Wednesday, December 23, 2020
Tuesday, November 24, 2020
Friday, October 23, 2020
"You Say" Lauren Daigle Song lyrics & translate
I keep fighting voices in my mind that say I'm not enough
Saya terus melawan suara-suara di dalam pikiran saya sendiri yang mengatakan saya tidak pernah cukup
Every single lie that tells me I will never measure up
Setiap kebohongan memberitahukan saya bahwa saya tidak akan pernah mau membuktikannya kembali lagi
Am I more than just the sum of every high and every low?
Apakah saya hanya sekadar penggabungan penjumlahan (keseimbangan) dari setiap hal yang tinggi dan juga hal yang rendah?
Remind me once again just who I am, because I need to know, ooh oh
Ingatkan saya sekali lagi siapa diri saya ini, karena saya perlu tahu, ooh oh
You say I am loved when I can't feel a thing
Anda mengatakan saya dicintai ketika saya tidak mampu merasakan apapun juga
You say I am strong when I think I am weak
Anda mengatakan saya kuat ketika saya berpikir saya ini lemah
And You say I am held when I am falling short
Dan Anda berkata bahwa saya ditahan dalam genggamanMu (bertahan) ketika saya terjatuh hancur dalam kegagalan
And when I don't belong, oh, You say I am Yours
Dan saat saya bukan milik siapapun juga, oh, Kau bilang saya adalah milikMu
And I believe (I), oh, I believe
Dan saya percaya (saya), oh, saya percaya
What You say of me (I)
Apa yang Anda katakan tentang diri saya (saya)
I believe
saya percaya
The only thing that matters now is everything You think of me
Satu-satunya hal yang terpenting sekarang adalah semua yang Anda pikirkan tentang diri saya
In You I find my worth, in You I find my identity, ooh oh
Di dalam-Mu saya menemukan nilai dalam diriku ini, di dalam-Mu saya menemukan identitas diriku ini, ooh oh
You say I am loved when I can't feel a thing
Anda mengatakan saya dicintai ketika saya tidak mampu merasakan apapun juga
You say I am strong when I think I am weak
Anda mengatakan saya kuat ketika saya berpikir saya ini lemah
And You say I am held when I am falling short
Dan Anda berkata bahwa saya ditahan dalam genggamanMu (bertahan) ketika saya terjatuh hancur dalam kegagalan
When I don't belong, oh, You say I am Yours
Dan saat saya bukan milik siapapun juga, oh, Kau bilang saya adalah milikMu
And I believe (I), oh, I believe (I)
Dan saya percaya (saya), oh, saya percaya (saya)
What You say of me (I)
Apa yang Anda katakan tentang diri saya (saya)
Oh, I believe
Oh, saya percaya
Taking all I have and now I'm layin' it at Your feet
Mengambil semuanya yang saya miliki dan sekarang saya meletakkan diri saya bersimpuh sujud di hadapan kakiMu
You'll have every failure God, You'll have every victory, ooh oh
kamu akan mengalami setiap kegagalan ujian cobaan Tuhan, kamu juga akan memiliki setiap kemenangan, ooh oh
You say I am loved when I can't feel a thing
Anda mengatakan saya dicintai ketika saya tidak mampu merasakan apapun juga
You say I am strong when I think I am weak
Anda mengatakan saya kuat ketika saya berpikir saya ini lemah
You say I am held when I am falling short
Dan Anda berkata bahwa saya ditahan dalam genggamanMu (bertahan) ketika saya terjatuh hancur dalam kegagalan
When I don't belong, oh, You say I am Yours
Dan saat saya bukan milik siapapun juga, oh, Kau bilang saya adalah milikMu
And I believe (I), oh, I believe (I)
Dan saya percaya (saya), oh, saya percaya (saya)
What You say of me (I)
Apa yang Anda katakan tentang diri saya (saya)
I believe
aku percaya
Oh, I believe (I), yes, I believe (I)
Oh, saya percaya (saya), ya, saya percaya (saya)
What You say of me (I)
Apa yang Anda katakan tentang diri saya (saya)
I believe (oh)
Saya percaya (oh)
Source / Sumber: LyricFind
Songwriters / Penulis Lagu: Jason Ingram / Lauren Daigle / Paul Brendon Mabury
You Say lyrics © Sony/ATV Music Publishing LLC, Universal Music Publishing Group
Picture Source : www.empoweredwithpurposeblog.com/2018/04/22/never-put-your-relationship-before-god-2/
Wednesday, September 23, 2020
Risalah Duka
https://www.wallpaperflare.com/thunder-night-lightning-storm-thunderstorm-dark-sky-clouds-wallpaper-eqomm/download/3840x800
Friday, August 14, 2020
Syair Doa Cintaku
Terpujilah Allah (Tuhan) Yang Maha Kuasa,
Segala cipta, berkah dan karuniaNya.
Sujud bakti atas anugrah illahi,
Karena ku dapat bersamaMu kembali..
Bilakah dapat meminta keinginanku,
Apalah yang belum kuterima...
Sejak lahir diberikan segala nikmatMu,
Tak ada satupun dustaNya...
