Friday, February 21, 2014

Genggamlah Tanganku..

“Engkau seharusnya menyisakan sedikit waktu untuk kolegamu, membantunya menyelesaikan sedikit masalah, walaupun masalah itu adalah masalah sepele. Membantunya menyelesaikan hal yang menurut Anda adalah masalah sepele yang tidak berharga tetapi baginya mempunyai arti yang sangat besar.” Kutipan dari Abraham Lincoln.

Ketika perang meletus di Amerika, Abraham Lincoln sering pergi ke rumah sakit membesuk para prajurit yang terluka. Pada suatu hari, dokter memperkenalkannya dengan seorang prajurit muda yang sekarat. Abraham Lincoln berjalan ke tempat tidurnya.

“Apa yang bisa saya bantu?” Presiden bertanya kepadanya.

Prajurit yang terluka ini tidak mengenali presiden, dengan susah payah dia menjawab dengan suara lirih, ”Dapatkah engkau membantu saya menulis sehelai surat untuk ibuku?”

Setelah tersedia pena dan kertas, presiden dengan serius menulis apa yang dipesankan pemuda ini.

“Kepada mama yang tercinta, ketika saya menjalankan tugas saya, saya terluka parah, saya takut saya tidak akan berada di sisi mama lagi. Mama jangan sedih, tolong bantu saya mencium Mary dan Johan. Tuhan memberkati mama dan papa.”

Keadaan prajurit ini sudah sangat lemah tidak dapat melanjutkan perkataannya lagi, oleh sebab itu  Abraham Lincoln membantunya menanda tangani surat itu, dan menambah satu patah kata, ”Abraham Lincoln mewakili anakmu menulis surat ini.”

Prajurit muda ini memohon melihat surat ini sekali lagi. Ketika dia mengetahui siapa yang mewakili dia menulis surat ini dia sangat terkejut,

“Apakah benar engkau Bapak presiden?” Tanya pemuda ini untuk menyakinkan.

“Benar, saya adalah presiden,” Jawab Abraham Lincoln dengan tenang, kemudian dia bertanya lagi kepada pemuda itu apa lagi yang bisa dilakukan untuknya?

“Bisakah engkau menggenggam tangan saya?” Prajurit ini memohon “Hal ini akan membantu saya menjalani sisa hidup saya didunia ini.”

Di kamar rumah sakit yang sunyi ini, presiden yang tinggi besar ini menggenggam tangan prajurit muda ini, berkata dengan lembut dan penuh perhatian serta mendorong semangat, sampai maut menjemput pemuda malang ini.  Sumber : Cerita Budi Pekerti Epoch Times

No comments:

Post a Comment