Namaku Cherry. Aku adalah gadis kecil, biasa, lugu dan mudah berempati dengan lingkungan sekitar. Kini, karena kebaikan Bapa, aku memiliki dua Malaikat Pelindung yang baik hati. Archangel Zamael dan Malaikat Gregorious. Mereka diutus Bapa untuk membantu tugas pelayanan Bapa di dunia ini.
Tugasku sederhana, yaitu membawa Kebahagiaan bagi Semua Makhluk dengan kekuatan Cinta KasihNya.
Archangel Zamael beserta pasukannya belakangan ini sangat giat melaksanakan tugas pemurnian para makhluk kegelapan di alam menderita yang berusaha menghasut pikiran manusia di negeri ini. Mereka melakukan tugasnya dengan sangat baik. Berhari-hari dalam perhitungan waktu manusia. Tanpa tidur maupun beristirahat.
Namun suatu ketika, aku melihat Zamael dan segelintir pasukannya sedang beristirahat di kebun rumahku. Mereka nampak kelelahan di balik jirah perang yang mereka kenakan.
Akupun mendekati mereka. Beranjali, mengatupkan kedua telapak tanganku di depan dadaku kepada mereka sebagai tanda 'terima kasih'.
Lalu aku menghampiri Zamael. Ia nampak sedang tertidur di sana, dalam posisi duduk bersandarkan pada sebuah pohon yang rindang di kebun tamanku. Dia tidak bergerak.
Aku mencoba membuka jirah penutup wajahnya itu. Supaya ia bisa beristirahat dengan nyaman, pikirku. Ditambah rasa penasarananku yang cukup besar tentang dirinya.
Bagiku, Zamael adalah Sang Malaikat Kematian yang mengerikan, sekaligus lembut hatinya. Buktinya, ia memberikanku sekuntum bunga mawar merah yang indah ketika aku sedang tertidur lelap. Entah apa maksudnya. Katanya, sebagai penyemangat tugasku.
Aku berhasil membuka jirah penutup wajahnya. Kini aku bisa melihat setiap lekuk wajahnya yang tegas. Matanya terpejam. Nafasnya sangat tenang dalam tidurnya.
Tanpa sadar, aku melihatnya sangat dekat...terlalu dekat. Tiba-tiba saja ia terbangun, dan...oh, dia mencium bibirku, dengan cepat. Aku tak sempat untuk berpikir dan menghindar. Tidak, nanti keempat sayapnya akan...ah, aku tak dapat berpikir apapun saat ini. Aku terhanyut ke dalam momen saat ini. Pikiranku terhenti. Aku hanya menikmati bibirnya yang lembut menyentuh bibir mungilku.
Saat itu juga, aku merasakan kedua energi murni kami menyatu, dan memancar ke seluruh penjuru alam semesta. Seperti sebuah pilar energi yang besar di atas kami, dan menyebar ke seluruh penjuru bagaikan serpihan dandelion yang terbang tertiup angin. Aku tidak tahu bagaimana prosesnya. Sangat cepat. Tidak sempat membuatku berpikir.
Baru kali ini aku merasakan berciuman. Aku tidak tahu, apakah berciuman dengan manusia akan sama seperti hal yang kurasakan saat ini.
Cukup lama momen itu. Membuat rekan-rekannya yang ada disana memperhatikan kami berdua, karena energi kasih yang memancar ke seluruh penjuru semesta ini sangat hebat. Membuat tengah dada semua makhluk bergetar, untuk sesaat.
Gregorious, Malaikat Pelindungku pun juga ada disana, memperhatikan kami. Aku tak tahu apa yang ada di dalam pikiran Gregorious saat ini...
"Zamael..." desahku.
"Ya...?" jawabnya, sambil masih melumat bibir mungilku dengan sempurna.
"Cu...kup..." pintaku padanya berbisik sembari sedikit mendorong tubuhnya perlahan.
Dia menghentikannya sesuai pintaku. Dia menatap ke dalam kedua bola mataku. Aku pun demikian. Rasa ini, ah...rasanya pernah terjadi. Bukan saat ini saja. Tapi entah kapan...
