Alkisah tentang tujuh (7) kristal kehidupan yang tersimpan di tujuh (7) benua, yang dijaga dan dilindungi oleh ke-tujuh (7) maha guru yang tak tertandingi. Ketujuh kristal ini menjaga keseimbangan unsur-unsur energi alam agar kehidupan umat manusia dan para makhluk lainnya di alam dunia ini dapat hidup rukun, damai, tentram, tenang, sejahtera dan bahagia.
Ketujuh alam benua tersebut adalah sebagai berikut:
1. Erank - Kristal Hitam
2. Ambifun - Kristal Kuning
3. Aoesind - Kristal Biru
4. Ursga - Kristal Hijau
5. Rivan - Kristal Bening
6. Hedunfawi - Kristal Merah
7. Natflimorwud - Kristal Ungu
Selama ribuan ratusan jutaan tahun lamanya telah turun temurun kristal tersebut dijaga dilindungi oleh para maha guru yang diturunkan tugas dan kewajibannya kepada murid-muridnya terus menerus hingga generasi ke generasi berikut dan berikutnya sampai pada masa genting dimana diramalkan oleh para sesepuh terdahulu bahwa akan terjadi di mana waktu masa kehancuran dunia akan segera terjadi, saat para manusia mulai kehilangan jati diri dan mulai ingin menguasai dunia untuk dijadikan satu kekuatan energi kegelapan, maka akan terjadi perebutan dan perburuan kristal, yang akan mengakibatkan keseimbangan alam akan kacau dan tak terkendali, tetapi di sisi lain, kekuatan energi juga akan terbelah-belah, di situlah saat-saat dimana para titisan manusia sejati akan lahir untuk menjaga dan melindungi keseimbangan alam dunia dari kehancuran energi kegelapan.
Menurut ramalan, para titisan ini tidak diketahui keberadaannya dan hanya dianggap mitos, bahkan siapapun mereka sama seperti layaknya manusia awam lainnya. Hanya para maha guru yang mampu membedakan mereka dari para manusia biasa. Mereka para manusia terpilih yang memiliki keunikan masing-masing untuk menjalankan misi tugas dari para maha guru sesepuh.
Berikut adalah 7 (tujuh) para maha guru yang menjaga kristal-kristal kehidupan yang tersebar di ketujuh alam benua di dunia:
1. Boante : kristal bening
2. Sinthe : kristal hitam
3. Chihante : kristal biru
4. Dhigante : kristal ungu
5. Gusdante : kristal merah
6. Alberte : kristal kuning
7. Haite : kristal hijau
Di era peradaban dunia milenial, kesenjangan sosial terjadi di seluruh pelosok negeri, mereka yang tidak mampu menahan hawa nafsu dan angkara murka dengan mudah tergelincir ke jalan yang terlarang. Dimana para manusia yang serakah ingin menghalalkan segala cara demi memuaskan keinginan hawa nafsu dan angkara murka, entah dikarenakan kemiskinan, kelaparan, dendam, sakit hati, iri hati, dengki, penghinaan, kekecewaan berat, perlakuan keji/ketidakadilan dan bahkan karena kecemburuan sosial akibat terjadi tajamnya kesenjangan perbedaan status sosial dalam masyarakat.
Harta dan tahta, yang paling tajam menyakiti sesama manusia. Sedang cinta tak berbalas, menimbulkan sakit hati akibat penghinaan karena status sosial yang tak sepadan. Amarah, angkara murka dan rasa dendam semakin tertanam dalam jiwa-jiwa mereka yang kehilangan rasa cinta kasih sayang dan keadilan sosial. Mereka yang merasa terkhianati pun terus berkumpul membendung semakin banyak kelompok yang terluka dan kecewa, menjadi kumpulan energi aura negatif nan hitam kelam penuh kegelapan. Hal inilah dimanfaatkan oleh para keturunan penguasa kegelapan yang menitis untuk menguasai alam dunia dengan kekuatan kegelapan.
Para manusia yang membawa benih kegelapan ini adalah:
I.) Sedenk dan Titink - berasal dari anak keluarga kelas brahmana dan ksatria yang bertahta di pemerintahan ataupun kerajaan negara antar benua dimanja harta tapi kurang cinta kasih sayang keluarga, kaya raya namun hidupnya senang berfoya-foya, egois, mengumbar hawa nafsu, angkuh, serta mengejar tahta dan haus akan kehormatan.
