingin berkenalan denganmu. Tolong sebutkan siapa namamu?"
Samar-samar aku mendengar huruf per huruf yang terangkai menjadi sebuah kata dalam batinku : "Zamael," jawabnya.
Aku tersenyum padanya. Ah, dia malaikat yang sangat hormat, sopan sekali, juga pemalu. "Baik Zamael. Ada hal apa engkau kemari?"
"Bapa mengutusku untuk membantumu dalam setiap misi baru yang akan kau laksanakan di dunia ini, Cherry."
Aku jadi tersadar sesuatu. Dalam doaku, aku selalu meminta kekuatan agar aku dapat menunaikan misi Bapa di bumi. Aku mengerti sekarang. Bapa memberikanku kekuatan melalui malaikatNya yang menjaga serta membantu dalam setiap tugasku.
"Marilah...dan akan aku perlihatkan seperti apa tugasmu kelak, dan tentang diriku," dia mengulurkan tangannya.
Spontan aku menatap Gre yang berada di sampingku. Gre pun mengangguk. "Jangan ragu, Cherry. Nanti kamu akan mengetahui semua darinya," katanya menenangkanku sambil tersenyum padaku.
Tiba-tiba sayap malaikatku yang telah bertransformasi kemarin ini pun keluar dari kedua punggungku, beserta cahaya halo di kepalaku. Dalam mata batinku, aku mengenakan gaun putih yang panjang, sangat cantik. Aku menjadi sama seperti mereka, memiliki sayap putih.
Aku pun meraih tangannya untuk ikut bersamanya. Aku menengok ke belakang, arah Gre dan mengernyitkan dahi. Gre mengangguk kembali, "Aku akan menjaga jasadmu, dan menunggumu disini. Semua akan baik saja," dia tersenyum padaku.
Kami pergi dari satu dimensi ke dimensi lainnya, hanya dalam hitungan detik. Kali ini kami berpindah di sebuah tempat yang sangat panas oleh bara api berwarna kemerahan.
Kami tiba di neraka.
Zamael memberikanku lingkaran pelindung berbentuk seperti bola cahaya berwarna kuning keemasan di sekitar tubuhku, agar aku tetap terlindungi dan tidak ada makhluk penghuni neraka yang dapat menyentuhku.
Tiba-tiba ujung pedang Zamael mulai mengeluarkan bara api yang panas berwarna kemerahan. Zamael mulai mengayunkan pedangnya yang besar itu menghunus ke arah satu makhluk neraka berwarna kemerahan dengan satu tanduk yang panjang pada ujung kepalanya. Makhluk itu sangat bengis dan kejam. Aku dapat merasakan dari pancaran vibrasinya.
Makhluk itu terkapar dengan mudahnya di tangan Zamael. Dan lenyap.
Tiba-tiba datanglah teman-teman makhluk yang mati itu semakin banyak menyerang Zamael. Hanya Zamael seorang diri. Aku hanya mengamati atas pemandangan yang sedang berlangsung kala itu dari langit neraka.
Zamael bertarung. Dengan mudahnya para makhluk penghuni neraka itupun terjatuh dan kesakitan. Mereka sangat ketakutan akan kekuatan Zamael...
"Aku tidak akan melenyapkan kalian. Sebab, belum waktunya bagi kalian untuk lenyap," pintanya tegas pada para makhluk itu. Suaranya kharismatik sekali, bagaikan halilintar yang menggelegar.
Zamael pun menghampiriku. Dia membuat bola cahaya pelindung untuk dirinya sendiri. Kami turun bersama ke neraka. Melihat-lihat pemandangan di sekitarnya. Tidak ada yang indah. Sungguh tragis dan mengenaskan. Membuat batinku meneteskan air mata kesedihan melihat para makhluk disana.
Jika kamu pernah melihat para tawanan yang disiksa menjadi buruh disebuah penjajahan jaman dulu, begitulah mereka. Ada yang setiap harinya dari mereka dieksekusi mati oleh penjaga neraka yang berkuasa disana.
"Zamael...mengapa kamu melenyapkan salah satu dari mereka tadi?"
"Ada kalanya, sebagian dari mereka yang tidak lagi dapat dibimbing, kelak akan merugikan yang lainnya, makhluk seperti itu boleh dimusnahkan atas seijinNya. Supaya jiwa mereka bisa dimurnikan kembali."
"Iya. Tapi aku merasa kasihan terhadap mereka. Bagiku, setiap makhluk berhak untuk meneruskan kehidupannya...sejahat apapun. Dan Gre, selalu mengingatkanku untuk memiliki belas kasih kepada semua makhluk."
"Tugasmu tetap memancarkan cinta kasih terhadap semua makhluk. Namun dalam perjalanan tugasmu kelak, tidak semudah yang akan kau bayangkan. Ada sebagian makhluk dengan kekuatan yang tinggi dan energi negatif yang sangat jahat, tidak menyukai apa yang kau lakukan dan akan membuat permusuhan denganmu. Untuk itulah, aku bersamamu...kelak kau akan paham, Cherry."