Dia membelai rambut panjangku dengan lembut. Masih menatap mataku dengan lembut. Baru kali ini aku merasakan sisi kelembutannya yang paling lembut.
"Sudah kan...kau tidak penasaran lagi tentang diriku?" tanyanya.
Ah...dia bisa membaca pikiranku. Rasa penasaranku memang hilang. Tapi saat ini justru menimbulkan suatu tanda tanya besar yang baru di dalam benakku : Siapakah dia di kehidupan masa laluku? Rasanya, aku mengenalnya dengan sangat baik...sangat...
Sudahlah, nanti saja aku mencari tahunya sendiri. Atau, aku bisa bertanya pada Gre, Malaikat Pelindungku satunya. Mungkin dia tahu sesuatu. Yah, itupun jika dia mau memberitahukannya padaku. Sebab, tidak semua rahasia bisa dia beritahukan padaku.
"Rasanya, aku pernah mengenalmu...jauh sebelum ini, Zamael..." jawabku.
Dia terdiam sesaat, dan terus memandangku.
"Ya," hanya itu jawabannya, tanpa melepaskan pandangannya dariku.
"Ah, aku baru ingat, sayapmu..."
"Aku baik-baik saja," katanya tersenyum menatapku.
"Mengapa sayap malaikatmu tidak lenyap...sepertiku dulu...?" tanyaku.
"Dulu...?" dia tersentak. Aku dapat melihatnya dari raut wajahnya.
Lalu ia pun bangkit berdiri, dan mengambil jirah penutup wajahnya dengan salah satu tangannya.
Dia berbalik memalingkan wajahnya dariku, menuju rekan-rekan malaikatnya. Rekan-rekan malaikatnya juga bersiap, membereskan diri dan bangkit berdiri kembali.
Dia menengokkan kepalanya sedikit ke arahku, "Karena aku adalah Archangel Kematian. Nafsu dan Cinta memang adalah bagian dari dalam diriku. Dan keduanya tak bisa mempengaruhiku."
Aku hanya menatapnya berjalan bersama rekan-rekan malaikatnya, dan melayang, terbang...lalu menghilang, kembali ke surga tempat mereka tinggal. Meninggalkan aku dan Gregorious, Malaikat Pelindungku...
Hanya desiran angin yang kudengar kini.
Begitu sunyi...meninggalkan sebuah tanya.
Malam pun tiba.
Aku terdiam dan memeluk erat boneka beruang seukuran tubuhku di atas tempat tidurku. Tatapanku kosong. Pikiranku tak berhenti memikirkan Archangel Zamael. Dan ciuman tadi siang itu...
"Cherry..." Gregorious menghampiriku. Berusaha memecah keheningan ini. "Dari tadi siang kamu terdiam saja. Sampai tidak makan malam..."
Aku masih terdiam. Ingin berteriak, tapi tak tahu kemana. Salah-salah orang mengataiku "gila".
Aku terus berusaha mengingat kehidupan lampauku, mencari tahu siapa aku dan Zamael di kehidupan lampau. Tapi tak kunjung muncul ingatan itu.
Ingatan yang mana? Kehidupan masa lampau ke berapa ribu yang harus aku ingat? Banyak dan rumit sekali. Aku tidak bisa berkonsentrasi untuk mengingatnya...sama sekali.
"Cherry, apa kamu butuh teman bicara?" Gregorious membelai rambutku dengan lembut dan tersenyum hangat. Aku dapat merasakan Cinta Kasihnya sungguh memancar sempurna untukku.
Kepalaku pun jatuh rebah di pangkuan Gregorious, Malaikat Pelindungku. "Aku tak tahu harus memulainya dari mana, Gre..."
"Ceritakanlah..." pinta Gre sambil tersenyum masih membelai rambutku.
"Bolehkah, kau menceritakan tentang siapa Archangel Zamael, sebanyak yang kau tau... untukku, Gre...?" mintaku sambil memelas menatap matanya.
Gre nampak menarik nafas panjang. "Baik, Cherry. Aku akan menceritakan tentangnya, untukmu. Tapi, hanya yang boleh kuceritakan untukmu saja. Dan hanya ceritera yang tidak akan mempengaruhi takdirmu, Cherry..." jawabnya.