II.) Kopeth dan Lekine - berasal dari keluarga kelas ksatria dan waisya (pedagang dan petani) yang sangat kaya raya hidupnya tetapi kekayaan hidupnya didapatkan dengan cara-cara sangat kejam, licik, culas, penipu ulung, penghasut, tidak suka berderma/menolong sesama, tidak perduli pada sesama kecuali menguntungkan/menambah harta kekayaannya.
III.) Mimix dan Ninin - berasal dari keluarga kelas waisya dan sudra yang bekerja dari keluarga buruh, pekerja kasar/kuli yang berkesusahan tetapi mendadak menjadi kaya raya setelah memulai berbisnis menjualkan harga diri mereka (menjadi makelar/mucikari) ditukar dengan harta kekayaan yang berlimpah.
IV.) Yoyol dan Zipet - berasal dari keluarga kelas waisya dan sudra yang dari miskin sebagai anak pemulung sampah dan pengemis jalanan, mendadak menjadi kaya raya setelah menjadi mucikari sekaligus preman (buronan dan perampok) kelas mafia penjual barang-barang terlarang, penyelundup dan menguasai pasar gelap dan mengelola para penjahat jalanan.
V.) Uvil dan Vaku - berasal dari keluarga keluarga sudra yang sangat miskin dan sengsara, tetapi berwawasan pintar, licik dan culas, dipelihara para preman jalanan diajari sekolah kejahatan, penipuan, ilmu hitam/magis dan hipnotis, bahkan perayu sebagai pelaku jual harga diri demi mendapatkan kepuasan harta dan nafsu.
VI.) Weler dan Xikili - berasal dari keluarga kelas sudra yang sangat miskin namun sangat bodoh, mereka dipelihara dan dilatih kekuatan fisik oleh para preman sehingga menjadi para bodyguard penjaga, dan bahkan penjagal maut yang kejam begis tanpa pandang bulu rasa kasihan karena dipenuhi doktrin amarah benci dendam tanpa cinta, mereka menjadi alat seperti robot yang diberi tempat hidup dan fasilitas mewah, memuaskan hawa nafsu tetapi dengan tugas-tugas terberat sebagai alat pemusnah rasa cinta kasih tanpa ampunan, istilahnya adalah tukang jagal.
Merekalah yang akan memulai dunia dengan aura negatif, untuk menguasai dunia manusia dengan kerajaan kegelapan, mereka bekerja sama dan dibantu oleh kekuataan dimensi astral ilmu kegelapan yang berasal dari para kumpulan arwah leluhur siluman hitam dan jin hitam, yang bersekutu dengan iblis. Dari sanalah tujuan mereka terfokuskan untuk mengambil seluruh kristal kehidupan dan menghancurkan kristal bening. Maka rencana utama mereka adalah merebut seluruh kristal kehidupan dari para maha guru penjaga kristal kehidupan.
Boante sebagai Ketua Maha Guru tertinggi sudah mengetahui dari sejak lama di saat-saat heningnya bermeditasi, bahwa akan tiba saatnya datang benih-benih kerajaan kegelapan yang muncul kembali ke dunia manusia. Bergegaslah beliau mengadakan rapat dengan para maha guru lainnya, melalui jaringan dimensi astral cahaya pikiran antar telepati saat bermeditasi dengan gelombang kekuatan energi cahaya dari seluruh kristal kehidupan yang berpusat pada kristal bening yang dijaga oleh Boante.
Kekuatan kegelapan ini sangat jelas dan nyata, semakin besar dan Sinthe selaku maha guru menjaga kristal hitam mengakuinya, sudah kesulitan membendung kekuatan kegelapan yang terus bergetar di sekelilingnya, dari gempa getaran setiap bulan sekali hingga gempa perhari bahkan terkadang setiap jam terasa bergema dan bergerak terus membuat gelombang arus gerakan air, bebatuan, pohon maupun tanah semakin besar, bahkan tidak jarang hewan-hewan pun tiba-tiba mengamuk membabi buta tidak sadar hingga merusak rumah warga dan memburu memangsa para warga. Sinthe menyadari bahwa akhir hidupnya kemungkinan sudah dekat demi menjaga kristal hitam ini, Sinthe harus rela kehilangan nyawanya.
