Ahui termenung duduk sendirian kebingungan mencari petunjuk arah agar dapat menemui Maha Guru Boante. Tiba-tiba munculah cahaya terang saat Ahui sedang lelap tertidur di gazebo kecil dekat Kuil Pagoda Sembilan Naga. “Ahui, kenapa kamu tidak juga mengerti pesan saya?” ucap cahaya terang itu. “Shifu, saya benar-benar bodoh, saya tidak tahu harus bagaimana saat ini, saya merasa berdosa, lemah, tidak mampu menolong para guru, bahkan melindungi teman-teman saya sendiri, kenapa Shifu malah memilihku untuk tugas seberat ini”. “Ahui, justru itulah saya memilihmu, karena kamu mengerti bahwa kamu tidak mampu bekerja sendirian, kamu perlu bertolongan dan kerjasama dari semua teman-temanmu. Bahkan kamu juga perlu belajar lebih tentang cinta kasih di dalam hatimu itu, perlahan-lahan saja, pastilah mereka nanti mau mengerti dan berkumpul kembali. Di situlah pentingnya cinta kasih dan kerbersamaan, barulah kamu nanti akan pahami bahwa kekuatan cinta itu melebihi segalanya.”
“Tetapi Shifu, di mata mereka hanya penuh dendam, kebencian dan amarah. Apalagi terhadap diriku yang lemah ini. Bagaimana menyadarakan mereka agar semuanya dapat bersatu bekerjasama kembali seperti dulu?”
“Ahui, ini adalah ujianmu, saya sudah memberikanmu petunjuk dan kuncinya. Kamu hanya perlu mempraktekannya, perlahan-lahan mereka akan mengerti, justru karena kamu perempuan penuh cinta dan kelembutan, pastilah mereka perlahan-lahan akan menyadari ketulusan hatimu, khususnya Edi. Tenanglah, ikutilah saja petunjuk dan kuncinya. Ingat semua warna-warni kehidupan itu bila bersatu akan kembali tetap menjadi dua warna awal saja, hitam dan putih. Bila kamu ingin mereka menjadi terang, maka bimbinglah mereka menjadi cahaya aslinya. Hanya hitam dan putih yang dasarnya kamu akan pahami, kenapa di hitam harus ada putih dan kenapa di putih juga perlu hitam. Karena semuanya saling bergantungan, seperti halnya kehidupan ini, perlu keseimbangan. Bila salah satu terlalu kuat, maka hancurlah sudah keseimbangan dunia ini. Ahui, yakinlah, kamu pasti mampu. Ingat jagalah selalu emosimu dan kendalikan dirimu, pusatkan pikiran dan perhatianmu pada cinta dan maafkanlah mereka.” “Baik Shifu, lalu saya harus kemana sekarang?”
“Tanyakan pada suara hatimu, bukankah Edi yang selalu kamu pikirkan setiap hari?”, Ahui menangis. “Tapi Shifu, dia pasti sangat membenciku, mana mungkin dia mau melihatku lagi?” “Ahui, saya tahu kamu sangat menderita, tenanglah, saya pasti selalu menjaga, menolong dan membantumu di saat kesulitan, yang terpenting kamu harus tetap berusaha dan jangan pernah putus asa, sudah jangan menangis lagi, nanti energimu habis sia-sia, perjalananmu pun masih jauh, masih banyak hal yang belum kamu hadapi.”
“Iya Shifu, saya mengerti, tolong bantu dan bimbinglah saya, mohon selalu petunjukmu?.” “Tenangkan dirimu, jaga emosi dan kendalikan amarahmu yah”, ucap Maha guru Boante yang langsung menghilang dengan cahayanya, sekejap Ahui pun terbangun dari tidurnya, sudah subuh pula dilihatnya waktu telah lama berlalu di malam yang panjang tadi.
Ahui pun langsung bergegas menuju Kuil Macan Terbang karena sangat mengkhawatirkan dan merindukan Edi. Sayangnya saat tiba di Kuil Macan Terbang, terlambat semuanya, keadaan sudah porak poranda.
