Monday, March 17, 2014

Merilis Kehidupan Dalam Segelas Air

Saya bersama teman-teman seangkatan berkunjung ke rumah mantan dosen yang dulu pernah mengajar kami. Kami sangat akrab berbincang dengan beliau, mengenang semua yang pernah kami alami saat masih aktif di kampus

Ketika dosen menanyakan tentang bagaimana kehidupan kami sekarang, pertanyaan itu seolah mengingatkan tentang ketidakpuasan terhadap kehidupan di dalam hati kami menjadi meluap. Kami semua bercerita dan mengeluh mengenai kehidupan, keluarga, pekerjaan, saingan bisnis, menjadi pegawai dengan jabatan yang tidak pernah naik jenjang, dan masih banyak yang lainnya. Pada saat itu, semua orang kelihatannya telah menjadi anak yang diterlantarkan Tuhan.

Dosen kami hanya tersenyum tidak mengatakan apapun, lalu keluar dari ruang tamu masuk ke dapur. Dari dalam dapur belaiu membawa banyak gelas dan cangkir, ada yang terbuat dari porselin, kaca, melamin, dan bentuknya juga berbagai jenis, ada yang terlihat sangat indah dan anggun, ada yang terlihat sangat sederhana, bahkan ada yang terlihat sangat kasar dan murahan.

Dosen kami lalu berkata, "Kalian semua adalah bekas murid saya, saya tidak akan menganggap kalian sebagai tamu lagi, kalian sendiri layani diri sendiri, jika sudah haus, ambil air untuk minum." Karena tadi kami sudah berbicara lama jadi merasa haus, lalu kami beramai-ramai memilih gelas kesukaan kami dan menuang air ke dalam gelas itu.
Ketika kami mengangkat gelas dan hendak minum, dosen kami berkata dan menunjuk ke dalam gelas, "Apakah kalian menyadari ketika kalian mengambil gelas-gelas kalian memilih gelas yang tercantik yang kalian suka, sedangkan gelas-gelas yang murahan dan kasar ini tidak ada orang yang memilihnya. Saya tidak merasa heran, siapakah yang tidak ingin memilih gelas yang cantik untuk dipakai?"

Lalu dosen kami melanjutkan ucapannya, "Ini sebenarnya adalah akar masalah kalian. Yang kalian butuhkan adalah air, bukan gelasnya, tetapi sengaja atau tidak sengaja kalian telah memilih gelas. Seperti di dalam kehidupan kita, jika kehidupan kita seperti air, maka, pekerjaan, uang, kedudukan atau jabatan semua itu adalah gelasnya. Gelas-gelas ini adalah alat yang kita pergunakan untuk menyajikan air dalam kehidupan kita. Gelas yang cantik dan jelek, tidak akan mempengaruhi kualitas air, jika menghabiskan waktu memilih gelas tersebut, bagaimana kita bisa menikmati rasa air yang pahit atau manis, bukankah kita mencari kesulitan bagi diri sendiri?"

Sumber : Epochtimes

No comments:

Post a Comment