Pengakuan Sinthe pun membuat gelisah para maha guru lain dan merasa berpasrah karena mereka semua pun belum juga menemukan para bibit benih manusia bercahaya sejati yang dapat menggantikan mereka nanti melindungi seluruh kristal kehidupan. Boante pun meminta kepada seluruh maha guru lainnya agar tabah, sabar dan ikhlas dengan hening berdoa bersama kepada Tuhan, berharap segera mendapat petunjuk dan berpasrah apabila nyawa mereka menjadi taruhannya untuk melindungi keselamatan dunia.
Bagaimanapun juga, Boante menyadari bahwa dua kekuatan hitam dan putih, memang sulit untuk dipahami pada zaman kini, sebab seluruh manusia sudah mulai mengikuti arus kegelapan sehingga kemungkinan besar Boante sangat menyayangkan cahaya bening kristal semakin hari kian memudar, entah apakah tidak akan sebening air jernih di kemudian harinya. Semua para maha guru pun sangat sedih karena tidak akan mengetahuinya, bagaimana nasib kristal bening nantinya, apakah akan musnah, terpecah, hancur ataupun berubah.
Sesaat mereka berdoa, munculah banyak bintang-bintang bercahaya di langit yang menunjukkan arah rumah tinggal tempat para bibit manusia pilihan itu yang akan menjadi pewaris keturunan penjaga selanjutnya. Namun mereka bersedih kemungkinan besar saat mereka telah berhasil menemukan para pewaris mereka, maka hidup mereka pun sangat terancam bahaya. Semua pun tertunduk sedih dan berpasrah dalam air mata, apapun kehendak Tuhan yang Maha Kuasa, mereka tidak tau apa yang akan terjadi berikutnya. Hanya dapat berupaya semampunya untuk memberikan pesan dan amanat kepada para pewaris mereka selanjutnya.
Beberapa waktu kemudian, mereka pun pergi mengunjungi tempat-tempat yang ditandai cahaya bintang tersebut, dengan sambil menebar cinta kasih, kemuliaan dan kebijaksanaan dari banyak acara bhakti sosial kepada para warga setempat, berharap ada warga yang tertarik untuk datang ikut membantu kegiatan mereka.
Ternyata benar, tidak disangka-sangka datanglah bermunculan para warga yang tiba-tiba mau ikut membantu dan mulai mengenalkan jati diri masing-masing, yaitu:
1. Ahui : Anak bungsu dari Ipenk dan Judit, adik dari Geri. Keluarga sederhana tetapi sangat kacau balau.
2. Edi : Kakak dari Otoy, berasal dari keluarga sederhana nan bersahaja, namun Edi cenderung suka berkelana jadi pendeta dan suka menyepi.
3. Boy : Berasal dari keluarga bangsawan sederhana dan rendah hati.
4. Chika : Berasal dari keluarga sederhana, cerdas, cekatan dan sangat terampil.
5. Didi : Adik bungsu dari Qisenk, berasal dari keluarga dermawan kaya raya namun sederhana dan rendah hati.
6. Fani : Berasal dari keluarga dermawan, cerdas, kaya raya, tetapi kacau balau.
7. Geri dan Hana : Sodara Ahui, Geri menikah dengan Hana dari keluarga dermawan kaya raya.
8. Ipenk dan Judit : Orang tua dari Ahui dan Geri. Ipenk selalu berbuat onar, untung Judit dapat selalu sabar dan ikhlas.
