Thursday, October 20, 2016

Berpikir Sederhana, Tidak Ada Kotak Pikiran "Simple Mind, There is No Box"

Seringkali kita mendengar kalimat, "Jangan berpikir di dalam kotak", ataupun "Berpikirlah di luar kotak", bahkan ada lagi "Berpikir bagaimana memanfaatkan / menggunakan kotak yang ada", lalu muncul pertanyaan lagi "Bagaimana bila kotaknya besar, sampai kapanpun tidak akan mampu keluar dari kotaknya?". Lalu jawaban/solusinya apa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas : 

1. Menjawab pertanyaan dengan pertanyaan : "Siapakah yang membuat/menciptakan Kotak-nya?"
2. Membalik pertanyaannya dengan jawaban : "Bagaimana bila sebenarnya Tidak Ada Kotak?"

Jadi yang menciptakan "Kotak" dalam pikirannya sendiri itu siapakah? Kenapa harus membuat kotak dalam pikiran anda sendiri, bila ternyata sebenarnya itu Tidak pernah Ada Kotak. Mengapa harus membatasi pikiran anda dengan terkotak oleh doktrin dan dogmatis yang ada, bila ternyata yang membuat doktrin dan dogmatis aturan tersebut juga adalah diri manusia sendiri. Mengapa anda mau mempercayai segala sesuatu, tanpa membuktikannya terlebih dahulu dengan akal pikiran sehat anda sendiri. Mengapa anda mau menjadi "Robot" yang diatur dan diperintah oleh sistem aturan dan kotak yang anda buat sendiri. Selama anda masih berpikir bahwa di dalam pikiran anda ada "Kotak" atau dinding/penghalang, aturan, dogma, sistem dan doktrin dari yang berlaku atau berjalan sesuai dengan arus/alur jalur di kehidupan saat ini dengan rutinitas yang selalu monoton dan bahkan membuat anda sengsara, menderita, susah, sedih, dkk (masih banyak lainnya) sehingga seperti berputar-putar di lingkaran yang sama, tanpa dapat keluar dari lingkaran, maka anda akan terus berpikir "Terkotak/Terkurung" selama-lamanya, tanpa mengetahui solusi/jalan keluarnya. 

Bila anda tidak membangun pikiran dengan "Kotak" sekalipun itu bentuknya tidak selalu kotak, bisa saja bentuk itu segitiga, lingkaran, trapesium, layang-layang, bujur sangkar/persegi, segi sembarang dan berbagai bentuk dan konsep lainnya yang akan muncul membentuk sesuatu dengan bentuk-bentuk lain yang baru dan modern. Padahal intinya tetap sama bahwa itu adalah bentuk atau konsep yang dibuat oleh imajinasi dari alam pikiran kita sendiri. Seperti seseorang ingin membuat rumah, maka insinyur, arsitek dan designer akan bertanya bentuknya seperti apa kira-kira? Atau warnanya, rupanya, maunya, sukanya dan ukurannya yang seperti apa? Maka kita akan spontan dan secara langsung meng-"create" atau membuat imajinasi di dalam pikiran kita sendiri dengan bentuk dan konsep yang kita inginkan. Jadi selama pikiran anda masih terkonsep, tertata, tersusun dan terbentuk, maka anda selamanya tidak akan pernah mampu berubah, apalagi menerima suatu kebebasan dalam berpikir dan kebebasan dalam menjalani hidup dengan damai, tenang dan bahagia.

Mengapa dapat demikian, apa berarti kita tidak mampu bahagia? Apakah selamanya manusia akan mau terus menerus terkurung di dalam lautan penderitaan dan kesengsaraan? Jawabannya sangat sederhana, Siapakah yang mulai memilih, membuat dan menciptakan masalah, penderitaan dan kesengsaraan itu? Sudah pasti adalah diri kita sendiri, yang tidak lain dan tidak bukan adalah diri manusia itu sendiri. Jadi bila anda merasa hidup anda tidak bahagia, coba tanyakanlah kepada diri anda sendiri, apakah saya telah memilih menjalankan di jalan yang baik dan benar? Jika iya, anda merasa yakin sudah baik dan benar, lantas mengapa anda merasa bahwa hidup anda di dunia ini masih tidak bahagia? Apakah yang membuat anda tidak bahagia? Itulah yang menjadi penyebabnya tercipta penderitaan, kesengsaraan, sakit, dkk (masih banyak lagi), jika setiap diri manusia menyadari akan terjadinya hal ini, maka anda sudah dapat menemukan semua jawaban dan solusi di setiap permasalahan di dalam hidup anda.      

Janganlah mulai menyalahkan orang lain, apalagi mulai meributkan, mempermasalahkan dan bertengkar dengan orang lain yang berbeda pendapat, tujuan, keyakinan, beda warna, beda pengertian, beda konsep, beda prinsip, dkk (masih banyak perbedaan jika dicari satu per-satu), Tetapi mulailah dengan bertanya kepada diri kita sendiri, yaitu Sudahkah kita menghargai, mengerti, memahami, merasakan dan menyadari keadaan diri kita sendiri bila berada di posisi mereka (orang lain), karena semua manusia sudah pasti berbeda-beda pola pikirnya, tetapi akan menjadi sama jika terjadi adanya pemahaman, pengertian, kepedulian, perhatian dan perasaan yang sama. Apakah itu Cinta Kasih Sayang yang dimiliki oleh setiap manusia adalah sama. Semua manusia sama-sama ingin hidup tenang, ingin aman, ingin damai, ingin rukun, ingin tentram, dan bahkan ingin bahagia. Tidak ada satupun manusia ingin memilih hidup menderita apalagi sengsara. Jadi kenapa harus Takut? Takut dihina, takut disakiti, takut direndahkan, takut diinjak-injak, takut dipermalukan, takut dikatakan bodoh, takut diejek ditertawakan, takut dibilang gila/tidak waras, takut dikatakan ini dan itu macam-macam, takut semuanya. Karena ketakutan-ketakutan itulah maka selamanya akan menciptakan konsep, dinding, lapisan, bentuk, aturan, dogma, tatanan, doktrin, dan terciptalah perbedaan yang terus mengKotak-kotak, memisahkan satu individu dengan individu lainnya. Terpecah-pecah, terpisah-pisah bagian demi bagian, karena masing-masing membentuk "kotak"nya sendiri-sendiri. Apalagi yang lebih hebatnya, kotak itu ternyata dapat dimanfaatkan dibuat sesuai ukurannya untuk mengurung kotak yang lainnya. Kesimpulannya : Bila mampu keluar dari Kotak, maka berpikirlah dan garis bawahi bahwa Kenyataannya adalah : "Kotak itu seharusnya Tidak Ada." 

201016Written by : Kepik Romantis / PVA 
Sumber Photo : az616578.vo.msecnd.net ; www.mynameistatas.files.wordpress.com ; cdn.meme.am (memegenerator.net) ; cdn-webimages.wimages.net 

No comments:

Post a Comment