Film ini bertema kekeluargaan dan kasih sayang. Kisah seekor ayam negeri betina yang berharap dapat merasakan hidup bebas seperti layaknya ayam-ayam kampung lainnya dan hewan-hewan lainnya seperti salah satu temannya si burung pipit. Kehidupan Leafie, sebagai ayam betina ras negeri, terkurung dalam kandang kecil di peternakan ayam milik manusia. Setiap hari hanya makan sebanyak-banyaknya yang telah disediakan peternak, agar cepat bertelur. Hasil telur-telur negeri itu dikumpulkan, dikonsumsi dan dijual oleh si manusia pemilik peternakan.
Leafie, merasa bosan, jenuh, ingin kebebasan, ingin merasakan bagaimana hidup bebas, mencari makan sendiri, memiliki telur untuk dierami, dipelihara menjadi anaknya sendiri sampai menetas, dapat melihat langit dan pemandangan indah dunia luar. Keinginan Leafie ini terus dilarang oleh temannya, si burung pipit, karena sebagai ayam ternak, tidak akan mampu keluar dari kandang, selain itu hidup di alam liar jauh lebih beresiko dan berbahaya mengancam hidup seekor ayam muda seperti Leafie. Namun tekad Leafie tetap kuat, niatnya tertuju saat melihat ayam-ayam mati yang dikeluarkan dari kandang oleh si peternak. Maka Leafie pun berpuasa selama tiga hari, tidak ingin makan sedikitpun, agar berharap dapat pingsan dan berpura-pura mati, sehingga si peternak akan mengambilnya untuk dibuang bersama ayam-ayam mati lainnya.
Leafie berhasil mengelabui si peternak, dia pun bebas, tapi siapa sangka ternyata musang bermata satu sudah mengincar tempat bangkai ayam-ayam mati untuk mengisi perutnya yang lapar. Leafie yang baru saja menghirup udara bebas, sudah dikejutkan kedatangan si musang yang lapar, langsung ingin menggigitnya. Syukurlah ada suara keras yang berteriak agar Leafie berhati-hati, waspada untuk menghindari si musang. Suara misterius itu berasal dari si Bebek Jantan berjambul hijau yang berusaha menyelamatkan Leafie. Untunglah Leafie selamat dan kagum pada kepahlawanan si Bebek Jantan, yang disebutnya si Pengembara.
Bahagianya Leafie ternyata tidak dapat membuatnya memperoleh teman untuk mendapatkan tempat tinggal bersama kawanan ayam-ayam kampung dan bebek di peternakan itu. Leafie malah diusir, ditendang keluar oleh mereka, dihina sebagai ayam gila yang kabur dari peternakan. Sedih menyelimuti hati Leafie yang kesepian tanpa teman. Tapi Leafie tidak putus asa, dia pun berjalan terus keluar peternakan karena dia tidak menyesal dan merasa pantas memperoleh kebebasannya sendiri.
Setelah berjalan-jalan, bertemulah dia dengan si berang-berang yang menyebut dirinya si walikota sibuk. Leafie pun diterima dan dibantu oleh teman barunya itu, si berang-berang untuk memperoleh tempat tinggal baru yaitu di kebun bunga semak mawar. Wanginya bunga mawar dalap menghindari penciuman hidung si musang mata satu. Ternyata tidak jauh dari lokasinya, juga tinggal si Bebek Jantan atau si Bebek Pengembara, yg disukainya. Tapi sayang, rasa suka Leafie pupuslah sudah karena dia baru menyadari dirinya sebagai ayam yang bodoh malah kagum menyukai seekor Bebek, dan si Bebek Jantan itu pun telah memiliki pasangan Bebek Betina yg sangat cantik putih, hubungan mereka telah sangat serius dan juga meminta si berang-berang mencarikan rumah bagi mereka berdua.
Tinggallah Leafie seorang ayam sendiri dalam sepi dan rasa bosan tanpa memiliki pasangan maupun kawan di tempat tinggalnya yang baru. Tapi ketika suatu malam, si Bebek berteriak-teriak mengejar si musang mata satu, yang tengah menggigit leher istrinyah. Apalah daya ternyata si Bebek tidak mampu mengejarnya, terlalu cepat dan sangat tinggi, musang berlari ke atas bukit bebatuan, tak mampu diraihnya akibat sayapnya yang sebelah telah patah.