Terlihat Edi telah berubah menjadi dinosaurus (Tyrex) bersayap raksasa mengerikan dan berbadan gelap hitam. Seolah terkena racun siluman-siluman jahat yang membuat Edi kehilangan kesadarannya. Para Tetua Sakti pun kehabisan akal dan tenaganya, sedangkan Tetua Monyet Gila harus pergi rapat ke Istana Langit. Maha Guru Haite dan para warga pun berjatuhan terluka parah karena terkena serangan dari para siluman-siluman jahat.
Edi yang tengah tidak sadarkan diri seolah dikendalikan oleh para siluman untuk menghancurkan apapun yang telah dilihatnya, termasuk melawan para Tetua Sakti, Maha Guru Haite, dan saudara-saudara seperguruan yang jadi terluka parah.
Ahui bergegas berubah menjadi Kingkong monster salju (Yeti), berusaha menahan kekuatan Edi. Tetapi karena perasaan cintanya Ahui terhadap Edi membuat Ahui mengalah kalah terkena pukulan dan serangan bertubi-tubi dari Edi. Melihat kejadian tersebut, para siluman-siluman jahat bersuka cita karena berhasil melaksanakan tugasnya. Siluman-siluman jahat pun kabur karena usahanya telah sukses dan membiarkan Edi dan Ahui saling memukul hingga Ahui terpojok terluka parah.
Ahui teringat pesan Maha Guru Boante, melawan dengan cinta kasih. Saat itu juga Ahui langsung memeluk Edi dan membawanya bersama jatuh ke jurang lautan luas. Kedua raksasa itu pun terjatuh semakin dalam ke laut. Edi berusaha melepaskan diri karena memiliki sayap untuk terbang. Melihat Edi yang belum juga sadarkan diri, Ahui pun memeluknya semakin erat dan menciumnya seketika. Energi dari Kristal cahaya bening pun mengalir masuk ke tubuh Edi melalui kecupan cinta Ahui kepada Edi.
Seketika itu juga Edi tersadarkan dirinya dan langsung segera menolong Ahui yang tengah hampir sekarat diambang kematian karena amarahnya. Edi pun berubah menjadi bercahaya terang menyala tubuhnya bersinar berkilauan seperti salah satu dari 18 Arahat yang telah pencerahan.
Edi terbang membawa Ahui yang sekarat (telah berubah menjadi tubuh manusia yang sangat lemah tak berdaya pingsan dalam pelukan Edi), mereka keluar dari dalam jurang lautan. Edi yang menangis karena baru tersadar akan kekuatan cinta Ahui yang teleh menyelamatkan hidupnya. “Ahui.. sadarlah…”, ucap Edi sambil berusaha menyadarkan dan membangunkan Ahui yang sekarat penuh luka parah itu.
Tiba-tiba datanglah Tetua Monyet Sakti, “Terlambat sudah Edi, kamu harus membawa arwahnya kembali dari dimensi waktu yang lain, karena arwah Ahui sekarang sudah berada di gerbang pintu kematian dan ditangkap oleh para arwah siluman jahat, mereka menyandra menangkap arwahnya, bila lewat dari 12 jam dia tidak diselamatkan, maka dia tidak akan dapat kembali lagi hidup menjadi manusia.” “Jadi dia telah tiada?”.
Sesegera Tetua Monyet menotok jantung Ahui dan seketika itu kembali nafasnya yang masih lemas. “Nah, itu untung nafasnya bisa kembali, sekarang kita hanya perlu membawa tubuh fisiknya istirahat penuh dengan dorongan energy. Selanjutnya kita menyelamatkan arwahnya secepatnya agar dapat kembali ke dunia manusia”.
Edi membawa Ahui segera ke tempat peristirahatan di dekat Kuil Macan Terbang untuk sementara waktu, dikarenakan Edi dan para Tetua Sakti harus segera menyelamatkan arwah Ahui terlebih dahulu agar dapat sadar kembali ke dunia manusia.