"Baiklah. Tidak apa. Aku siap mendengarkanmu, Gre. Ceritakanlah..."
"Dahulu kala, jauh sebelum terbentuknya bumi di masa yang sekarang, hiduplah seorang iblis yang paling ditakuti di seluruh alam menderita. Dia terkenal sangat keji, sadis, dan mengerikan di neraka. Bahkan, beritanya terdengar sampai ke alam surga.
...Zamael namanya.
Tapi ia hanya membunuh dan memakan makhluk yang memiliki dosa-dosa berat. Tanpa kenal ampun, dia mencabut nyawa para makhluk itu membabi buta. Hingga dia menjadi pemimpin para iblis terkuat di neraka.
Suatu hari, karena belas kasih Bapa, Bapa melihat keadilan dan kebijaksanaan di dalam hatinya. BagiNya, Zamael adalah iblis yang langka. Dia tidak membunuh makhluk-makhluk di alam neraka tanpa sebab. Dia membunuh bukan untuk kesenangan dirinya.
Lalu, berjuta kalpa kemudian, Bapa mengangkat Zamael menjadi pemimpin para malaikat terkuat di surga, menjadi salah satu dari tujuh Archangel terkuat di surga."
"Waaahhh...hebattt!!" Aku memperhatikan ceritera Gregorious tanpa berkedip sedetik pun. "Lalu, lalu???" ekspresiku penasaran mendengarkan ceritanya.
Gre tersenyum padaku yang tengah berbaring di pangkuannya. "Iya, iya, sabar ya, puteri kecil..." candanya menenangkan gairahku. "Dan aku termasuk menjadi pasukannya, Tuanku Archangel Zamael. Suatu hari, dia pun mengangkatku menjadi salah satu komandan perangnya di pertempuran berikutnya. Sejak saat itu, aku berteman baik dengannya. Dia adalah Tuan, sekaligus sahabatku ketika di sorga."
"Lalu, bagaimana denganku dalam kehidupan masa lalunya, Gre?"
Gregorious terdiam. Ia nampak tak bisa menceritakan pertanyaan sederhana yang kulontarkan itu.
"Apakah dulu aku pernah menjadi kekasihnya di neraka?" tanyaku polos.
Gre terkejut menatapku. "Tidak...tidak Cherry. Kamu tidak pernah dilahirkan di neraka. Tapi, justru kamu yang membuat ribuan malaikat pelidung yang melindungimu jatuh ke neraka, dari satu kelahiran ke kelahiran berikutnya. Hahaha..."
"Gre serius??" tanyaku mengernyitkan dahi.
"Awalnya aku tidak tahu hal ini. Tapi Tuanku yang menceritakannya. Dia yang memperingatkanku agar aku tidak jatuh cinta padamu, Cherry," jawabnya sambil mencubit hidungku.
"Apa? Gre jatuh cinta sama Cherry ternyata? Hahahaha..." tawaku sambil memeluk boneka beruang seukuran tubuhku itu.
Gregorious tersipu malu, wajahnya memerah seperti kepiting rebus. Hahaha...tawaku. Sangat jahat ya aku ini. Menertawakan perasaan Gre, Malaikat Pelindungku. Haduh, perutku agak mules karena tertawa terbahak-bahak mendengar pengakuan darinya.
"Gre, mari berjanji..." aku mengangkat satu jari kelingkingku di depan wajahnya. "Kita akan selalu menjadi sahabat dalam seperjalanan ini, dan kita akan mencapai Pencerahan bersama-sama, ya?"
Gre pun menatap jari kelingkingku yang mungil di depan wajahnya sambil masih berbaring di pangkuannya. "Janji..." jawabnya sembari jari kelingkingnya yang besar dan kokoh itu dikaitkannya pada jari kelingkingku yang hanya sepertiga jari kelingkingnya.
"Cherry juga mencintai Gre...Cherry pasti sangat merindukan Gre jika Gre pergi nanti..." kataku sembari masih mengaitkan jari kelingkingku pada jari kelingkingnya dengan tatapan berkaca-kaca.