Hamba inilah yang terlalu banyak mauNya,
Tak jarang lupa daku bersyukur padaNya..
Semoga doa ini slalu mengingatkanku..
Atas segala dosa kebodohanku..
Di Hari yang terindah ini ku berdoa,
Semoga menjadi hikmah berkah utama..
Kupinta bahagiakan brahmana ini,
Dari ujung jengkal kaki hingga sukma hati..
Jadikanlah brahmana yang sangat mulia hati..
Seperti halnya cintaMu padaku yang tak bertepi..
Setiap hari slalu menyayangiku tiada henti,
Laksana kemilau hangatnya matahari pagi..
Jaga lindungi selamatkanlah kekasihku..
Seperti halnya Allah menjagaku setiap waktu..
Tiada hari tanpa kehadiranMu di dekatku..
Sepanjang hari selalu setia menemaniku...
Terima kasih ya Allah atas segalaNya..
Tiada kasih dan cinta yang mampu melebihiMu..
Karena Engkau mengajarkanku kekuatan Cinta,
Sehingga kuyakin Allah pun juga mencintaimu.
Written by : Kepik Romantis / PVA
Picture Source : https://wallpaper-house.com/wallpaper-id-292590.php
Cinta dan Kesadaran -Chapter 13-
Kami berempat : aku, Tyrex, Xy dan Red kembali berkumpul, berbincang soal spiritual setelah selesai latihan samadhi bersama.
"Rex, aku mau tanya nih. Kalau orang diikuti oleh makhluk gaib, bisa pergi nggak sih?" Red bertanya penasaran.
"Ya bisalah. Mereka kan sama kayak teman aja. Ada karma jodoh. Kalau karma jodoh keduanya habis, makhluk gaibnya pergi," Tyrex menjawab.
Aku, Red dan Xy mendengarkan dengan seksama.
"Biasanya, kalau diri sejati kita sudah muncul, penjaga gaib pergi dari diri kita," Tyrex melanjutkan.
"Bener Rex. Aku pernah diberitahu sama yang jagain aku. Dia bilang, kalau aku udah jadi bijaksana, dia akan pergi...dan harus pergi," celetukku.
"Iya bener Che, kalau diri sejati sudah muncul dari dalam diri, otomatis kita sudah bijaksana, sudah tidak perlu lagi penjaga gaib. Semua bisa kita lakuin sendirian," lanjut Tyrex.
"Iya benar, Rex. Hahaha, " jawabku tertawa dalam lirih. Gregorious, Malaikat Pelindungku pun menatapku juga dengan pandangan lirih. Dia membelai lembut kepalaku, menenangkan aku.
Karena emosiku sedikit bergejolak. Mataku spontan sedikit basah.
Kami masih bercakap-cakap. Tertawa terbahak-bahak. Dan aku sangat pandai menyembunyikan kesedihanku. Tapi mungkin tidak bagi Red, sahabatku.
Setelah tertawa, aku bergegas ke lantai 2, menuju altar Kakek Thai Shang Lao Cin disana. Aku tak dapat lagi menahan perasaan sedih dan haru di tengah dadaku.
Sesampainya aku di depan altar kakek, aku terduduk dan menangis. Air mata yang keluar dari pelupuk mataku membasahi kedua pipi mungilku.
Kakek di altar sana seakan memahami apa yang aku rasakan. Aku masihlah Cherry kecil yang manja. Aku belum dapat mengatasi kemelekatan akan rasa sayang dan cinta. Aku sadar, aku terus jatuh di hal yang sama. Dan Kakek memahami ini.
Beliau menasehatiku, "Cherry ingat...kamu sudah berkali-kali jatuh dalam hal ini. Jangan hal ini lagi membuat batinmu bergejolak. Hayo belajar, anak manja..." nasehat Kakek dengan lembut.
"Iya kakek...tapi susah. Aku sangat menyayangi Gre dan Zamael, kedua Malaikat Pelindungku," jawabku membatin.
Sontak, Gre membelai kepalaku lagi dengan lembut di samping kananku. Sedangkan Zamael membelai pundakku.
"Sudah...Cherry jangan sedih ya," pinta Gre lembut di samping telingaku, membisikanku. "Kalau Cherry sedih seperti ini, kami juga sedih."
Zamael sedikit membungkuk dan mengusapkan air mataku. Dia hanya tersenyum menatapku. Dan aku merasa sedikit damai melihat senyum Zamael. Biasa, Zamael yang selalu mengusap air mataku ketika dia tahu aku menangis.
"Iya, maafkan aku," jawabku membatin sembari menghapuskan sisa air mata yang sudah membanjiri kedua pipi mungilku ini.
Kakek berpesan, "Tuh, kedua Malaikat Pelindungmu sangat menyayangimu, Cherry. Dan mereka sangat berharap kamu segera menjadi Cherry yang bijaksana dan bisa pulang menjadi malaikat yang manis kembali...seperti dulu," kata Kakek tersenyum.
Deg...kata-kata Kakek bagai menyentak tengah dadaku. Aku hampir melupakan tujuanku terlahir di dunia ini. Terima kasih, Kakek telah mengingatkanku...