Sesegera para Tetua Sakti mempersiapkan altar untuk membuat portal dimensi, dimulai dari :
Tetua Sembilan Kepala Leak Terbang : Membuat Lingkaran Api Pelita formasi Sembilan (9) bintang dengan pendarasan mantra dan doa, yakni delapan (8) pelita arah angin dan 1 pelita pusat tengah-tengah di titik nol.
Tetua Empat Tengkorak Pencabut Nyawa : Membantu Tetua Leak dan membuka portal dan menjaga pintu portal dimensi aura energy pelita agar tidak dimasuki arwal lain.
Tetua Six Silver Gargoyle : Menjaga sepanjang jalan para arwah yang akan menyeberang dimensi agar tidak salah tujuan serta membantu menjaga pintu portal bersama Tetua Tengkorak Pencabut Nyawa.
Tetua Ratusan Kelelawar Haus darah : Menjaga tubuh fisik Ahui yang masih beristirahat sangat lemah.
Tetua Lima Genderuwo Buang Sial : Menjaga lokasi tempat portal dan altar doa.
Tetua Golem kepala Batu Bata Emas : Memberi tanda pencahayaan emas di titik-titik penting setiap persimpangan jalan dalam portal dimensi agar tidak salah tujuan.
Tetua Ikan Kappa : Menemani Tetua Lima Babi Hutan menjaga tubuh fisik dari Tetua Monyet
Tetua Lima Babi Hutan : Menemani Tetua Ikan Kappa menjaga tubuh fisik Edi
Tetua Monyet dan Edi : Mereka bertugas masuk ke dalam portal dimensi dan menjemput arwah Ahui untuk pulang ke alam dunia manusia.
Setelah semua persiapan selesai, Tetua Monyet langsung membawa Edi ke dalam alam bawah sadar, dan menarik arwahnya bersama-sama masuk dalam dunia lain, dimana Tetua Monyet telah mengetahui keberadaan arwah Ahui yang disandera di alam akherat, dari informasi rapat bersama dengan para dewa tertinggi di istana Langit.
Seketika itu juga, dalam hitungan lompatan, Tetua Monyet langsung menemukan arwah Ahui yang sudah tengah berjalan menuju lorong akherat diantar oleh para pengawal Raja Neraka. “Heiii…, tungguu…, hentikan..”, ucap Tetua Monyet kepada rombongan tersebut. “Aduh, ada apa lagi sih ini..?”, jawab pengawal Raja Neraka. “Heh, jangan macam-macam kau, harusnya kau cek dulu daftarnya keliru ini, saya harus segera membawa Ahui kembali kea lam manusia”,jawab Tetua Monyet dengan tegas. “Ah, ngawur kamu, ini udah takdirnya, atas kemauannya sendiri, kamu gak bias bawa-bawa sembarangan arwah yang udah setuju untuk pindah alam lain”, ucap para pengawal.
“Apa maksudmu atas keinginan sendiri? Ini gak mungkin, ngaco semua, kalian udah kena pengaruh siluman-siluman itu”, ucap Tetua Monyet. “Hentikan Tetua Monyet, pergi saja kau kembali ke dunia manusia, saya yang memang menginginkan semuanya berakhir dengan pengorbanan diri saya ini, toh apa artinya saya hidup kembali pun, saya tidak bahagia.”, ucap Ahui. Tetua Monyet pun terdiam, lalu Edi pun menjawab, “Ahui, tolong kembalilah…, waktu itu saya bener-benar dikuasai oleh kekuatan jahat, saya tidak sadar, kami semua membutuhkan bantuanmu..”.
“Bantuanku? Untuk apa lagi, saya udah lelah Edi, saya gak mau lagi, capek saya ingin pulang dan tidak mau hidup kembali, saya gak sanggup menghadapi semua ini lagi…”,sambil Ahui menangis dan terus melangkah jalan. Edi pun terdiam, kehilangan akal, tidak mampu berkata-kata lagi. Sekilas kesaktian Tetua Monyet membelah diri pun langsung segera merasuki arwah Edi, mengendalikan arwah Edi, agar menarik tangan Ahui dan membawanya dalam pelukan dan ciuman yang lama. Ahui ingin melepaskan dengan paksa, tapi kekuatan Tetua Monyet memaksa mereka untuk tidak mampu melepaskan diri dari jalinan jodoh dan asmara yang sedang bergejolak berapi-api.