9. Otoy dan Pitet : Sodara Edi, Otoy menikahi Pitet. Pitet dari keluarga kaya raya dan sejahtera.
10. Qisenk dan Rini : Sodara Didi, Qisenk menikahi Rini. Rini berasal dari keluarga miskin dan sederhana.
Para maha guru mulai mengajar dan memilih para murid mereka:
1. Didi, Qisenk dan Rini - menjadi murid Sinthe
2. Boy - menjadi murid Alberte
3. Chika - menjadi murid Gusdante
4. Fani - menjadi murid Dhigante
5. Edi, Otoy dan Pitet - menjadi murid Haite
6. Geri dan Hana - menjadi murid Chihante
7. Ipenk dan Judit, Ahui - menjadi murid Boante
Di sela-sela pelatihan, tiba-tiba Boante meminta seluruh maha guru dan para murid berkumpul dalam meditasi, dengan kekuatan kristal cahaya bening, Boante membuka portal dimensi astral cahaya pikiran telepati yang menandakan rapat dimulai, para murid terkaget betapa kekuatan kristal cahaya yang dahsyat dapat membuat mereka berkumpul dalam suatu lingkaran cahaya tanpa batas ruang, wilayah, tempat dan maupun benua.
Boante : "Sodara-sodaraku yang dimuliakan semuanya, para hadirin yang terhormat, perkenankan saya untuk membuka kejelasan mengapa anda semua berkumpul di sini. Esok ataupun lusa, kami para guru hanya dapat berharap kepada kalian sebagai pewaris penerus penjaga dan pelindung perdamaian dunia. Umur kami sudah pasti hanya menghitung hari, kami sadar tugas tanggung jawab dari misi perdamaian ini tidak mudah, kami akan terus berusaha dan berjuang hingga titik darah penghabisan untuk menjaga kristal kehidupan sampai dengan suatu saatnya nanti anda semua akan mengerti dan menyadarinya sendiri mengapa dan kenapa. Terima kasih kepada anda semua telah hadir dan kami temukan kembali. Sekian dari saya dan mungkin dari para tetua lainnya ada yang ingin menyampaikan informasi lainnya, saya persilahkan."
Sinthe : "Bagaimanapun berat dan sulitnya usahakan kalian tetap selalu bersama karena kerajaan kekuatan kegelapan selalu akan berusaha untuk memisahkan kalian semua agar bertengkar, terpencar, terpecah dan terpisah. Bersatu bersama menguatkan cahaya cinta dan kasih sayang memudahkan menuju pedamaian."
Gusdante : "Tiada kegelapan yang terlalu gelap bagi cahaya cinta dan kasih sayang untuk ditembus, betapa gelapnya kekuatan kebencian seseorang tetap tidak akan sepadan dengan simbol cinta kasih sayang seorang ibu kepada anak-anaknya."
Alberte : "Ilmu pengetahuan secanggih dan sehebat apapun tidak mampu mengalahkan kekuatan kekuasaan Tuhan yang tak terbatas. Kekuatan cahaya cinta dan kasih sayang adalah sumber kehidupan alam tanpa batas yang diajarkan Tuhan dari terjadinya kelahiran kita ke dunia melalui perantara kedua orang tua kita. Kematian hanyalah proses menuju jalan kehidupan berikutnya."
Dhigante : "Mungkin kalian belum mengerti, tetapi percayalah Kasih Tuhan selalu adil, jujur, benar dan nyata, semua nantinya akan semakin jelas arah, jalan dan petunjuknya."
Chihante : "Berserah, ikhlas, tabah, sabar dan jangan putus asa, tetaplah bersemangat dalam cinta kasih demi perdamaian dunia."
Haite : "Janganlah mulai mencari-cari kesalahan mereka (para manusia kegelapan) meskipun mereka suatu saat nanti menjadi musuh kita, mungkin saja menjadi sahabat di suatu saat nanti, ketahuilah bahwa dua kekuatan hitam dan putih tetap sama seperti halnya kebaikan dan keburukan sifat kita sendiri dan hanya kita sendiri yang harus mulai merenung untuk menyadarinya. Kebencian tidak akan menghasilkan sesuatu kebaikan, maka mulailah belajar memaafkan, mengalah, memaklumi dan melupakan yang buruk di masa lalu."
Boante : "Akhir kata, mungkin dengan sangat sedih, saya mengatakan dimensi ini akan tertutup karena kekuatan kegelapan semakin kuat, sehingga ada kemungkinan kekuatan gelap akan menguasai dimensi cahaya dan ini menjadi momen kenangan akhir komunikasi kita di dimensi cahaya, selanjutnya kita hanya dapat berkomunikasi di alam dunia manusia. Apabila Tuhan berkehendak, mungkin kita semua di sini akan dapat berkumpul bertemu kembali seperti ini di dimensi cahaya tanpa batas."