Setelah aku memastikan bahwa aku sudah baik-baik saja, dan seluruh air mata sudah bersih terhapuskan, aku kembali turun ke lantai 1 menemui mereka kembali, dan mengikuti obrolan mereka.
Tapi tidak dengan Red. Dia menanyakan, "Cherry, what's happen with you?"
"Nothing..." jawabku.
Malam pun tiba.
Aku pulang ke rumahku.
Aku sedang membaca-baca buku di kamar tidurku sebelum tidur. Aku paling suka baca buku Spiritual karya Doreen Virtue.
Di samping itu, Gre dan Zamael sedang berbincang di halaman kebun rumahku.
Seperti biasa. Kali ini aku akan menulis dengan menggunakan sudut pandang orang ketiga. Aku tidak tahu apa yang mereka berdua bicarakan. Aku kembalikan ke penulis cerita ini...
"Gre, saya perhatikan kamu agak sedih. Karena kejadian tadi sore itu ya?" Zamael bertanya.
"Iya, Tuanku," suara Gre nampak lirih.
"Saya merasakan perasaan cintamu kepada Cherry sudah sedikit berlebihan, Gre. Masih ingat kan pesan saya tempo lalu?" Zamael berusaha mengingatkan Gre.
"Ya, saya masih mengingat nasehat Tuanku, dan saya sangat berhutang budi pada Tuanku," jawabnya sembari menundukkan kepalanya sedikit.
"Bagus," sahutnya sembari melempar sebuah kerikil kecil pada aliran danau kebun rumah Cherry. Riakannya membuyarkan pantulan cermin mereka berdua yang sedang duduk di tepinya.
"Bolehkah saya bertanya pada Tuanku? Ah, tapi...maaf jika pertanyaannya mungkin agak kurang pantas untuk saya tanyakan pada Tuanku," Gre menyilangkan lengannya di dadanya sebagai permohonan maaf kepada Tuannya, Archangel Zamael.
"Ya, jangan sungkan. Kita kan sahabat ketika di bumi ini. Tapi ketika tugas kita atas Cherry sudah selesai dan ketika kita kembali ke surga, kamu adalah anak buahku kembali. Ya?" jelas Zamael pada Gre tersenyum. "Silakan."
"Baik Tuanku." Gre menelan air liurnya sebelum bersuara kembali. "Maaf sebelumnya... apakah Tuanku juga mencintai Cherry?"
Tiba-tiba suasana menjadi hening. Hanya terdengar nyanyian jangkrik malam itu dibawah sinar rembulan. Dibarengi juga dengan desiran angin lembut menyibakkan kedua rambut mereka.
"Ya...sangat mencintainya," jawab Zamael. "Coba kau bayangkan Gre...sejak kami berpisah kala itu, ketika dia masih menjadi Archangel dan saya manusia, saya terus memikirkannya. Dan entah mengapa ingatan saya tak pernah terhapuskan tentang Cherry, kelahiran demi kelahiran," lanjutnya.
"Saya memahami perasaan Tuanku. Lantas, bagaimana caranya Tuanku bisa 'menahan diri'?" tanya Gre perlahan.
"Kesadaran, Gre...Lakukan segala sesuatunya dengan sadar. Jangan mengikuti keinginanmu. Tapi bertindak segala sesuatunya karena untuk kebaikan dirinya semata," jawab Zamael.
Gre terus memperhatikan perkataan Tuannya. "Lalu, mengapa keempat sayap Tuanku tidak lenyap ketika menciumnya?"
"...saya sudah pernah menciumnya dua kali, Gre. Tapi saya melakukannya dengan kesadaran, bukan atas ego keinginan saya. Saya berusaha menciumnya agar dia bisa cepat menggali memori ingatan kehidupan masa lampaunya, siapa dirinya di masa lampau, apa masalahnya hingga dia bisa terlahir menjadi manusia seperti saat ini dan kemana tujuan selanjutnya setelah dari bumi ini. Ketika kamu melakukan segala sesuatunya dengan penuh kesadaran, bukan dengan nafsu dan ego malaikatmu, kamu akan baik-baik saja, Gre," terangnya tersenyum membuka semua maksudnya selama ini. Seperti seorang ayah yang sedang menasehati anaknya.
"Begitupun, ketika saya membunuh banyak iblis di neraka. Semua itu juga bukan atas ego keinginan saya, tapi agar jiwa para iblis itu bisa termurnikan kembali..." lanjut Zamael.
Air mata Gre tumpah. Dia terharu oleh perkataan Tuannya yang sangat menyentuh batinnya. Ada penyesalan dan rasa bersalah dalam dirinya karena cinta.
Zamael yang mengetahui Gre bersedih segera menawarkan bahunya yang sekeras baja itu untuk menjadi sandaran Gre. "Mari, Gre..."
Kepala Gre kini bersandar pada bahu Tuannya. Zamael menghapus air mata Gre. Zamael selalu tidak bisa melihat semua makhluk menangis. Dia terlihat sosok yang kasar sekilas, tapi jauh di dalamnya, dia adalah Archangel yang sangat lembut dan penuh kasih, juga bijaksana.