Gre tersenyum. "Aku berhutang budi pada Tuanku, Archangel Zamael. Dia membuatku memahami arti Cinta manusia yang fana. Kejadian tadi siang itu membuatku tersadar bahwa aku masih dipenuhi oleh hawa nafsu malaikatku...
Seandainya, siang tadi adalah aku yang menciummu, Cherry, kedua sayapku pasti lenyap saat itu juga. Dan aku tak memiliki kekuatan untuk melindungimu sampai kamu menjadi Cherry yang Bijaksana kelak."
"Tapi, kenapa keempat sayapnya tidak lenyap ketika menciumku tadi siang?" tanyaku penasaran.
"Karena dia adalah Archangel. Seorang Archangel setidaknya lebih murni dari seorang malaikat biasa, sepertiku. Dimana, ego dan nafsu tidak lagi bisa menguasai dirinya..." jelasnya.
"Apakah dia juga mencintaiku...?" tanyaku pada Gre.
Gre terdiam. "Kalau itu aku tidak tahu. Aku tidak memahami kondisi hati dan pikiran untuk setingkat Archangel sepertinya."
Aku terdiam...
"Kita harus belajar banyak darinya, Cherry..." kata Gregorious menatapku dengan serius.
Sementara di surga...
Archangel Zamael terduduk di kursi tahta kerajaannya di alam surga tingkat lima. Kali ini dia mengenakan pakaian seorang raja, berwarna putih dengan aksen keemasan. Dia juga mengenakan sebuah mahkota di kepalanya.
"Tuanku...apa yang membuat Tuanku terdiam semenjak Tuanku pulang berperang dari bumi?" tanya salah seorang malaikat penasehatnya.
"Banyak hal..." jawab Zamael singkat.
"Dengar-dengar Tuanku telah bertemu dengan seorang gadis kecil dari kehidupan masa lalu Tuanku di bumi?" tanya malaikat penasehat lainnya yang kedua.
"Ya, aku bertemu dengan gadis kecil itu. Dan sayangnya, kebijaksanaannya masih jauh..." Zamael yang tadinya tegang, kini merebahkan badannya pada sandaran kursi tahtanya. "Dia masih memiliki nafsu dan ego manusia yang cukup besar...entah berapa kelahiran lagi dia bisa menjadi bijaksana," lanjutnya.
"Hahaha...apakah Tuanku belum mengerti juga? Mengapa Tuanku dipertemukan dengan gadis kecil bumi itu?" tanya malaikat penasehatnya yang kedua. Zamael terdiam, sambil mengunyah buah-buahan yang lezat dan segar ala surgawi.
"Tuanku dipertemukan dengannya untuk tujuan percepatan pembelajaran spiritual gadis kecil itu. Tidak akan lama lagi gadis kecil itu akan menjadi Bijaksana..." jelas malaikat penasehatnya yang kedua.
"Ohya? Berapa lama lagi?" tanya Zamael sambil mengunyah buah apelnya.
Malaikat penasehatnya yang kedua itu mendekat ke kursi tahta Zamael, "Itu rahasia langit, Tuanku..." jawabnya sembari berbisik di telinga Zamael. "Tuanku juga harus menyempurnakan diri lagi. Hanya gadis kecil itu yang bisa memurnikan kegelapan yang ada di dalam diri Tuanku," lanjutnya lagi.
"Kau benar," sahutnya kepada malaikat penasehatnya seraya berjalan menuruni anak tangga tahtanya.
"Ah...Tuanku mau kemana?" tanya malaikat penasehat yang pertama.
"Ke bumi, ke tempat gadis itu," jawab Zamael.
"Ah...Tuanku jangan gegabah. Jangan mengikuti ego Tuanku. Apakah Bapa mengizinkan atau tidak pertemuan Tuanku dengannya malam ini di bumi?" tanya malaikat penasehatnya yang pertama dengan cemas.
Langkah Zamael terhenti. Dia berpikir. "Benar, aku tidak boleh gegabah. Aku akan masuk ke dalam mimpinya saja..." kata Archangel Zamael.
Written by : Yanti Kumalasari, S.Ds.
Fan-page Writer : https://www.facebook.com/thesoulreader.jkt/
Editing by : Kepik Romantis / PVA
No comments:
Post a Comment