Para Pengawal Raja Neraka hanya melongo melihat kejadian tersebut, lalu terdiam. Sampai mereka pun akhirnya menangis karena terharu. “Coba kalian buka daftar tadi, pasti sudah berubah hasilnya”, jawab Tetua Monyet. Benar saja dugaan Tetua Monyet, seketika daftar di buku akherat pun berubah. “Nah kan kubilang, mereka masih diberikan kesempatan untuk hidup bahagia bersama!! Kenapa kalian malah memisahkan jalinan jodoh mereka, dasar bodoh semuanya”, ditakolnya kepala para pengawal dengan tangan Tetua Monyet yang kesal. “Udah sana kalian pergi laporan sama Raja Neraka, bilang saja ini perintah Tetua Monyet Sakti!”,ujarnya seraya menendang para pengawal itu yang langsung buru-buru kabur pergi mengikuti suruhan Tetua Monyet.
Setelah itu, dengan cepatnya Tetua Monyet membawa arwah Ahui dan Edi dengan seluruh kekuatan saktinya yang membesar seperti raksasa Monyet, melesat bagai meteor keluar dari alam itu langsung menuju lorong waktu dan tiba muncul di altar sembahyang para Tetua Sakti. Segera arwah mereka yang masih berpelukan dan ciuman bagai mimpi itu dikembalikan arwahnya ke tubuhnya masing-masing, tanpa mereka sadari seperti kembali dari tidur yang sangat lelap.
Tak tersadarkan mereka dibuat tertidur bersama dalam satu tempat tidur di dalam kamar. Tentu saja saat Edi tersadar langsung terbangun melompat dari tempat tidur dan merasa kaget, malu dan bingung apa yang telah terjadi. Sementara Ahui masih tertidur lelap karena tubuhnya yang masih lemah dan terluka parah. Tiba-tiba Tetua Monyet muncul di hadapan Edi yang sedang kaget. “Heh, mau kemana kau!!, tolong dia cepat!!”, ucap Tetua Monyet. “Apa maksudmu dengan semua ini, gila kau, saya gak mau kalo dituduh merusak dirinya”, ucap Edi. “Haduh, otakmu aja yang penuh nafsu, jujur sajah, bukannya kamu menginginkannya kan?”, goda Tetua Monyet sambil mengedipkan matanya dan tertawa cekikikan. “Gila kau Monyeet!!! Hentikan semua ini, jangan merasuki pikiranku lagi!!”, ucap Edi. “Dia bisa mati karena kau tau!!, cepat kau kembalikan seluruh energy tubuhnya!!”, ucap Tetua Monyet memaksa. “Tapi saya ini calon pendeta, tidak boleh melakukan ini, ini ini..dosa!!!”, ucap Edi.
“Hmm.., sekarang kamu lebih memikirkan ego kesombongan dan kesucianmu lagi, dari pada menolong orang yang sudah rela mati untukmu!! Kau sadar kan, dia sengaja tidak mau hidup lagi, itu karena kamu bodoh!! Makanya saya memaksamu menariknya agar dia mau kembali lagi!!”, ucap Tetua Monyet. “Tapiiii tapi ini...”, bingungnya Edi tidak juga berhenti-hentinya antara sadar tidak tega dan gejolak egonya.
“Begini saja, aku yang akan melakukannya, biar aku juga yang tanggung dosa ketakutanmu itu. Kamu hanya perlu mengikutiku saja, sementara saya dan para Tetua Sakti yang akan masuk ke tubuhmu untuk mendorongkan seluruh energy, agar kamu menyalurkan energimu kepadanya. Tapi memang prosesnya harus seperti itu, kalian dalam mimpi harus bercinta..haha”,ucap Tetua Monyet tertawa nakal, seketika selesai mengucapkannya dan Edi terkaget tanpa bisa berkata apa-apa, Edi langsung dipukul Tetua Monyet dan dibuat pingsan tertidur dalam posisi mereka (Ahui dan Edi) bersama tanpa sehelaipun benang di tubuh mereka. Hanya selimut hangat yang menutupi mereka dan kelambu tempat tidur yang menutupi kisah asmara mereka berdua.