"Saya tahu perasaanmu, Gre. Dan tidak mudah...baik untukmu, maupun Cherry sendiri," pinta Zamael lembut sembari membelai kepala Gre.
"Benar Tuan... semakin hari saya semakin mencintainya, dan perasaan ini sedikit mengganggu pikiran saya..." Gre bergumam.
"Sadarilah... dan masuklah ke dalam perasaanmu sendiri. Nanti kau akan jadi memahami hakekat cinta. Pada dasarnya, cinta itu selalu memberi tanpa mengharap apa-apa...demi kebahagiaan makhluk yang dicinta..." Zamael membimbing Gre, selayaknya seorang ayah.
"Ya, Tuan," jawab Gre berusaha memahami maksud Tuannya.
Zamael mengeluarkan sinar keemasannya pada telapak tangannya dan didekatkan di tengah dada Gregorious. Cahaya keemasan itu adalah cahaya Cinta Kasih yang menyembuhkan.
"Bagaimana, sudah lebih baikkah perasaanmu, Gre?" tanya Zamael.
Gre tersentak setelah dihealing oleh Tuannya. Dia terbangun dari sandaran bahu Tuannya.
"Luar biasa, Tuanku. Hawa murni Tuanku sangat besar, tetapi sangat lembut...lebih kecil dari partikel yang paling kecil di dunia. Saya jadi berhutang banyak pada Tuan," gumam Gre menunduk.
"Hahaha...bukan apa-apa. Kau harus belajar lebih banyak lagi ya Gre..." nasehat Zamael. "Semua demi kebaikanmu..."
"Baik, Tuanku."
"Dan yang paling penting, saya ingin kita bersama-sama pulang ke surga, bertempur bersama dengan saya kembali ya, Komandan Gre," pintanya tersenyum penuh kasih.
Mata Gre nampak berkaca-kaca oleh perkataan Tuannya. Dadanya dipenuhi oleh rasa haru dan kasih oleh karena Tuannya. "Baik, Tuanku," jawabnya bersemangat.
Written by : Yanti Kumalasari, S.Ds.
Fan-page Writer : https://www.facebook.com/thesoulreader.jkt/
Editing by : Kepik Romantis / PVA
Wednesday, July 22, 2020
Penjaga Cahaya
Terlahir berulang kali hanya untuk mengemban misi berbeda.
Lelah sudah perjalanan yang tiada akhirnya...
Hanya demi melindungi energi bumi agar mendapat cahaya...
Entah ada berapa banyak penjaga yang selalu terjaga,
Selalu menjaga energi cahaya di kala kegelapan tiba,
Sengaja bersembunyi di lorong-lorong kegelapan..
Membawa energi cahaya sebagai penerangan..
Di kala semua makhluk tertidur dengan lelap..
Dalam segala cuaca, kondisi bahkan badai penuh duka nan gelap,
Penjaga Cahaya siaga melindungi energi agar tidak lenyap...
Membawa doa di setiap ucap, laku dan langkah penuh harap...
Menjaga keseimbangan energi bumi yang membawa berkat,
Mengobati bumi tercinta ini yang telah terluka berat...
Keserakahan, ketamakan, dan kebencian merusak bumi semakin sekarat...
Penjaga Cahaya setia melindungi menyelamatkan bumi hingga akhir hayat...
Sembuhkan luka-luka pulihkan energi keseimbangan bumi,
Teruslah dan tetaplah menebar bibit energi Cinta kasih sayangi bumi ini..
Sebagai tempat terindah terdamai bagi semua makhluk alam dunia...
Lindungi rawat jagalah kelak anak cucu cicit agar bahagia...
Karena kini sudah saatnya melindungi energi cahaya...
Membangun semangat dan energi cahaya cinta kasih di dalam jiwa...
Sehingga keseimbangan energi bumi dapat kembali seperti semula.
220720 Written by : Kepik Romantis / PVA
https://www.pinterest.com/pin/509329039085333314/ ;
https://frankkliewer.com/racing-the-storm-at-pigeon-point/ ;
https://www.setaswall.com/lighthouse-wallpapers/amazing-lighthouse-wallpaper-24-1366x768/
Arwah Penunggu Gunung (Zamael X Dewa Erlang) -Chapter 12-
Wednesday, June 17, 2020
Cinta Kasih, Kekuatan Tertinggi di Alam Semesta
Raja Pertama dengan perawakan fisik/badan sangat kuat, gagah dan pemberani, terlihat seperti seorang petarung tinju yang kekar dan berotot-otot besar layaknya seorang Hercules berjalan. Setelah selesai memberikan persembahan/sesajinya, seraya meminta doa agar diberikan kekuatan/power yang paling hebat. Maka Amun-Ra pun memberikan berkah kepadanya : "Kamu akan berumur panjang 120 tahun untuk menjadi Raja dan berkuasa di bumi."