Leafie yang ingin tau, datang mengintip ke dalam rumah si Bebek. Dilihatnya ada tempat mengeram telur milik istrinya si Bebek Jantan, dan terkagetlah dilihatnya ada telur yang masih hangat baru saja dierami oleh ibunya yang telah mati disantap si musang mata satu. Tadinya Leafie ingin pergi dari situ, tetapi melihat keadaan yang terjadi pada si Bebek Jantan, dia pun tidak tega, dan ingin mencoba melindungi telurnya dan memeliharanya sebagai anaknya sendiri.
Si Bebek Pengembara pun menyadari waktunya semakin dekat anaknya akan segera menetas. Si Bebek meminta Leafie untuk membawa anaknya ke Hutan Liar bagian Timur setelah anaknya nanti menetas di saat bulan purnama. Di saat bulan purnama itu, musang akan sangat kelaparan untuk mencari mangsa. Leafie tidak tau bahwa si Pengembara akan menghadapi si musang sendirian, hingga akhirnya si Pengembara pun tewas tidak mampu menghadapi si musang. Tujuannya hanya agar Leafie dan anaknya selamat, si Bebek pun mengorbankan dirinya. Leafie hanya dapat menangis sedih, sambil memeluk si anak bebek yang yatim piatu, dan baru saja lahir dan memanggilnya "mama / ibu". Leafie pun bergegas membawa si anak bebek berjalan menuju hutan liar sebelah timur, seperti titahnya mendiang ayah si anak bebek.
Sesampainya di hutan sebelah timur, Leafie pun tinggal bersama si anak bebek, yang kini disebut si Kepala Hijau. Meskipun semua teman-teman Leafie dan warga hutan itu mencibir, menghina dan mengolok-olok Leafie sebagai ayam betina gila, ayam tidak tahu diri, ayam yang tidak waras karena hidup sendiri dan memelihara anak bebek, yang dianggap melanggar kodratnya sebagai ayam ternak malah hidup keliaran dan menyukai bebek, tapi Leafie tidak peduli, yang dia pikirkan hanyalah tanggung jawabnya untuk menjaga, melindungi dan memelihara si Kepala Hijau sampai dengan remaja dan beranjak dewasa.
Hingga suatu ketika, tanpa disengaja, si Kepala Hijau mengetahui bahwa Leafie bukanlah ibu kandungnya, karena Leafie hanyalah ayam ternak, sedangkan dirinya adalah seekor bebek jantan yang bisa berenang dengan kaki dan paruh yang berbeda, bahkan dapat terbang seperti bebek / angsa lainnya. Anaknya Leafie pun mulai berubah, masa remaja dengan segala keingintahuannya, mulai melawan dari ibu dan pergi meninggalkan ibunya sendirian. Hingga suatu ketika, si Kepala Hijau pun dibawa sekumpulan bebek peternakan, untuk menjebaknya agar dapat dijadikan bahan santapan tuannya. Untunglah si burung pipit melihat dan memberitahukan secepatnya kepada Leafie bahwa anaknya dalam bahaya.
Bersama burung pipit, berang-berang, dan Leafie pun bergegas berlari secepat mungkin untuk menyelamatkan anaknya, sebelum terlambat karena si manusia peternak akan memotong kedua sayap anaknya itu. Berkat kerjasama para sahabat Leafie, si Kepala Hijau pun selamat dari marabahaya. Tapi menjadi pelajaran berharga bagi si anak nakal.
Waktu cepat berlalu, tibalah datang waktunya segerombolan bebek-bebek hijrah yang datang ke hutan timur untuk menetap sementara selama menjelang musim gugur ke musim dingin. Leafie sadar, saat-saat ini dia harus mulai melepaskan si anak untuk dapat kumpul diterima oleh ras kawanan anaknya, sesama bebek. Leafie setiap malam berusaha hingga patuknya terluka, demi memutus tali jerat manusia yg panjang, telah membuat si anak dipermalukan oleh kawanan bebek lainnya. Si Kepala Hijau pun menangis dan menyadari betapa seekor ayam seperti Leafie begitu sayang padanya bagai kasih seorang ibu kandungnya sendiri.