Malam itu seperti sangat panjang dan indah, seolah-olah mereka dibawa mimpi ke Istana di langit yang indah penuh awan-awan berterbangan, dengan pemandangan air terjun dihiasi pelangi. Mereka bersama berendam di dalam kolam air hangat, tidak terasa energy itu terpancar sangat hangatnya, dan mereka menikmati kebahagian itu bersama-sama, seperti layaknya suami isteri yang tengah dimabuk asmara. Sampai mereka mencapai puncak kenikmatan klimaks yang luar biasa, Edi pun langsung berteriak dengan sangat kuat, keluarlah semua energynya di dalam tubuh Ahui. “Aaaaahhhuuii…” Dan Ahui pun mencium Edi di dalam pelukan Edi yang tengah membara dalam tubuhnya. Seluruh energi cintanya merasuki diri Ahui, dan mereka pun merasakan kebahagiaan yang luar biasa, hingga tertidur dengan lelapnya saling berpelukan hangat.
Keesokan harinya, mereka tersadar dan terbangun, tetapi berada di kamar tidur yang berbeda atau terpisah. Edi terbangun dengan seluruh mimpi basahnya tanpa baju sehelaipun dan mengotori seluruh selimutnya dengan cairan kejantanannya (bak seekor monyet liar yang telah lelah bercinta) yang memancarkan cairannya kemana-mana. Terburu-burulah dia langsung membersihkan dirinya, tempat tidurnya dan mengganti pakaiannya dan bergegas pergi mandi. Sementara Ahui terbangun perlahan-lahan terkaget karena tubuhnya tanpa sehelai pakaian, nafsunya mengembara hingga membasahi seluruh kain dan selimut yang menutupi tubuhnya. Sesegeralah dia berganti pakaian dan menuju kamar mandi. Namun sampainya di kamar mandi, makin kacaulah semuanya, dilihatnya Edi tengah mandi. “Oooh…maaf…”, ucap Ahui langsung melarikan diri mencari tempat lain untuk mandi. Edi yang tengah mandi, tidak sadarkan diri tiba-tiba saja dirasuki Tetua Monyet yang nakal, yang langsung menarik tubuh Ahui dan mengajaknya mandi bersama, kembalilah mereka melanjutkan percintaan semalam dalam mimpi, yang sekarang terjadi di dunia nyata. Edi ingin memberontak tetapi tidak mampu melawan kekuatan Monyet Sakti yang telah merasuki dirinya, sehingga kembali dimabuk api asmara membara dalam tubuhnya. Setelah selesai mandi bersama, mereka pun tersenyum sangat bahagia tersipu-sipu sambil berpakaian bersama dan kembali ke kamarnya masing-masing.
