Monday, November 4, 2013

Tidak Akan Menyerah di Tengah Jalan


Pada jaman ‘Peperangan Antar Negeri’ (475 – 221 SM), ada seorang pria bernama Yue Yangzi yang tinggal bersama istrinya di negeri Yue.

Suatu hari Yue melihat sepotong emas di jalanan lalu dipungut dan dibawa pulang untuk ditunjukkan kepada istrinya.

Istrinya melihat potongan emas itu lalu berkata, “Saya pernah mendengar bahwa seorang yang bermoral tidak akan minum air suguhan pencuri dan seorang yang memiliki integritas akan menolak menerima sedekah. Bagaimana pendapat Anda tentang mengambil kerugian orang lain untuk dimiliki?”.

Mendengar ucapan istrinya, Yue merasa malu lalu potongan emas itu diletakkan kembali di tempat semula saat ia menemukan.

Suatu hari, Yue berpikir untuk pergi dari rumah dan mencari guru. Setelah ia menyampaikan keinginannya untuk menimba ilmu istrinya sangat mendukung. Yue kemudian dapat berangkat.

Setahun kemudian Yue tiba-tiba muncul di depan istrinya yang saat itu sedang menenun kain sutra. Istrinya terkejut melihatnya lalu berlutut di depan Yue dan bertanya,

“Anda baru menghabiskan waktu selama 1 tahun untuk belajar, mengapa sudah kembali pulang?”.

“Saya pulang untuk melepas rindu,” jawab Yue.

Tanpa berbicara istrinya berdiri kemudian berjalan mendekati alat tenun dan mengambil sebuah gunting.

Dengan menunjuk kain brokat yang berada di atas alat tenun, istrinya berkata dengan lembut, “Kain brokat yang dihasilkan dari benang sutra terbaik, saya tenun satu demi satu untuk menghasilkannya. Bila sekarang saya memotongnya, semua pekerjaan saya sebelumnya akan menjadi sia-sia. Sama juga seperti Anda menimba ilmu. Anda dapat memperoleh pengetahuan melalui ketekunan. Sekarang Anda berhenti di tengah jalan, bukankah sama seperti memotong kain pada alat tenun ini?”.

Yue sangat tersentuh oleh kata-kata istrinya dan memutuskan untuk meninggalkan rumah lagi. Ia berjanji tidak akan menyerah di tengah jalan.

Beberapa tahun kemudian, Yue menjadi orang yang terpelajar dan terpandang.

Idiom ini digunakan untuk merujuk pada suatu aktivitas yang berhenti di saat proses sedang berlangsung. Ia memperingatkan bahwa segala usaha sebelumnya akan menjadi sia-sia hanya karena seseorang tidak dapat melihat sesuatu sampai akhir.

Idiom半途而廢 (bàn tú ér fèi), “menyerah di tengah jalan” atau meninggalkan sesuatu yang belum diselesaikan, diambil dari salah satu bab dalam kanonik suci Konfusius.

Sumber : http://erabaru.net/budi-pekerti/71-cerita-budi-pekerti/33958-menyerah-di-tengah-jalan

No comments:

Post a Comment