Raja Kedua dengan fisik/badan yang kurang lebih sama dengan Raja Pertama, tetapi jauh lebih menyeramkan, ditakuti, disegani dan memiliki kesaktian yang luar biasa hebat, sehingga dapat memiliki Kepala Emas yang bersinar berkilauan seperti 24karat. Bahkan semua makhluk yang melihatnya pun tertunduk takut kepadanya. Setelah selesai memberikan persembahan/sesaji seraya memanjatkan doa agar diperolehnya kesaktian yang paling hebat kepadanya. Amun-Ra pun memberikan berkahnya kepada Raja Kedua : "Kamu akan berumur panjang 150 tahun untuk menjadi Raja dan berkuasa di Alam Neraka (alam bawah, para makhluk halus, para hantu, siluman, dll)." Seketika itu pula berkah kekuatan Amun-Ra mengubah Kepala Raja ini, menjadi Kepala Raksasa Naga Emas dengan disertai tubuh raksasa besar luar biasa.
Raja Ketiga, terakhir ini, seolah-olah hanya dipandang sebelah mata, dicibir, dihina dan ditertawakan oleh Kedua Raja lainnya, karena tidak terlihat/tampak seperti tampang seorang Raja. Perawakan Fisiknya pun biasa-biasa saja, layaknya orang biasa saja dari kelas masyarakat yang biasa saja, bahkan seperti seorang yang tidak punya wibawa apa-apa, diremehkan karena tidak ada tampak ciri-ciri yang dapat membuat semua orang terkagum kepadanya. Pikir orang-orang yang melihatnya pun, "Gak mungkinlah orang kayak gitu, orang biasa kok." Selesai memberikan persembahan/sesaji, lalu memohon doa, agar diberikannya Cinta yang Abadi. Amun-Ra pun menjawab doa : "Tiada ilmu yang paling tinggi dan paling hebat di seluruh alam semesta ini, yang dapat menandingi kekuatan Cinta Kasih Sejati.."
Kedua Raja lainnya pun setelah mendengarkan penjelasan Amun-Ra tersebut, langsung merasa tertunduk malu, kaget, dan mengakui kesalahannya mereka dengan sujud dan menghormat kepada Raja ke Tiga, karena kebijaksanaannya yang sangat tinggi dan luar biasa hebat, melebihi mereka berdua.
Kesimpulan kisah ini adalah Tidak perlu merasa ataupun berpikir rendah diri, tak perlu juga berputus asa dan berkecil hati, sebaik-baiknya menjadi manusia biasa-biasa saja, tidak perlu berambisi, iri, cemburu, kecewa, malu dan bersedih, melihat kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh orang lain, karena setiap manusia telah diberikan hak yang sama adilnya di setiap anugrah, berkah dan karunia dari sejak lahir oleh Allah/Tuhan Yang Maha Kuasa. Tiap-tiap manusia sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, jadikanlah setiap kelebihan kita sebagai penyemangat dalam menghadapi dan menyelesaikan setiap masalah di kehidupan kita. Asahlah, pergunakanlah dan manfaatkanlah kelebihan-kelebihan (kemampuan) kita agar menjadi modal untuk melakukan kebajikan-kebajikan menolong sesama. Sedangkan kelemahan atau kekurangan kita jadikanlah sebagai landasan kesadaran kita untuk mengintrospeksi diri (bercermin diri/renungan) agar kita menjadi manusia yang penuh pengertian, sabar, ikhlas, rendah hati dan tidak sombong.
040520Written by : Kepik Romantis/PVA
https://www.figuren-shop.de/en/amun-ra-figurine-black-gold-derek-frost
https://www.pinterest.com/pin/502432902171531594/
https://aminoapps.com/c/mythology/page/item/amun-ra/Xm6j_mNcXIRNJeGB57benXrmxBpd1b1Neo
https://www.artstation.com/artwork/gLxQL
Lucid Dream -Chapter 11-
Aku, Cherry adalah memang gadis kecil biasa dari bumi. Tapi aku memiliki satu kekuatan rahasia yaitu kekuatan Cinta. Aku sangat mahir bermain Cinta. Siapapun manusia yang mendekatiku pasti jatuh cinta kepadaku, tak terkecuali malaikat pelindungku sendiri.
Tapi memang aku sayang kepada semua orang yang mencintaiku. Jadinya, mungkin rasa cinta yang ada di dalam diri orang-orang untukku adalah pantulan dari hatiku sendiri. Aku mencintai mereka yang mencintaiku. Tapi ya hanya cinta, tidak ada keinginan yang lebih dari itu.
Aku senang menyimpan rasa cinta di dalam dadaku. Cinta membuat hari-hariku menjadi bahagia dan berarti...
Malam ini aku tertidur di pangkuan Malaikat Gregorious sambil memeluk boneka beruang seukuran tubuh mungilku.
Gregorious nampak menyelimuti tubuhku dengan sehelai selimut tebal, agar aku tak kedinginan. Ia terus membelai lembut rambutku.
Dia nampak sangat bahagia sekali sudah mengutarakan perasaannya kepadaku. Yah, meski dia pun juga tak berharap aku akan membalas perasaannya. Karena, Archangel Zamael sudah memperingatinya untuk tidak jatuh cinta kepada manusia sepertiku.