Edi marah-marah mencaci maki dirinya, sambil ditertawakan Tetua Monyet, “Hahahahahaha, betapa bahagianya, saya dapat menikmati keindahan Ahui, hiahahahaha”, ucap Tetua Monyet. Bertengkarlah mereka di kamar Edi, saling pukul pukulan. “Tetap saja kamu tidak dapat mengalahkan saya, hahahaha, kau terlalu penakut, sangat pengecut, tapi kau tau sejujurnya di hatimu, kau menginginkannya juga!! Dan lagi kamu belum mengambil sumpah selibat kepada Master Guru Haite, jadi kamu masih bisa diperbolehkan untuk menikahinya!! Betapa bodohnya kamu, perempuan sebaik Ahui, malah kamu biarkan menderita mencintaimu seperti itu, Gila kau!! Kau harusnya sadar, bila tanpa Ahui, sudah hancur semua Kuil ini dan kamu bisa mencelakai semuanya. Justru karena pengorbanannyalah, kamu selamat dan tersadarkan dari kekeliruanmu itu!! Makanya kamu harusnya membalas budi baiknya dengan membahagiakan hidupnya!!!”, ucap Tetua Monyet mengikat tubuhnya Edi dengan kesaktiannya. Edi hanya dapat tertunduk merasa bingung, bersalah, batin bergolak sekaligus merasa sangat tidak berdaya, tetapi di dalam hatinya, dia tidak bisa berbohong lagi, semua yang dikatakan Tetua Monyet Sakti itu benar apa adanya dirinya. “Sepertinya kamu juga mencintai dan menginginkan Ahui seperti diriku?”, ucap Edi pada Tetua Monyet. “Baiklah, saya jujur padamu, dia (Ahui) memang telah memikatku, tapiiii kamu begitu bodohnya, membiarkannya menderita, saya merasa sangat cemburu dan merasa tersaingi karena di hatinya hanya ada dirimu, sedangkan aku hanyalah seekor Monyet Gila yang tidak bisa lagi merasakan kebahagiaan dan kenikmatan duniawi menjadi seorang manusia kembali, makanya aku melakukan semua ini agar kalian berdua tidak menderita dan berpisah lagi, belum cukupkah kamu melihatnya menderita selama ini?”, jawab Tetua Monyet Sakti.
Seluruh ucapan Tetua Monyet benar adanya, dia merasa bersalah tertunduk dan merenungi kesalahannya. “Nah, besok, kami persiapkan altar pernikahan untukmu dan Ahui. Jangan buang-buang waktu lagi, bahagiakan dia. Sementara kami (Para Tetua) yang akan mencari info tentang keberadaan teman-temanmu yang lainnya. Tetua Monyet kembali merasukinya membawanya menemui Ahui, kali ini untuk menyatakan perasaannya, “Ahui…, aku ingin…”,sebelum Edi selesai mengucapkan perasaannya, Ahui sudah mengetahuinya, Ahui langsung memeluk dan mencium Edi. “Ahui, aku ingin membahagiakanmu selamanya…”,dengan lembut Edi mengucapkan kata cinta itu di telinga Ahui dengan bantuan Tetua Monyet Sakti. “Iyaaaa…, saya juga ingin bahagia selamanya bersamamu…”, ucap Ahui memeluk Edi semakin eratnya. “Aku juga akan selalu menjaga dan melindungimu selamanya.., bersediakah kamu menemaniku.. bersamaku selamanya?”, ucap Edi kepada Ahui. “Selalu…untuk selamanya…”, jawabannya disertai kecupan dan pelukan Ahui yang hangat dan bahagia.
Pernikahan Singkat dan Sakral pun segera digelar secara sangat sederhana disebuah Rumah Kayu Kecil (Rumah type Knockdown) di tengah hutan di bawah kaki pegunungan, yang dalam sekejap pun selesai berkat kesaktian ilmu para Tetua. Di dalam rumahnya terdapat Altar-altar suci sederhana bagi para dewa, lokasinya di sekitar pelataran, sedikit jauh dari Kuil Macan Terbang. Di Rumah kayu kecil sederhana itulah disulap menjadi indah, mereka dipersiapkan bersama, meskipun tidak meriah, tetapi pesta makan-makan sederhana dipersiapkan, meskipun tidak memakai baju pengantin, hanya dikalungi bunga-bunga yang telah dirangkai oleh para Tetua Sakti diberikan pada mereka. Mereka pun lalu menyalakan lilin merah, memasang dupa dan berdoa pada Thien (Tuhan), sambil saling memegang tangan mereka berjanji akan saling jujur, setia, saling menolong dalam suka dan duka, dan akan selama-lamanya menjadi pasangan berbahagia saling mencintai sayang-menyayangi dengan perasaan cinta yang abadi, mereka telah berjanji akan selalu bersama, hingga di kelahiran-kelahiran di alam-alam berikutnya. Betapa indahnya hari itu, para Tetua Sakti pun mengeluarkan semua kesaktiannya, mengubah suasana hari menjadi indah penuh pelangi, matahari bersinar, awan-awan teduh, angin semilir dan mewangi bunga bermekaran. Indahnya pernikahan mereka yang akan teringat selama-lamanya. Akhirnya mereka resmi menikah dengan saksi dan restu para Tetua Sakti, sekaligus nampaklah seberkas cahaya sinar terang menyinari mereka berdua, terlihat Ahui menatap sinar itu terlukis wajah Maha Guru Boante yang tersenyum bahagia, seolah-olah menyinari anugrah dan berkah bagi mereka (Ahui dan Edi), begitu pula dari Istana Langit yang turun berupa percikan air hujan membasahi kedua mempelai, seketika itupun langit biru cerah dipenuhi pelangi yang indah di pagi hari itu, di awal bulan peralihan musim dingin ke musim semi yang indah, saat bunga-bunga bermekaran sangat harum mewangi, dan salju pun mulai habis mencair. Di rumah kayu kecil dibawah kaki pegunungan tinggi itulah menjadi tempat kenangan indah mereka selama-lamanya. Inilah simbol menjadi awal mula kebangkitan kekuatan kristal bercahaya.