Setelah selesai berbicara, Boante menutup dan mengakhiri pertemuan tersebut dengan menitikkan air matanya karena merasakan kesedihan duka perpisahan kehilangan yang amat mendalam di hatinya. Chihante selaku maha guru perempuan satu-satunya diantara para maha guru lainnya yang sangat bersedih hingga menangis tersedu-sedu di altarnya. Entah sekilas bayangan apa yang mereka lihat di masa depannya membuat mereka sangat pedih dan pilu.
Ahui merasa bingung karena dia sadar telah terpilih oleh maha guru Boante. Dari keseluruhan murid terpilih, hanya Didi, Edi, Boy, Chika, dan Fani, yang tetap rajin konsisten serius belajar pada gurunya. Sementara yang lainnya banyak yang beralasan dan berhalangan berlatih karena sibuk bekerja, harus mengurus rumah tangga/keluarga, harus mengurus bisnis/dagangan dan bahkan Ahui tidak diizinkan oleh Ayahnya.
Ipenk, Ayah Ahui bersikeras berbicara pada maha guru Boante kalo anaknya Ahui tidak pantas diberikan beban tugas seberat itu dan Ayahnya meminta agar maha guru Boante mencari orang lain untuk mengganti Ahui. Sedang Ahui hanya dapat terdiam karena bingung harus berkata apa. Maha guru Boante tidak menghiraukan kata-kata Ipenk, Ayahnya Ahui. Beliau hanya tertawa seraya berjalan masuk ke dalam kuil ruang meditasinya, menjauh dan pergi dari pandangan mereka (Ipenk, Judit dan Ahui).
Ipenk menyuruh Judit agar Ahui pulang bersama ke rumah. Ahui pun hanya dapat menurut, terus tertunduk dan diam. Di rumahnya, Ahui tidak bisa tidur hanya dapat merenung bingung hingga menjelang subuh, akhirnya Ahui pun tertidur pulas dan bermimpi.
Boante : "Ahui, ikutlah berjalan.."
Ahui : "Shifu, kita mau kemana?" (Mereka terus berjalan melintasi lautan yang luas)
Boante : "Lihatlah lautan ini begitu luasnya..., alam yang indah..., langit yang cerah, dan malam pun penuh bintang bercahaya. Kehidupan ini sangat indah bila semuanya begitu tenang dan damai."
Ahui : "Shifu, mungkin ini hanya ilusi, fantasi, imajinasi saja, karena hidup saya dan masa lalu saya sangat buruk, menyedihkan dan kelam, jauh dari kata bahagia, indah, tenang apalagi damai. Bagaimana mungkin saya dapat menjadi seperti Shifu, yang sangat luar biasa hebatnya. Sedangkan untuk mendapatkan jodoh sebagai calon suami saja, saya selalu gagal dan terus menjomblo."
Boante : "Hahaha (tersenyum tertawa), saya tidak menyuruhmu menjadi seorang biksu pertapa seperti saya. Kamu bukankah sudah melihat jodohmu sewaktu bermeditasi tadi bersama yang lainnya? Kamu melihatnya kan?"
Ahui : "Shifu..., (sambil mengingat wajahnya saling memandang bertemu mata dengan tatapan Edi, seorang pertapa) tapi dia kan sudah jadi muridnya maha guru Haite, yang terkenal sangat berwibawa, disiplin, keras dan lumayan galak."
Boante : "Hahaha... (tersenyum tertawa sambil mengelus-elus jenggot putihnya yang panjang bagai sosok Santa Clause di hari Natal tapi memakai pakaian pertapa). Haite itu kan masih dulunya murid saya juga, kenapa kamu harus takut bila kamu dan Edi memang ditakdirkan berjodoh."
Ahui : "Tapi Shifu, dia kan sudah bertapa, mana mungkin dia bisa mengerti apalagi merasakan itu cinta dan mana dia percaya pada takdir jodoh. Bukankah takdir menurutnya bisa dirubahnya sendiri."
Boante : "Hahaha, sabarlah, tenang, dan ikhlas saja, nanti juga dia akan mengerti suatu saat nanti."