Kontes Penerbangan Bebek pun telah tiba, bagi pemenangannya sebagai bebek tercepat, akan menjadi Bebek Penjaga terbaru, yang akan melindungi para komunitas bebek. Leafie pun merestui dan mendoakan si Kepala Hijau agar mengikuti Kontes/Lomba tersebut agar kelak dapat menjadi Bebek Penjaga seperti ayahnya dulu, sekaligus agar anaknya itu dapat membuktikan dirinya sendiri mampu berhasil menjadi juara dan diterima di dalam komunitasnya sendiri sesama bebek.
Si Kepala Hijau pun telah berhasil membuat Leafie bangga sebagai ibunya, meskipun seekor ayam, namun dapat menjadikan anak asuhannya itu menjadi seorang Juara, diantara para kawanan bebek lainnya. Leafie menyadari dirinya sudah tidak kuat lagi, sudah mulai menua karena usia dan sakit-sakitan. Pastilah kelak akan mati juga, mungkin ini sudah waktunya pikir Leafie untuk saat-saat perpisahan dengan anaknya.
Tidak lama lagi, kawanan komunitas bebek terbang akan pergi bermigrasi ke tempat lain. Pemimpin Bebek mengingatkan si Kepala Hijau agar tidak kabur meninggalkan tugas dan tanggung jawabnya. Si Kepala Hijau meminta waktu sejenak untuk berpamitan dengan keluarga di hutan timur ini, khususnya kepada si Berang-berang dan Leafie. Dicarinya ibunya kemana-mana, ternyata Leafie malah masuk ke kandang musang, yang dilihatnya dalam bahaya. Leafie, si ayam bodoh dan tua, tidak menyadarinya, karena merasa kasihan pada anak-anak bayi si musang yang kedinginan dan kelaparan, lag-lagi naluri keibuan Leafie ingin menjaga apa bayi musang itu. Si Musang mata satu pun tiba, langsung menangkap si Kepala Hijau yang ingin dimakannya karena kelaparan untuk menyusui anak-anak bayinya. Leafie pun marah, mengancam akan membunuh bayinya bila anaknya tidak dilepaskan oleh si musang. Akhirnya Musang mata satu itu pun berjanji melepaskan anaknya, si Kepala Hijau.
Si Kepala Hijau pun selamat dan berpamitan pada Leafie (ibu asuhnya), sebelum dia pergi berangkat bersama kawanan bebek lainnya. Setelah Si Kepala Hijau pergi jauh, Leafie menyadari dirinya sudah tua dan sakit menjelang ajalnya. Ternyata dibelakangnya ada si Musang Mata Satu yang telah kelaparan mengintip Leafie. Dengan pasrah Leafie pun rela dan meminta si Musang membunuhnya, karena Leafie sadar dengan mengorbankan dirinya, mungkin dapat berguna agar dapat menyelamatkan nyawa bayi-bayi si musang yang butuh air susu ibunya, bila kelaparan si musang tidak akan mampu menyusui anak-anaknya. Si Musang mata satu pun insaf dan menangis sedih, menunggu setelah Leafie mati, barulah si Musang menyantapnya dengan perasaan sedih, bersalah dan terpaksa demi bayi-bayinya.
Pesan dari Kisah Leafie ini adalah kasih sayang yang tulus ikhlas itu tidak harus terjalin hanya karena sesama ras, suku, ataupun sesama agama saja, Tetapi dari perbedaan pun dapat terjalin kasih sayang, dan dendam amarah pun dapat dimaafkan dengan kelembutan kasih sayang serta pengertian kesadaran bahwa di alam dunia ini, semua saling ketergantungan karena hukum karma itu mutlak adanya. Di Korea, Ayam betina ini disebut Leafie. Tetapi dalam saduran versi Bhs.Inggris, si Ayam betina ini menjadi bernama Daisy.
Sumbet Photo : wikipedia ; youTube ; hancinema.net ; shescribes.com
Written by : Kepik Romantis / PVA
No comments:
Post a Comment