Pertama-tama mereka berpamitan dengan Maha Guru Haite di Kuil Macan Terbang, semua temen-teman Edi seolah menatap kejam kepada Edi atas kehancuran sebagian bangunan Kuil yang terjadi, dan Edi tidak pernah hadir membantu, malah menghilang begitu saja, tetapi Maha Guru Haite menenangkan semuanya karena tidak boleh menyalahkan Edi semata, sebagai gurupun, dia merasa bersalah karena itu, sepatutnya memaklumi keadaan yang terjadi demi menyelamatkan banyak nyawa manusia di Kuil Macan Terbang, Ahui terpaksa mengorbankan dirinya, jadi sudah seharusnya Edi bertanggung jawab atas kematian Ahui dan menyelamatkannya dari kurungan kutukan kematian. Penjelasan Maha Guru Haite dibantu para Tetua Sakti lainnya untuk meredakan kemarahan semua warga di Kuil Macan Terbang dan mereka akhirnya mau memaklumi dan memaafkan Edi.
Kemudian Edi dan Ahui pun berangkat mencari Boy dan Chika yang sedang merawat gurunya (Maha Guru Kyai Gusdante) di Kediamannya yaitu “Red Diamond Mosque”. Ternyata Boy dan Chika telah hidup bersama dan menikah, sementara Chika sedang mengandung anaknya yang sudah mulai memasuki masa-masa menuju persalinan. Ditambah lagi kabar duka karena kondisi Maha Guru Gusdante kian memburuk, akhirnya Maha Guru Gusdante pun wafat kira-kira sebulan setelah Maha Guru meresmikan mereka (Boy dan Chika) menikah. Keadaan ini membuat Edi dan Ahui terpaksa menetap sementara di tempat mereka, untuk menjenguk dan membantu selama proses persalinan Chika di Rumah Sakit terdekat sampai selamat dan melahirkan bayinya pertamanya perempuan yang sangat cantik seperti ibunya, Chika. Boy pun memberikan nama untuk anaknya itu, adalah Chiqita.
Setelah menetap sementara, mereka semua menunggu kabar dari para Tetua Sakti yang mencari info keberadaan Didi dan Fani, yang sangat sulit ditemukan keberadaannya. Tetua Monyetlah yang berhasil menemukan Didi, yang ternyata menjadi preman dan pemabuk di jalanan. Sementara Fani sampai saat ini belum juga ditemukan.
Bagaimana kisah selanjutnya? Akankah mereka dapat menyadarkan Didi dan menemukan Fani? Serta menegakkan keadilan dengan mengalahkan semua kekuatan negative dari para siluman jahat? - Bersambung - To Be Continued -
Picture Source :
denahmah.blogspot.com/2014/09/kumpulan-gambar-desain-rumah-hutan.html
medgo.id/desain-rumah-kayu-modern/
www.popbela.com/career/inspiration/niken-ari/desain-rumah-kayu-minimalis/10
No comments:
Post a Comment