Ahui : "Shifu, dia tidak akan mungkin mau menerima saya yang memiliki masa lalu yang hitam dan kelam, dan seperti halnya Shifu meminta saya belajar, sedang Shifu tau saya begini banyak keburukan, kekurangan dan kelemahan, mana mungkin saya bisa dibandingkan seperti Shifu."
Boante : "Hmm... Then i tell you, How do you know it's called different between The Darks and The Lights, when you were always in the same places? Ahui, segala sesuatu ada proses dan waktu yang perlu dijalani masing-masing manusia berbeda-beda jalannya. Bila kamu ingin mengetahui apa itu cahaya terang, bukankah kamu memahami dan menyadarinya saat berada di tempat yang gelap? Kamu sudah terlalu lama sangat menderita dalam dunia kegelapan dan sudah saatnya kamu melepaskan penderitaan itu dan melihat kehidupan dengan keindahan penuh cahaya terang."
Ahui : "Shifu itu aneh, bukankah semua tau bahwa hanya dengan bertapa dan melepaskan duniawi maka jadi seseorang dapat mengerti pencerahan yang sebenarnya? Bila saya masih punya keinginan duniawi bukankah sama saja saya ini kotor, hitam dan berdosa karena masih menyimpan memiliki nafsu di dalam diri sendiri."
Boante : "Hanya orang-orang picik yang mengajarimu hal seperti itu. Dunia ini begitu luasnya dan setiap Pencerahan itu sendiri, jalannya untuk mencapai Pencerahan tidak ada yang sama. Antara Pencerahan yang akan kamu alami nanti dan dengan yang saya alami, tidak akan mungkin sama. Dengan membunuh hawa nafsu apa berarti kamu dapat berhasil untuk mencapai pencerahan? Kata "Membunuh" itu sendiri saja sudah buruk, bila di dunia ini Hidup begitu indahnya, kenapa harus membunuh Keindahan dari ke-Hidup-an ini? Ingatlah, Hitam dan Putih, adalah sama dengan Gelap dan Terang, kedua hal yang harus hidup dengan adil, seimbang dan saling berdampingan."
Ahui : "Jadi maksud Shifu... gimana? saya masih bingung..."
(Bayangan Boante menghilang, setelah Ahui tersadar sudah siang dan terbangun dari mimpi dalam tidurnya).
Bergegaslah Ahui pergi menemui Maha guru Boante di kuil. Dilihatnya Boante sedang terus berdoa di dalam hatinya sambil membawa serta memutar tasbih di kepalan tangannya, berjalan-jalan kaki di taman.
Ahui : "Shifu..."
Boante : "Ahui, bukankah kamu sudah saya jelaskan tadi?"
Ahui : "...Ta..pi.. itu kan...bukannya...??!!"
Boante : "Hahahahaha... (Boante tertawa lepas sambil mengelus-elus jenggot putihnya yang begitu sangat panjang dan tebal), itulah sebabnya kamu unik dan sangat berbeda dari yang lainnya, makanya kamu belum juga menyadari kelebihanmu itu."
Ahui : "Jadi saya ini dimana Shifu? Mimpi atau dunia nyata?"
Boante : "Hihihihi..., Masih Bingung? nanti kamu sendiri akan ketemu jawabannya. Sudah sana bantu orang tuamu dulu, nanti Ayahmu, Ipenk itu akan marah-marah lagi."
Ahui : "....?????!!!" (Bingung, sambil garuk-garuk kepala dan berjalan pulang ke rumahnya).
Siaran berita penuh kegelisahan, para warga ketakutan dengan munculnya berbagai wabah penyakit mematikan. Bencana alam terjadi dimana-mana, gunung meletus, gempa bumi, longsor, tanah amblas, tanah retak, air laut pasang, banjir, hingga angin topan.
Dunia manusia menjadi penuh kekacauan, kelaparan dan kemiskinan hingga kriminalitas meningkat. Bagaimanakah nasib para maha guru dan para murid? Mampukah melindungi seluruh kristal kehidupan? -Bersambung-
NB: Kisah ini hanyalah karangan Fiksi misteri belaka, bila ada kesamaan nama, bentuk, tempat, simbol, gambar, dan tulisan, semuanya semata-mata hanya dalam imajinasi karangan belaka.
No comments:
Post a Comment