Dia kembali meraih tanganku dan menggenggamnya. Kami menghilang dari sana dan pergi ke dimensi yang lainnya.
Tak terasa, air mataku menetes. Batinku berguncang selama melihat kondisi di neraka.
Kami tiba di surga.
Melihat air mata yang menggenang dari kedua pipi mungilku, Zamael berusaha menenangkanku. Dia memelukku dan menghapus air mataku. Tanpa sepatah kata pun yang terucap.
Ternyata, dia malaikat yang memiliki sikap welas asih dan lembut. Dia hanya menjadi malaikat yang bengis dan mengerikan saat bertarung di neraka tadi.
"Cherry, aku akan mengenalkanmu pada rekan-rekanku. Supaya mereka juga mengenalmu," pintanya lembut, membuatku sedikit tenang. Dia seperti Gregorious yang selalu dapat menenangkan hatiku. Aku membatin.
Aku masih terisak. Lalu aku menoleh ke arah belakang Zamael. Aku melihat begitu banyak malaikat sedang berlutut memberi hormat pada Zamael. Mungkin ada ratusan ribu...bahkan jutaan banyaknya. Aku tak bisa menghitungnya. Terlalu banyak. Mereka semua nampak mengenakan baju jirah. Namun mereka hanya memiliki sepasang sayap malaikatnya, seperti Gregorious, namun berbeda dengan Zamael.
"Mereka semua adalah pasukanku, Cherry," katanya sembari mengangkat pedangnya ke atas menghadap mereka, dan pasukan malaikat itupun juga mengangkat berbagai macam senjata yang dimilikinya ke atas sambil bersorak sorai.
Mataku membelalak lebar menyaksikan pemandangan kali ini di surga. Membuatku semakin penasaran tentang siapa Zamael, Malaikat Pelindung yang baru diutus Bapa kepadaku itu. "Siapa kau sebenarnya, Zamael?"
"Aku adalah salah satu dari tujuh Archangel. Akulah Malaikat Kematian. Gelap dan Terang ada dalam diriku. Dan aku ditugaskan Bapa atas Surga dan Neraka," dia memperkenalkan dirinya kepadaku. "Sama seperti tugas barumu saat ini, Cherry. Engkau memiliki tugas di dua alam, atas manusia di bumi, dan atas makhluk-makhluk di alam menderita," lanjutnya.
Aku tak berpikir apapun. Aku hanya menyimaknya, Zamael Malaikat Kematian.
Zamael meraih tanganku dan menggenggamnya kembali. "Mari Cherry, aku akan mengantarmu pulang kembali ke tubuhmu," katanya lembut memecah lamunanku. "Gregorius sudah menunggumu," bisiknya bagaikan angin yang menyapu rambutku. Aku tak tahu bagaimana ekspresinya saat ini. Karena dia selalu mengenakan jirah penutup wajahnya.
Kami kembali di duniaku.
Tempatku bersamadhi tadi.
"Terima kasih sudah mau mengenalku, Cherry," katanya lembut. Berbeda saat dia bertarung di neraka tadi. Sangat berbeda. Gelap dan Terang memang menjadi bagian dalam dirinya.
"Terima kasih juga sudah mau mengantarku jalan-jalan, Zamael," kataku tersenyum masih dalam samadhi.
"Baiklah, aku akan kembali ke surga. Ada urusan yang harus aku selesaikan disana. Jika perlu bantuanku, panggil saja aku dalam hatimu, Cherry. Aku pasti akan datang membantumu," katanya.
Aku hanya menatapnya. Bagiku, Zamael masih menjadi misteri untukku.
Lalu dia mendekatiku kembali, "Aku belum bisa tinggal seperti Gregorious, Malaikat Pelindungmu. Karena jiwamu belum cukup mampu menampung energi kegelapan yang aku miliki. Teruslah murnikan dirimu, Cherry..." pesannya berbisik di telingaku.
"Baik, Zamael. Aku akan terus memurnikan diriku supaya lebih banyak makhluk yang bisa ditolong, dan berbahagia..." jawabku.
Dia hendak meninggalkanku.
"Ah, tunggu! Ada yang ingin aku tanyakan. Umm... apakah kau terus menggunakan jirah penutup wajahmu itu?" tanyaku agak konyol.
Dia terdiam. Sedikit berpikir. "Tidak juga. Tergantung..." lalu dia pergi meninggalkan kami.
Tergantung...?
Baiklah. Kataku membatin sambil tersenyum. Zamael telah membuatku memiliki petualangan baru. Dari sinilah kisah penugasanku dimulai...
Written by : Yanti Kumalasari, S.Ds.
Fan-page Writer :
https://www.facebook.com/thesoulreader.jkt/
Editing by : Kepik Romantis / PVA