Aku juga tak ingin membuat Gregorious menderita karena mencintaiku. Karena itu akan menyakiti dirinya. Membuatnya kehilangan kedua sayapnya dan kekuatan malaikatnya.
Aku pernah merasakan sakitnya jatuh cinta pada orang yang salah karena berbeda alam. Dan itu membuatku menjadi hampir gila. Aku tak ingin Gregorious mengalami rasa sakit yang sama seperti yang kurasakan di kehidupan lampauku, jauh sebelum kehidupanku saat ini, sebelum bumi dulu pernah hancur dan terbentuk kembali. Entah berapa masa...
Dulu, sewaktu aku masih menjadi sesosok malaikat pelindung, aku pernah mencintai seorang pria manusia...sangat mencintainya... hingga aku berbuat kesalahan fatal. Kami melakukan hubungan terlarang, antara malaikat dan manusia.
Lalu setelah sadar, aku menghilang dan pergi menyendiri meninggalkan pria manusia itu. Aku tak tahu lagi bagaimana kelanjutan ceritaku dengannya. Aku juga tak tahu lagi bagaimana takdir kehidupan pria itu di masa ini. Dan aku tak berharap juga bisa bertemu dengannya...sungguh.
Malam itu aku tertidur lelap.
Sangat terlelap sekali.
Hingga bermimpi...
Aku melihat sesosok malaikat dengan keempat sayapnya dari kejauhan, di sebuah kebun belakang rumahku. Dia adalah Archangel Zamael, sang Malaikat Kematian itu, sekaligus Malaikat Pelindungku yang baru.
Dia nampak mengenakan pakaian serba putih dengan aksen keemasan, seperti seorang bangsawan...atau raja...ah, aku tak tahu. Yang aku tahu, saat ini ia tersenyum hangat kepadaku.
Dia mengulurkan tangannya menyambutku, "Cherry, kemarilah..." katanya dalam mimpiku.
Aku menghampirinya.
"Maukah kau terbang bersamaku, Cherry?" katanya sangat lembut sambil tersenyum menatapku yang mungil, mungkin tinggiku hanya setinggi dadanya saja.
Dalam mimpiku, aku mengenakan daster tidurku yang berwarna putih tanpa lengan. Aku menjawab pertanyaannya dengan sumringah, "Mau. Tapi..."
"Tapi apa...?" tanyanya masih lembut sedikit menunduk dan membelai pipi mungilku.
"Tapi bagaimana caranya? Aku tak punya sayap," jawabku polos.
Zamael pun tersenyum, "Jangan khawatir. Aku akan mengajarimu memunculkan sayapmu sendiri dan terbang bersamaku."
"Baiklah," jawabku singkat dan sumringah.
"Pertama-tama, kamu harus konsentrasi penuh. Niatkan agar kedua sayapmu mengembang sempurna dari balik punggungmu. Jangan berpikir apapun. Ringan saja..." pandunya padaku.
Aku pun mengikuti instruksinya. Sehingga aku berhasil memunculkan kedua sayap putihku perlahan-lahan, dan melayang perlahan-lahan. "Aku bisa terbang...aku bisa terbang..." teriakku kegirangan.
"Nah, sekarang kamu harus kendalikan dirimu supaya kamu dapat mengendalikan kedua sayapmu, Cherry," pandunya lagi.
Aku pun mengikuti instruksinya dengan persis. Aku berusaha menenangkan diri untuk bisa mengendalikan kedua sayapku.
Akhirnya aku berhasil melayang lebih tinggi lagi.
Zamael melayang menghampiriku dengan keempat sayap archangelnya. Begitu aku sedikit menguasai pelajaran terbang dengan kedua sayapku, Zamael langsung meraih salah satu telapak tangan mungilku. Dia mengajakku terbang bersamanya...
Aku pun berteriak kaget. Karena dia menarik tanganku untuk terbang bersamanya dalam kecepatan yang sangat tinggi. "Zamael...hentikan!"
Mendadak ia pun menangkap tubuh mungilku ke dalam pelukannya sambil melayang di atas awan-awan putih. "Ups, maaf..." katanya.
Kami melayang perlahan dengan mengibaskan sayap-sayap malaikat kami. Aku...aku tak biasa memiliki sayap lagi, setelah kejadian di masa lampau itu...
"Cherry, kau suka?" tanya Zamael perlahan.
"Iya, aku suka...sangat suka..." jawabku tersenyum padanya.
"Syukurlah, Cherry..." pintanya.
Kami pun terdiam sambil masih menikmati pemandangan di bawah awan itu. Sangat indah. Kami dapat melihat seluruh negeri dari atas awan-awan.
Archangel Zamael memang malaikat yang tahu apa yang aku sukai. Dia hampir membuat emosiku bergejolak...termasuk cinta.
Eh, apakah aku benar-benar mencintainya? Mengapa bisa secepat ini? Dia baru hadir beberapa kali dalam hidupku, masakah aku sudah memiliki rasa cinta terhadapnya?
Tapi, rasa cinta yang aku miliki agak berbeda dengan rasa cintaku terhadap Gregorious, Malaikat Pelindungku yang satunya. Kalau kepada Zamael, aku merasakan perasaan cinta yang begitu besar...begitu dalam...dan sangat mencintainya. Aku seperti sudah mengenalnya dengan baik.
