Berikut ini adalah Cerita dari Tiga (3) orang pasang / Pasangan Tua :
Pasangan pertama kakek dan nenek, semua hal besar dan kecil serta masalah keuangan yang memegang kekuasaan adalah Suami. Di rumah tersebut istrinya tidak mempunyai kekuasaan, kakek mempunyai sebuah pekerjaan tetap dan berpendapatan bagus, nenek hanya seorang ibu rumah tangga biasa, ketika kakek akan pergi kerja, selalu berpesan kepada istrinya tidak boleh memegang barang ini dan itu, atau berpesan kepadanya harus melakukan apa, namun bila ketika sang kakek pulang kerja hal yang diperintahkan belum dilaksanakan oleh istrinya lalu dia mulai memarahi istrinya, kemudian istrinya tanpa berhenti meminta maaf, tetapi hal demikian berulang-ulang terjadi, seperti film yang di putar berulang kali memainkan peranan tersebut. Seperti suaminya berkata: "Dokumen ini sangat penting, jangan sembarangan di pindahkan!" Setelah pulang dari kantor melihat dokumennya telah hilang, nenek dengan menyesal berkata, "Saya mendengar engkau mengatakan dokumen itu sangat penting, oleh sebab itu saya menyimpannya, tetapi sekarang saya lupa meletakannya dimana?"
Atau kakek berpesan kepada nenek menyuruhnya memberi makan kepada burungnya, akhirnya nenek lupa memberi makan, atau lupa mengunci sarang burung, menyebabkan burung tersebut terbang. Kakek dengan marah berkata: "Ini bukan terjadi satu dua kali, menyuruh kamu tidak pegang, kamu sengaja menghilangkan, menyuruhmu mengerjakan sesuatu tidak dikerjakan. Bahkan merusak."
Pasangan kedua walaupun tinggal satu atap, tetapi seperti orang asing, sepanjang tahun tidak bersapa satu sama lain, sehingga putri mereka yang tinggal bersama mereka menjadi serba susah terjepit di tengah-tengah.
Pasangan ketiga berpisah tempat tinggal, sampai akhirnya si kakek meninggal pun, si nenek ketika mengingat membicarakan mendiang suaminya selalu tersirat rasa benci.
Cerita di atas adalah kinerja 3 pasang pasangan walaupun tidak ada yang sama, tetapi mereka semua mempunyai sebuah kesamaan yaitu : "KEBENCIAN".
Nenek pasangan 1 tertekan secara psikis tidak berani melawan suaminya, tidak dapat melampiaskan kebencian di dalam hatinya, sehingga di bawah alam sadarnya selalu melakukan hal yang berlawanan dengan permintaan suaminya untuk melampiaskan ketidakpuasannya terhadap suaminya; pasangan ke-2 saling tidak bersapa untuk melampiaskan "kebenciannya"; pasangan ke-3 membuat ketidakpuasan emosionalnya dilampiaskan dengan tuntas, tidak hanya tidak ingin tinggal bersama lagi, bahkan setelah meninggal pun juga kebenciannya tetap tidak hilang, sehingga satu sama lain tetap seperti musuh.
Ketiga pasangan ini pada permukaan memang terlihat masih mempertahankan perkawinannya, namun sebenarnya di dalam hati mereka kenyataannya sudah bercerai. Jika secara mendalam dipahami sebenarnya satu sama lain tidak cocok, kebanyakan adalah karena hal sepele yang terjadi pada kehidupan sehari-hari, tetapi karena kebencian tersebut tersimpan terlalu lama, maka akan seperti bola salju, semakin lama semakin besar, sehingga akhirnya tidak terpecahkan.
Setiap orang mempunyai karakter dan latar belakang keluarga yang berlainan, jika kedua orang tersebut disatukan, dari waktu ke waktu kontrakdisi pasti tak terelakkan terjadi dan konflik pun akan muncul, pada saat ini lebih banyak orang melihat kelebihan dan sedikit sekali yang melihat kekurangan pihak lain maupun mengintrospeksi diri sendiri, bila mendadak muncul konflik, seharusnya langsung mencari ke dalam, Apakah ini adalah kesalahan saya? Atau mungkin sikap saya yang bermasalah? Hanya dengan cara sering merefleksi diri, serta selalu menjaga perasaan orang lain dengan demikian baru bisa hidup dengan harmoni.
Karena kehidupan ini pasti ada cobaan, dan sifat dan pemikiran manusia berbeda-beda, jika pikiran dan sifat orang semua sama, apakah tidak akan membosankan? Apakah kita tahan bila pasangan kita bagaikan fotokopi kita yang semua pikirannya sama persis? Kenapa kita terhadap teman dan kolega dapat demikian toleran dan pengertian, tetapi kenapa terhadap orang yang paling kita cintai kita tidak dapat mengalah sedikit? Jadikan pasangan hidupmu sebagai "Teman" bukannya sebagai "Musuh".
Sumber : Erabaru Epochtimes - Cerpen -