Lagi-lagi sebuah tanda tanya besar itu muncul kembali dalam benakku : Siapakah Archangel Zamael di kehidupan masa laluku?
Aku menatapnya begitu lama, sehingga melewatkan berbagai pemandangan indah di bawahku. Bagiku, menatapnya adalah suatu keindahan tersendiri. Ada rasa rindu...sedih...dan cinta bercampur jadi satu.
Tiba-tiba aku meneteskan air mataku perlahan. Dan ia selalu tahu ketika aku meneteskan air mataku. Dia mengusap air mataku dengan tangan kirinya. Tangan kanannya masih merengkuh tubuhku dalam pelukannya sambil kami terbang bersama.
"Kamu tidak apa-apa, Cherry?" tanyanya.
"T...tidak apa," jawabku sembari mengusapkan air mataku sendiri yang sudah menetes di kedua pipiku.
Kini kami tiba di sebuah gereja tua. Tidak ada seorang pun malam itu. Gereja itu penuh debu dimana-mana, dan sarang laba-laba yang banyak. Hanya ada sedikit cahaya bulan yang masuk melalui ventilasi jendelanya.
Kami berdiri di depan altarnya. Altarnya pun sangat kotor dan berdebu. Hanya ada meja altar dan tabut suci dibelakangnya yang sudah usang dan dihinggapi sarang laba-laba di sekitarnya.
Kini kami saling berhadapan dan saling memandang satu sama lain. Aku dapat merasakan nafasnya. Begitu lembut.
Dia membelai rambutku dengan penuh kasih sayang. Mendekapku semakin erat, dan mencium bibir mungilku dengan sangat hati-hati. Sehingga membuatku sedikit berjinjit agar aku dapat menyambut ciuman kasih sayangnya.
Lagi-lagi kami melakukannya, sudah yang kedua kalinya. Tapi aku belum yakin, apakah dia benar-benar memiliki perasaan yang sama seperti perasaan yang aku rasakan. Aku pun juga tidak tahu pasti perasaan macam apakah yang aku rasakan kepadanya. Sangat berbeda...
Gereja tua...
Ciuman...
Malaikat...
Dan manusia...
Aku seperti de javu. Aku seperti pernah mengalami hal ini persis. Tapi dimana?
Semakin lama dia menciumku, semakin membuatku mengingat semua masa laluku. Seperti sebuah video yang diputar mundur. Hingga aku menemukan suatu kehidupan lampau dimana dulu aku pernah menjadi seorang malaikat wanita yang sangat cantik. Lebih cantik dan anggun dari saat ini, bahkan...
Masakah dia adalah...??
"Apa kau sudah bisa mengingatnya, Cherry?" tanyanya sedikit berbisik di depan bibirku.
Aku terdiam. Terkaku.
"Dulu kita pernah melakukan ini...disini..." katanya hampir berbisik di telingaku.
Aku pun terkaget setengah mati. Aku termundur selangkah menjauhi dekapannya. "Tidak mungkin...kau...adalah manusia yang pernah aku cintai di kehidupan masa laluku, sebelum ini..." aku pun tak kuasa meneteskan air mataku.
Archangel Zamael terdiam. Dan ia hanya menatap wajahku yang basah karena air mata. Dia berusaha mengusap air mataku perlahan, dengan sangat hati-hati. Tapi air mataku terus menetes, lebih deras lagi...
Bagaikan sebuah ingatan mundur yang menghantuiku. Rasa kesedihan yang amat dalam dari masa laluku. Cinta yang membuat kedua sayapku lenyap waktu itu...
"Bukan kedua sayap, Cherry..." Zamael memulai percakapan ini, membuka memori kehidupan masa lampau kami. "Tapi keempat sayap...kau adalah seorang archangel, dahulu kala, sama sepertiku saat ini."
Mataku membelalak lebar. Seakan tidak mempercayainya. Air mataku masih deras mengalir.
"Archangel Jophiel, Malaikat Pelindung yang sangat aku cintai...dulu," lanjutnya tak melepaskan pandangannya pada kedua mataku.
Aku masih terdiam kaku. Dia melengkapi semua memoriku yang dulu pernah hilang. Aku memang tak begitu mengingat jelas kehidupan lampauku, karena keterbatasanku sebagai manusia.
"Dan...keempat sayapmu tidak lenyap waktu itu ketika menciumku, Jophiel. Seandainya..."
"Cukup...cukup, Zamael...aku tidak mau dengar lagi," pintaku sambil menutup erat kedua telingaku. Aku benar-benar tak ingin dia melanjutkan ceritanya. Karena sangat sakit rasanya.
Kedua lututku lunglai, lemas. Aku terjatuh di lantai depan altar gereja itu. Aku hanya bisa menangis.
Zamael terus menenangkanku dengan mengusap kepalaku dan membelai rambutku dengan lembut.
"Mengapa...mengapa kita bertemu kembali? Padahal, aku sudah mengubur masa-masa itu sangat dalam...dalam sekali," tanyaku pada Zamael masih terisak.
"Karena kemurahan hati Bapa, Cherry... untuk memperbaiki semuanya... yang dulu pernah rusak," jawab Zamael kepadaku. "Kehilanganmu waktu itu,membuatku cukup terpukul, sakit, dan membencimu. Tapi sekaligus masih mencintaimu."
Aku berhenti terisak dan menatap wajahnya yang sedih...amat sedih...
"Karena kebencian yang amat sangat dalam diriku, aku dilahirkan menjadi iblis di neraka...terus-menerus..." kisahnya.
"Aku juga menderita, Zamael...aku benci jatuh cinta pada pria manusia. Aku selalu dilahirkan menjadi manusia dengan banyak kisah cinta memilukan sepanjang kelahiranku. Aku pernah terlahir berkali-kali menjadi seorang wanita pemuas dalam banyak peperangan. Lalu setelah kesadaranku bertumbuh, aku terlahir menjadi seorang pertapa wanita. Dan lagi-lagi aku mencintai pria yang salah, sesama pertapa waktu itu. Seakan kisah cintaku tak ada yang abadi, selalu berakhir dengan kisah yang tragis, Zamael...".
"Ya...aku tahu semuanya...semuanya..." Zamael berbisik, suaranya pilu. "Untuk itulah aku mengirimkan malaikat pelindung untuk menjagamu, dari satu kelahiran ke kelahiran berikutnya...termasuk Gregorious anak buahku..."
"Apa...? Ternyata, kau masih memperdulikan aku?" tanyaku. "Kalau kau masih memperdulikan aku, mengapa tidak kau sendiri yang menjagaku, sepanjang kelahiranku?" tanyaku agak meninggi.
"Karena..." suaranya terhenti.
"Karena apa?..." tanyaku.
"Karena aku pernah bersumpah pada diriku sendiri, untuk tidak pernah lagi menemuimu..." jawabnya sembari meneteskan air mata pada salah satu pelupuk matanya.
Hatiku menjadi semakin sakit melihat air matanya mengalir. Baru kali ini aku melihatnya meneteskan air mata kesedihan, yang amat teramat dalam. Malaikat Kematian pun bisa menangis juga...
Mengapa Bapa membuat semua skenario ini?
Mengapa Bapa mempertemukan kita kembali?
Pertanyaan itu terus-menerus membuatku sedih sembari menatap tabut suci usang pada altar di depan kami.
Tiba-tiba Bapa bersuara dalam hatiku :
"Aku tahu yang terbaik untuk kalian, anak-anakKu. Semua akan indah pada waktunya..."
Air mataku mengalir deras.
Zamael membuat tanda salib dalam tangisannya. Atas nama Bapa, Putra dan Roh Kudus. Amen. Dan berakhir dengan mencium jari jempolnya, "Thank you, Father...I love You, so much..." bisiknya.
Lalu Archangel Zamael berdiri di depanku yang masih terduduk lemas. "Cherry..." seraya mengulurkan tangannya untuk membantuku berdiri.
Aku meraih tangannya. Dan berdiri kembali.
"Masa lalu biarlah menjadi masa lalu yang berlalu. Kita memang tidak bisa menguburnya dalam-dalam. Karena masa lalu adalah bagian dari diri kita sendiri, Cherry. Sekarang kita harus menatap masa depan dan melanjutkan perjalanan kehidupan ini," katanya sambil membelai pipiku lembut.
Aku mengangguk perlahan dan mengusap air mataku, "Maafkan aku..." Lalu aku menatapnya penuh penyesalan akan masa lalu, "Maafkan aku karena telah meninggalkanmu di masa lalu..."
Zamael segera memeluk tubuhku erat...sangat erat. Seakan tak ingin melepaskanku, "Ssshhtt..." kami hening bersama. "Aku sudah memaafkanmu, Jophiel..." katanya berbisik di telingaku.
Air mataku menetes kembali dalam pelukannya.
"Bapa mempertemukan kita kembali saat ini supaya kita bisa saling memurnikan diri lebih sempurna, Cherry...aku membutuhkanmu..." katanya masih membelai pipi mungilku seraya mengusapkan air mataku.
"Aku tak mengerti, Zamael..."
"Kamulah satu-satunya manusia, yang bisa memurnikan kegelapan di dalam diriku...Cherry Light..." jawabnya dengan menyebut nama panjangku, Light...
Tiba-tiba ia menghilang perlahan bersama cahaya bulan yang masuk melalui ventilasi jendela gereja.
Dan aku pun terbangun dari tidurku.
Hanya mimpi ternyata...
Ah, langit masih gelap ternyata. Dan Gre tertidur duduk di kursi sampingku, menggenggam tangan mungilku.
Aku pun tersenyum atas mimpi yang baru saja hadir. Seperti bukan mimpi rasanya. Mimpi itu terasa nyata. Mataku sedikit basah karena terbawa oleh mimpi barusan.
Aku mengusap air mataku.
Dan kembali tertidur...
Written by : Yanti Kumalasari, S.Ds.
Fan-page Writer : https://www.facebook.com/thesoulreader.jkt/
Editing by : Kepik Romantis / PVA